//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung  (Read 6113 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline pemula buddhis

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« on: 17 August 2012, 07:54:31 PM »
    Ketika mengetahui bahwa saya (Ioanes Rakhmat) sedang memasuki kehidupan kaum Buddhis (dengan salah satu tujuannya nanti bisa menulis sebuah buku akademik berjudul Sains dan Buddhisme), seseorang di sebuah komentar dalam sebuah status saya di Facebook baru saja menulis, “Kok orang cerdas mau menyembah patung?” Saya tahu, komentarnya ini ditujukan ke diri saya. Nah, tulisan di bawah ini adalah jawaban saya terhadap komentarnya yang nyinyir itu. Salam


Maksud anda tentunya kaum Buddhis menyembah patung-patung ya. Sangkaan anda ini salah. Juga pasti anda akan mencibir orang ka****k, karena anda menganggap mereka juga menyembah patung (Bunda Maria). Tapi sangkaan anda ini juga salah. Sebelum anda menjatuhkan judgment atas suatu agama lain, masuklah dulu ke dalam worldview dan kehidupan umat beragama lain itu; jika cara ini anda tempuh, maka anda mulai lebih bijak, karena bisa memahami orang lain dengan empatetis. Anda perlu memakai sepatu orang lain, lalu mulai melangkah.

Tak ada orang manapun di zaman modern ini yang berpikir atau berkeyakinan bahwa jika sebuah patung disembah dan dipuja, patung itu akan jadi hidup, lalu melangkah mendatangi si penyembah untuk melindungi dan memberkatinya. Begitu juga kaum Buddhis, pikiran sehat mereka masih berjalan; jadi ketika mereka sungkem dan sujud di hadapan patung Gautama Buddha (atau patung-patung lain), mereka tak berpikiran bahwa patung Gautama Buddha itu akan hidup lalu memberkati dan menolong serta melindungi mereka.

Saya mau pakai analogi dari kekr****nan, jika anda kr****n (mungkin ya anda kr****n, dilihat dari cara anda berkomentar). Anda tokh di gereja anda secara berkala merayakan sakramen perjamuan kudus, atau ekaristi (dalam Gereja ka****k). Nah, dalam perjamuan kudus, gereja anda memakai potongan roti tawar (atau hosti, dalam Gereja ka****k) dan air anggur yang dipandang suci oleh kalian sebagai orang kr****n. Nah, benda-benda yang dimakan dan diminum dalam perjamuan kudus ini bukan sekadar benda-benda duniawi yang mati, tetapi, dalam ritual perjamuan kudus gereja anda, dipandang sebagai benda-benda yang suci, bermakna dan bernilai, karena menunjuk pada tubuh Yesus yang dipaku pada kayu salib dan pada darah Yesus Kristus yang tercurah ketika dia disalibkan, dan gereja anda meyakini kematian Yesus ini menebus dosa-dosa kaum kr****n.

Nah, pada ekaristi itu, anda diminta oleh pendeta anda supaya JANGAN MELEKAT pada benda-benda roti dan anggur, tapi, lewat tatapan anda ke roti dan anggur, dan lewat sentuhan tangan anda atas dua benda ini dan lewat kunyahan roti di dalam mulut anda dan lewat rasa pada lidah ketika mereguk anggur dalam cawan, anda diminta mengarahkan hati dan pikiran anda kepada diri Yesus Kristus yang dulu hidup, lalu mati disalibkan untuk (dalam kepercayaan gereja) menebus dosa kaum kr****n. Dengan melakukan ritual ini, anda diharapkan semakin real lagi mengalami apa yang dipercaya gereja anda sebagai keselamatan, bahwa dosa anda sudah dihapuskan oleh pengurbanan Yesus di kayu salib, bahwa Yesus Kristus adalah sang Tuhan yang mengasihi anda karena dia telah rela berkurban buat anda demi keselamatan anda. Dalam Gereja ka****k, dengan doktrin trans-substansiasi mereka (bahwa dalam ritual ekaristi, hosti dan anggur berubah betulan menjadi daging dan darah Yesus), penghayatan umat ka****k bahwa Yesus Kristus hadir kembali lewat ekaristi, jauh lebih diperkuat dan dikongkretisasi, ketimbang penghayatan umat Protestan atas ritual perjamuan kudus gereja mereka (yang memegang doktrin kon-substansiasi, bahwa bersama potongan roti dan anggur yang tak berubah, Yesus Kristus hadir juga di tengah umat).

Nah, saya mau bertanya pada anda, Apakah dalam ritual perjamuan kudus anda menyembah potongan roti dan anggur atau anda percaya bahwa roti dan anggur itu punya kekuatan magis pada dirinya sendiri? Tentu saja karena anda punya akal sehat, anda akan menjawab: Tentu saja tidak; roti dan anggur hanya media untuk membuat anda bisa lebih menghayati perjumpaan diri anda (lewat iman) dengan Yesus Kristus, suatu figur yang anda pandang sudah mentransendir zaman kehidupannya sendiri (di abad pertama, di Palestina) sehingga bisa hadir secara spiritual dalam kehidupan anda (pada abad ke-21 di Indonesia)! Apakah memang betulan Yesus hadir lagi secara rohani dalam kehidupan anda sekarang, itu soal yang lain; yang pasti, karena anda dengan kuat mempercayai dia hadir lagi, kepercayaan anda ini berpengaruh pada kehidupan dan gerak langkah anda ke depan! Bisa berpengaruh negatif, atau juga berpengaruh positif, bergantung pada apa yang anda harapkan terjadi dari kehadirannya yang anda percayai betul terjadi. Berpengaruh negatif, ketika kepercayaan anda yang kuat pada kuasa Yesus yang hadir dalam kehidupan anda, membuat anda kehilangan akal sehat dan pasrah total, tak mau berbuat apa-apa.

Begitulah juga halnya dengan penghayatan umat Buddhis ketika mereka sungkem, bersujud di hadapan patung indah Buddha Gautama (atau patung-patung lain). Mereka dengan sadar tidak menyembah patung-patung mati pada dirinya sendiri; tetapi lewat sungkem dan sujud dan lewat tatapan mata ke patung sang Buddha dan lewat ucapan-ucapan dalam batin atau ucapan lisan yang terdengar, di hadapan patung sang Buddha yang menawan, umat Buddhis sedang menghayati secara intens perjumpaan mereka (lewat kepercayaan dan pikiran) dengan sang Buddha sendiri, figur agung, sang guru suci, yang kini dipercaya sudah mentransendir zaman dan tempat kehidupannya sendiri (di sub-benua India, tahun 563 SM-483 SM), sehingga bisa hadir (secara spiritual kognitif dalam hati dan pikiran) pada masa kini di abad 21 di Indonesia. Apakah memang betulan Siddhartha Gautama hadir lagi secara rohani dalam kehidupan umat Buddhis sekarang, itu soal yang lain; yang pasti, karena mereka  dengan kuat mempercayai dia hadir lagi, kepercayaan mereka ini berpengaruh pada kehidupan dan gerak langkah mereka  ke depan! Bisa berpengaruh negatif, atau juga berpengaruh positif, bergantung pada apa yang mereka  harapkan terjadi dari kehadirannya yang mereka percayai betul terjadi.

Anda juga jangan lupa, dalam Buddhisme ada satu ide esensial yang dinamakan nekkhamma, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “non-attachment” atau “disengagement” atau “detachment” atau “letting-go”; dalam bahasa Indonesia kata nekkhamma diterjemahkan "ketidakmelekatan", kondisi tidak lekat pada hal atau fenomena apapun dalam dunia ini. Ide ini dijadikan salah satu fondasi terpenting dalam seluruh doktrin dalam Buddhisme. Kaum Buddhis menyadari bahwa hidup ini adalah penderitaan, suffering, pain, dukkha. Kesadaran ini sangat kuat muncul dalam kesadaran Siddhartha Gautama dulu (konon menurut legenda, kesadaran ini muncul dan mengganggunya karena di luar istana kerajaan ayahnya, dia menemukan dan dibuat kaget oleh kenyataan bahwa orang itu bisa sakit, bisa tua, lalu mati dengan memedihkan hati). Kesadaran dan penemuannya ini telah mendorongnya meninggalkan kehidupan mewah, mudah dan menyenangkan di dalam istana kerajaan, lalu dalam usia sangat muda (29 tahun) memutuskan diri untuk memasuki kehidupan tapa brata penuh untuk mencari jawab dan jalan keluar dari dukkha yang mengikat semua kehidupan. Akhirnya Gautama mendapatkan pencerahan budi di bawah naungan sebuah pohon boddhi, yang membuatnya menemukan akar-akar penyebab adanya duka lara dan jalan-jalan mengatasi dukkha, yang lalu disebarkannya bersama sahabat-sahabatnya, pendekatan yang dinamakan Jalan Tengah.

Salah satu jalan terpenting untuk keluar dan menang dari dukkha adalah nekkhamma. Dalam pemahaman kaum Buddhis, penderitaan kita alami dan rasakan karena kita melekat pada sesuatu yang membuat kita menderita atau merasakan penderitaan; nah, jika kita, dalam pikiran, tidak melekatkan diri pada hal atau fenomena apapun dalam dunia ini, segala hal yang terkait dengan diri kita tidak akan membuat kita menderita. Ketika anda sangat melekat pada uang anda atau harta anda, maka ketika ekonomi negara ambruk atau bisnis anda gagal total, dan anda karenanya kehilangan uang atau harta anda, ludes semuanya, maka anda akan sangat menderita, sangat berduka, yang bisa mendorong anda putus asa lalu membunuh diri. Ketika anda sangat melekat pada anak-anak anda sebagai biji-biji mata anda, maka ketika anak-anak anda berubah jadi tidak berbakti pada anda, maka anda menjadi sangat stressful, marah, kecewa berat, kehilangan gairah kehidupan, lalu masuk rumah sakit, dan anda betul-betul terbenam dalam dukkha yang sedang menghancurkan kehidupan anda. Tapi jika pikiran anda tidak melekat kepada uang atau harta anda atau kepada anak-anak anda, maka jika semua hal yang buruk itu terjadi pada anda, anda tidak akan dikalahkan, anda tidak akan berduka, dan anda akan tetap bisa hidup dengan teguh, dan tetap bisa tersenyum dan tertawa, dengan tentunya anda harus berjuang menuju kemenangan ini, dengan menata dan membentuk isi pikiran anda dari waktu ke waktu.

Nah, ide tentang nekkhamma dalam Buddhisme juga diperkuat oleh ide bahwa segala sesuatu yang ada dalam jagat raya ini, semua fenomena yang muncul dan lenyap dalam dunia ini, adalah ilusi semata-mata, tak real. Banyak orang mengkritik ide ini dalam Buddhisme, dan mereka menuduh bahwa ajaran tentang segala sesuatunya adalah ilusi, telah menjadi penyebab kaum Buddhis menarik diri dari dunia dan tidak mau perduli pada usaha-usaha memperbaiki dunia ini. Kritik dan tuduhan ini sebetulnya salah sama sekali. Ide Buddhis bahwa segala sesuatunya adalah ilusi tak bisa dilepaskan dari ide tentang nekkhamma (dan ide-ide lain yang tak dibicarakan dalam tulisan ini), yang bertujuan untuk memenangkan orang dari deraan dukkha.

Jika anda memandang segalanya adalah ilusi, termasuk diri anda sendiri, termasuk penderitaan anda sendiri, maka problem adanya dukkha yang sedang menimpa anda, juga lenyap, tak real. Karena dukkha itu tak real, maka anda tidak usah melekat pada apapun yang menjadi sumber dan penyebab penderitaan anda. Dengan begitu, sebagai individu anda telah menang dari deraan duka, dan anda tetap menjadi seorang yang tangguh. Ketika secara kognitif, dalam pikiran, anda telah mengalami pembebasan dari dukkha, maka selanjutnya anda dapat dengan tenang memperbaiki segala sesuatu yang bisa diperbaiki dalam dunia ini, dan, sementara berkarya, anda tetap bisa mempertahankan nekkhamma dalam segala usaha anda.

Nah, ide tentang nekkhamma tentu saja juga membuat kaum Buddhis tidak bisa melekatkan diri pada patung indah sang Gautama Buddha. Sungkem dan sujud di depan patung Gautama Buddha adalah suatu akta ritual untuk membantu menghayati persekutuan lebih mendalam antara seorang Buddhis dengan sang guru agung Buddha Gautama, yang telah mengajarkan mereka untuk tak melekat pada hal apapun, dus juga tidak melekat kepada diri sang Buddha sendiri. Mereka harus menolong diri mereka sendiri untuk mengatasi dukkha, dengan salah satu caranya adalah hidup ber-nekkhamma dan berlatih meditasi untuk mengenali dan memurnikan pikiran, tak dibuat kotor dan kacau oleh semua fenomena yang hanya ilusi saja. Pendekatan ini sangat berbeda dari pendekatan anda sebagai seorang kr****n ketika anda berusaha menghadapi penderitaan: ketika menderita, anda sebagai orang kr****n diajarkan untuk melekatkan diri anda pada kitab suci anda, pada diri Yesus Kristus yang anda percaya telah menanggung hukuman bagi dosa-dosa anda lewat kematiannya di kayu salib, dan untuk semakin kuat beriman, dan anda sama sekali tak berpaling ke pikiran anda untuk menatanya kembali.     

     
Jakarta, 21 Juli 2012, Ioanes Rakhmat.
http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2012/07/apakah-umat-buddhis-menyembah-patung.html

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #1 on: 17 August 2012, 10:33:01 PM »
Tulisan Anda bagus dan kami kira Anda punya sangat berpengalaman dalam mengolah kata2 untuk dideskripsikan sebagai sebuah tulisan yag menarik.
tapi ada sesuatu yang kami merasa "janggal"

nekkhama menurut kami lebih pas kalau diartikan sebagai pelepasan ke-duniawi-an
kalau diartikan sebagai ketidakmelekatan, aneh ...


Quote
Anda juga jangan lupa, dalam Buddhisme ada satu ide esensial yang dinamakan nekkhamma, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “non-attachment” atau “disengagement” atau “detachment” atau “letting-go”; dalam bahasa Indonesia kata nekkhamma diterjemahkan "ketidakmelekatan", kondisi tidak lekat pada hal atau fenomena apapun dalam dunia ini. Ide ini dijadikan salah satu fondasi terpenting dalam seluruh doktrin dalam Buddhisme. Kaum Buddhis menyadari bahwa hidup ini adalah penderitaan, suffering, pain, dukkha. Kesadaran ini sangat kuat muncul dalam kesadaran Siddhartha Gautama dulu (konon menurut legenda, kesadaran ini muncul dan mengganggunya karena di luar istana kerajaan ayahnya, dia menemukan dan dibuat kaget oleh kenyataan bahwa orang itu bisa sakit, bisa tua, lalu mati dengan memedihkan hati). Kesadaran dan penemuannya ini telah mendorongnya meninggalkan kehidupan mewah, mudah dan menyenangkan di dalam istana kerajaan, lalu dalam usia sangat muda (29 tahun) memutuskan diri untuk memasuki kehidupan tapa brata penuh untuk mencari jawab dan jalan keluar dari dukkha yang mengikat semua kehidupan. Akhirnya Gautama mendapatkan pencerahan budi di bawah naungan sebuah pohon boddhi, yang membuatnya menemukan akar-akar penyebab adanya duka lara dan jalan-jalan mengatasi dukkha, yang lalu disebarkannya bersama sahabat-sahabatnya, pendekatan yang dinamakan Jalan Tengah.




ref: 10 Parami

1.Nekkhamma parami ( kesempurnaan tertinggi dari pelepasan )

pada zaman dahulu hidup seorang raja kasiraja di benares yang tidak mempunyai anak laki-laki ataupun perempuan.
permaisurinya,Candadevi,terkenal akan kebajikannya. Permaisuri memohon kepada dewa sakka yang agung untuk diberikan seorang anak laki-laki kemudian diberi nama Temiya-Kumaro.

Saat Temiya masih berusia 1 bulan,dia dibawa ke singgasana kerajaan oleh ayahnya dan duduk di pangkuan sang raja.
Pada saat itu ada 4 orang perampok yang di bawa kehadapan raja untuk di hukum. Temiya menyaksikan ayahnya menghukum
salah satu perampok dengan 1.000 cambukan sedangkan yg lainnya di penjara dan dirantai.
yang ke-3 di bunuh dengan ditombak dan yg ke-4 di tembak.

bayi boddhisatva sangat takut akan keputusan ayahnya karena hal itu akan ayahnya terlahir di alam neraka.
seorang dewi yang tinggal didalam payung diatasnya,menyarankan beliau untuk berpura-pura bodoh. sehingga rakyat menolak untuk menobatkan beliau menjadi raja. Boddhisatta pun mulai menunjukkan tanda-tanda kebodohannya.
sementara bayi yang lain menangis meminta susu.
Temiya tidak mengeluarkan suara.

ibu dan para pengasuhnya pun mencoba menakutinya agar berbicara, mereka membiarkan ular membelitnya,membiarkan serangga menyelubungi dan menggigitnya tetapi beliau tidak bergerak.

pada umur 16 tahun,mereka mencoba menggoda nya dengan gadis cantik,tetapi tidak berhasil.
akhirnya sang raja pun bertanya kepada brahmana apa yang harus dilakukan.
mereka menyarankan untuk menguburkan anaknya di pemakaman..
keesokan fajar berikutnya. sang raja memberikan perintah terakhirnya kepada Sunanda pengendara kereta kuda yang membawa pergi Temiya dan menguburnya.

Sang boddhisattva pun mengetahui bahwa pada saat itu beliau diambang pintu menuju kebebasan, Dan ketika Sunanda sedang bekerja
menggali kuburan, Temiya melatih anggota badan dengan berjalan kembali dan seterusnya sampai beliau merasa telah mempunyai cukup kekuatan.
Boddhisattva mencengkram bagian belakang dari kereta kuda dan mengangkatnya tinggi-tinggi hanya dengan satu tangan seolah-olah itu adalah kereta kuda mainan.
Melihat kejadian itu Sunanda segerta berlutut dan dengan tergagap ia berkata bahwa akan menjadi suatu kehormatan baginya untuk mengawal pangeran kembali ke-kerajaan untuk mewarisi tahta kerajaan. Temiya menjabarkan kehidupan sebelumnya dan generasi berikut nya di neraka dan kemudian memerintahkan Sunanda untuk kembali keistana secepatnya untuk memberitahukan bahwa beliau masih hidup dan tidak perlu berduka.
karena kehilangan anak satu-satu nya.

Setelah sang raja diberitahukan tentang hal tersebut. sang raja dan permaisuri langsung pergi keluar kota. dengan harapan dapat membujuk pangeran untuk pulang ke istana, tetapi mereka menemukan anak nya telah tinggal di gubuk dalam pakaian pertapa.

Temiya menyambut mereka dan menjelaskan kepada mereka alasan dari penyangkalan dirinya selama 16 tahun,
Setelah itu mereka tidak lagi memohon kepada beliau untuk memakai mahkota bahkan mereka pun turut terinspirasi untuk menjalankan kehidupan suci.

Jataka ini menunjukkan kesempurnaan tertinggi dari pelepasan boddhisattva.


nb: kami harap ini menjadi buku berikutnya dari Anda dan semoga tidak menjadi kontroversi "pindah agama"   ~X( ~X( ~X(
« Last Edit: 17 August 2012, 10:36:51 PM by Mas Tidar »
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline khiong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 478
  • Reputasi: 29
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #2 on: 18 August 2012, 06:10:57 AM »
/\..pelepasan ke-duniawi-an dan ketidakmelekatan..apa perbedaannya?? ^:)^

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #3 on: 18 August 2012, 08:06:19 AM »
beda pada penggunaan didalam konteks kalimat-nya.


/\..pelepasan ke-duniawi-an dan ketidakmelekatan..apa perbedaannya?? ^:)^
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #4 on: 18 August 2012, 07:39:20 PM »
biasanya di hadapan rupang Buddha, saya namaskara 3x
kesatu saya menghormati Sang Buddha, Guru Sejati
kedua saya menghormati Sang Dhamma, Ajaran sempurna yang dibabarkan Sang Buddha
ketiga saya menghormati Sang Sangha, Sangha telah bertindak Sempurna
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #5 on: 18 August 2012, 07:52:23 PM »
http://dhammacitta.org/dcpedia/Pertanyaan_Baik_Jawaban_Baik_(Dhammika)

Tetapi saya mendengar bahwa orang-orang berkata bahwa Buddhis memuja berhala.
Pernyataan demikian hanya menunjukkan kesalahpahaman orang yang mengatakannya. Kamus mendefiniskan berhala sebagai 'sebuah gambaran atau patung yang disembah sebagai tuhan.' Seperti yang sudah kita ketahui, Buddhis tidak mempercayai Buddha sebagai tuhan, lalu bagaimana mungkin mereka dapat mempercayai sepotong kayu atau logam adalah tuhan? Semua agama menggunakan simbol untuk mewakili berbagai keyakinan mereka. Dalam Taoisme, diagram yin-yang digunakan sebagai simbol harmoni diantara yang saling berlawanan. Dalam Sikhisme, pedang digunakan sebagai lambang perjuangan spiritual. Dalam Kristiani, ikan digunakan sebagai lambang keberadaan Kristus dan salib untuk mewakili pengorbanannya. Dalam Buddhisme, patung Buddha mengingatkan kita dimensi manusia dalam ajaran Buddhis, fakta bahwa Buddhisme adalah ajaran tentang manusia bukan tentang tuhan, dimana kita harus melihat kedalam, bukan keluar untuk mencari kesempurnaan dan pengertian. Karena itu, mengatakan bahwa Buddhis menyembah berhala adalah sama seperti mengatakan Kristiani menyembah ikan atau bentuk geometris.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #6 on: 18 August 2012, 07:57:05 PM »
apa pemula buddhis=Ioanes Rakhmat? setelah melanglang buana didunia blog, akhirnya sampai juga di Dhammacitta :hammer:

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #7 on: 18 August 2012, 09:45:06 PM »
saya pernah baca di salah satu buku saku
kalau penggunaan patung baru terjadi sekitar 500 tahun Buddha parinibanna
dan mungkin semakin maju ketika bersinggungan dengan kerajaan Bactria
yang kita kenal mengusung budaya yunani
dimana budaya pembuatan patung mereka berada pada tahap yg tinggi

ingat yunani, jadi ingat katholik
maka juga tidak mengherankan
kalau di katholik penggunaan patung membudaya

saya pribadi
tidak pernah dan tidak mau memiliki altar di rumah saya
kalau mau baca paritta/mantra, ya hadap mana saja yg penting layak
ketika bersikukuh harus ada altar/patung,
mungkin itulah indikator telah ada pem-berhala-an

Offline pemula buddhis

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #8 on: 19 August 2012, 04:30:41 AM »
info ; ini artikel saya dapatkan dari Internet; blog milik bapak Ioanes Rakhmat,
jadi penulisnya bukan saya, dan saya bukan Beliau  :-[

soalnya aku kira artikel ini menarik, jadi aku share di sini  ;D

sumbernya di link http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2012/07/apakah-umat-buddhis-menyembah-patung.html

Offline abud

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 100
  • Reputasi: -10
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #9 on: 16 September 2012, 11:27:44 PM »
Hahahahaha, apa arti kata "menyembah?" kalo udah dapat pengertiannya baru bertanya lagi, mengapa saya menyembah? Habis itu bertanya lagi mengapa didepan patung saya melakukan penyembahan? Setelah itu baru bertanya pada diri sendiri, mengapa saya menyembah patung itu, apakah perlu, apakah harus?

Nah, kalo itu dilakukan baru tahap selanjutnya  Anda bertanya lagi, mengapa ajaran kr****n( Khi Tok Kau) atau ajaran samawi lainnya akan berkata, menyembah patung itu BERHALA!!!  Dan cari tahu apa yg mereka maksudkan itu.

Nah setelah itu kalo ada org lain akan berkata, tanpa Anda menyembah patung pun, Anda itu percaya BERHALA!!!
Haaaaa? Koq bisa? Makanya cari tahulah, jawaban bikkhu Dhammika itu merupakan jawaban klise, dia tidak mengerti apa yg dia katakan itu!. Dan yg percaya termakan omongan dia yg benar2 bodoh!! hahahahahaha ;D

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #10 on: 17 September 2012, 12:21:17 AM »
Nah setelah itu kalo ada org lain akan berkata, tanpa Anda menyembah patung pun, Anda itu percaya BERHALA!!!
Haaaaa? Koq bisa? Makanya cari tahulah, jawaban bikkhu Dhammika itu merupakan jawaban klise, dia tidak mengerti apa yg dia katakan itu!. Dan yg percaya termakan omongan dia yg benar2 bodoh!! hahahahahaha ;D
yang termakan omongan anda lebih bodoh
hahahahahaha  :|
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #11 on: 17 September 2012, 12:22:45 AM »
coba anda injak alkitab anda, beranikah??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #12 on: 17 September 2012, 11:25:46 AM »
Hahahahaha, apa arti kata "menyembah?" kalo udah dapat pengertiannya baru bertanya lagi, mengapa saya menyembah? Habis itu bertanya lagi mengapa didepan patung saya melakukan penyembahan? Setelah itu baru bertanya pada diri sendiri, mengapa saya menyembah patung itu, apakah perlu, apakah harus?

menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berhala adalah : patung dewa atau sesuatu yg didewakan yg disembah dan dipuja.

coba tanya ke diri sendiri, jika menurut KBBI, patung dewa atau sesuatu yang disembah dan dipuja adalah berhala, mengapa masih berdoa dan memuja salib ? apakah perlu, apakah harus ?


Nah, kalo itu dilakukan baru tahap selanjutnya  Anda bertanya lagi, mengapa ajaran kr****n( Khi Tok Kau) atau ajaran samawi lainnya akan berkata, menyembah patung itu BERHALA!!!  Dan cari tahu apa yg mereka maksudkan itu.

itu penyebab nya adalah karena orang kanesten itu bodo tapi dengan bangga berteriak akan kebodohan nya sendiri...


Nah setelah itu kalo ada org lain akan berkata, tanpa Anda menyembah patung pun, Anda itu percaya BERHALA!!!
Haaaaa? Koq bisa? Makanya cari tahulah, jawaban bikkhu Dhammika itu merupakan jawaban klise, dia tidak mengerti apa yg dia katakan itu!. Dan yg percaya termakan omongan dia yg benar2 bodoh!! hahahahahaha ;D

masa ia bhikkhu itu tidak mengerti apa yg ia katakan ? anda tau dari mana ? bisa share disini ? kita sante aja bro diskusi nya disini... ;D


Offline senbudha

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 209
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #13 on: 17 September 2012, 01:33:03 PM »
At Abud. dalam sejarah,saya kotak katik buku dari jaman sebelum masehi sampai hari ini,ada temuan yang sangat aneh. Kalau berhala itu setan,anehnya SI SETAN JARANG MEMBANTAI MANUSIA ATAS NAMA SETAN,YANG DIBUNUH SETAN TIDAK SEBANYAK DALAM SEJARAH PEMUJA TUHAN,TIDAK TERHITUNG ORANG DAN BINATANG YANG DIBANTAI KARENA DIMINTA OLEH TUHANNYA ATAU YANG TERTULIS DALAM KITABNYA YANG SUCI. Catatan kedua adalah lebih aneh lagi yaitu"Manusia pemuja tuhan lebih mudah tersinggung dan marah,lalu membantai mereka yang menghina tuhan mereka daripada pemuja berhala". Ketiga,kalau diperhatikan baik-baik,mereka yang hidup di pedalaman hutan yang memuja batu,pohon dll,yang jauh dari keramaian tempat ibadah "tuhan",kehidupan mereka jauh lebih bijaksana dan bersahaja daripada mereka yang kenal tuhan.Mereka yang terlanjang di hutan jauh dari perkosaan walau seksi,MENGAPA?

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: tentang Buddhis dan Penyembahan Patung
« Reply #14 on: 05 October 2012, 01:24:35 AM »

Metallica: Nothing Else Matters
madly awesome: ShowHide
(
)

Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha