//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 590275 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1290 on: 03 April 2013, 12:21:43 PM »
untuk ke tiga kalinya:

"Sekarang adalah waktunya, Yang Mulia. Sekarang adalah waktunya bagi Yang Mulia Kutu untuk membabarkan Buddhisme pra sektarian yg mengguncang iman. sebagaimana Yang Mulia Kutu menjelaskan, demikianlah kami akan mengingatnya."

"Baiklah, brahamani, karena aku tidak dapat membujuk kalian ketika Aku mengatakan: ‘Cukup, Vepacitti, biarkanlah demikian. Jangan menanyakan hal itu kepadaku.’ Oleh karena itu aku akan menjawabmu. Dengarkanlah dan tanggung sendiri risikonya."

Kalau menurut pandangan Buddhis mayoritas sekarang ini (boleh langsung disurvey kalau ga percaya), rata-rata berpikir bahwa sejarah Buddhisme itu dimulai dari sangha yang dipimpin Buddha langsung, lalu terpecah menjadi dua: Theravada dan Mahayana. Anggapan ini adalah sangat tepat, maksudnya sangat tepat kalau dibilang ngaco. Kita bahas sekilas dan kulitnya dulu.


Theravada.
Pada saat konsili ke tiga, pandangan-pandangan benar dirumuskan oleh Moggalliputta Tissa dan dituangkan dalam katthavatthu. Rumusan ini menyebutkan Mahasanghika, Sarvastivada, dan Samittiya sebagai berpandangan salah. Di lain pihak, Mahasanghika menamakan kelompok Moggaliputta Tissa ini sebagai Vibhajyavāda ("pandangan analisa") dan merupakan salah satu dari 3 cabang perpecahan (Mahasanghika, Sthaviravada, Vibhajyavada). 

Vibhajyavada (yang menurut mereka sendiri adalah sebetulnya identik dengan Sthaviravada), terbagi dalam 4 kelompok, yang salah satunya, Tāmraparnīya, berkembang di Srilanka, dan kemudian dikenal dengan nama Theravada.


Mahayana.
Mahayana ini jauh lebih menarik sebab bahkan Mahayana awal pun pandangannya berbeda dengan Mahayana yang kita kenal sekarang. Teks-teks awal "Mahayana" muncul sekitar abad 1 sebelum masehi, dan istilah Mahayana merujuk pada jalan yang ditempuh oleh Sidharta Gautama, bukan merujuk pada sekte. Penggunaannya sebagai sekte baru terjadi sekitar abad 1 - 2 masehi, di mana sebagian kelompok yang memakai literatur "Mahayana" ini merujuk sekte Buddhis awal sebagai "Hinayana", untuk membedakan. Namun ini pun masih tidak jelas, karena ada juga sebagian sekte Buddhis awal yang mengadopsi karya-karya "Mahayana" ini.

---

Jadi secara sekilas, kita bisa lihat Theravada muncul sekitar abad 3 sebelum masehi, dan Mahayana sekitar abad 1 masehi. Apa yang terjadi selama 3 abad antara jaman Sang Buddha (abad 6 sebelum masehi) sampai munculnya Theravada, inilah yang menjadi fokus pembicaraan jika kita bahas Buddhisme awal.
« Last Edit: 03 April 2013, 12:23:23 PM by Kainyn_Kutho »

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1291 on: 03 April 2013, 05:57:34 PM »
di mana tercatat bahwa Sang Buddha bervassa di surga Tavatimsa? apakah tidak mengherankan bahwa event penting ini tidak tercatat dalam nikaya-nikaya?

Sebelumnya gw jelaskan dulu bahwa gw not studied (all) buddhist texts for a living, jadi jika sudah ada 'orang pintar' yang meringkasnya dan dia diyakini kompeten di kalangan buddhist sendiri sebagai Tipitakadhara maka cukuplah itu sebagai acuan gw.  Orang itu adalah Mingun Sayadaw, yang merangkum The Great Chronicle of Buddhas dan diterbitkan DC dengan judul RAPB.

Beliau menulis di buku III:
Chapter 25
KEEPING THE 7th. VASSA AND PREACHING THE ABHIDHAMMA AT TAVATIMSA.

Having established Ankura and Indaka devas in the Fruition stage of Sotapatti, the Tathagata continued to stay on to keep up the 7th. Vassa sitting crossed-legged on the throne of Sakka in Tavatimsa and preached the Abhidhamma, day and night, to all those devas from ten thousand world systems, who rallied round the Tathagata, with Santusita deva at their head. He started with the 'Law of good action' and its result (Kusala Dhamma); bad action and its result (Akusala Dhamma); Neutral or amoral or indeterminate action; (Abyakata Dhamma) teaching round the clock, like the river of the sky flowing continuously, for the duration of the lent or vassa.


Jika menurut anda vassa ke-7 Sang Buddha bukan di Tavatimsa, di manakah sebetulnya Buddha bervassa? 
Di Nikaya mana dituliskan?
Monggo....
« Last Edit: 03 April 2013, 05:59:06 PM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1292 on: 03 April 2013, 06:08:36 PM »
Sebelumnya gw jelaskan dulu bahwa gw not studied (all) buddhist texts for a living, jadi jika sudah ada 'orang pintar' yang meringkasnya dan dia diyakini kompeten di kalangan buddhist sendiri sebagai Tipitakadhara maka cukuplah itu sebagai acuan gw.  Orang itu adalah Mingun Sayadaw, yang merangkum The Great Chronicle of Buddhas dan diterbitkan DC dengan judul RAPB.

Beliau menulis di buku III:
Chapter 25
KEEPING THE 7th. VASSA AND PREACHING THE ABHIDHAMMA AT TAVATIMSA.

Having established Ankura and Indaka devas in the Fruition stage of Sotapatti, the Tathagata continued to stay on to keep up the 7th. Vassa sitting crossed-legged on the throne of Sakka in Tavatimsa and preached the Abhidhamma, day and night, to all those devas from ten thousand world systems, who rallied round the Tathagata, with Santusita deva at their head. He started with the 'Law of good action' and its result (Kusala Dhamma); bad action and its result (Akusala Dhamma); Neutral or amoral or indeterminate action; (Abyakata Dhamma) teaching round the clock, like the river of the sky flowing continuously, for the duration of the lent or vassa.


Jika menurut anda vassa ke-7 Sang Buddha bukan di Tavatimsa, di manakah sebetulnya Buddha bervassa? 
Di Nikaya mana dituliskan?
Monggo....

Tipitakadhara Mingun Sayadaw menghapalkan seluruh Nikaya plus kitab komentar, dan rangkumannya itu disusun berdasarkan Nikaya+Komentar. tapi Nikaya2 sama sekali tidak mencantumkan episode Sang Buddha bervassa di Tavatimsa, jadi bisa dipastikan kisah ini berasal dari non Nikaya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1293 on: 03 April 2013, 07:08:53 PM »
Kalau ditinjau dari sejarah, Abhidharma mulai masuk dalam perlombaan sekitar 200 tahun mahaparinirvana. Permasalahannya adalah ontology (filosofi tentang eksistensi) yang kurang 'memuaskan' dari sutta/sutra dan vinaya.

Sthaviravada dan sub-alirannya kebanyakan mengembangkan dan menekankan Abhidharma sebagai basis doktrinnya, sebaliknya sementara beberapa sub-aliran Mahasanghika juga memiliki Abhidharma -bertentangan dengan catatan Dipavamsa Theravada yang mengatakan Mahasanghika tidak memiliki Abhidharma- secara general tidak dianggap sebagai 'kanonik', bahkan aliran-aliran tertentu seperti Sautrantika, menolak sepenuhnya Abhidharma. 

« Last Edit: 08 April 2013, 02:23:30 PM by Kainyn_Kutho »

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1294 on: 03 April 2013, 07:21:55 PM »
Spoiler: ShowHide

"Baiklah, brahamani, karena aku tidak dapat membujuk kalian ketika Aku mengatakan: ‘Cukup, Vepacitti, biarkanlah demikian. Jangan menanyakan hal itu kepadaku.’ Oleh karena itu aku akan menjawabmu. Dengarkanlah dan tanggung sendiri risikonya."

Kalau menurut pandangan Buddhis mayoritas sekarang ini (boleh langsung disurvey kalau ga percaya), rata-rata berpikir bahwa sejarah Buddhisme itu dimulai dari sangha yang dipimpin Buddha langsung, lalu terpecah menjadi dua: Theravada dan Mahayana. Anggapan ini adalah sangat tepat, maksudnya sangat tepat kalau dibilang ngaco. Kita bahas sekilas dan kulitnya dulu.


Theravada.
Pada saat konsili ke tiga, pandangan-pandangan benar dirumuskan oleh Moggalliputta Tissa dan dituangkan dalam katthavatthu. Rumusan ini menyebutkan Mahasanghika, Sarvastivada, dan Samittiya sebagai berpandangan salah. Di lain pihak, Mahasanghika menamakan kelompok Moggaliputta Tissa ini sebagai Vibhajyavāda ("pandangan analisa") dan merupakan salah satu dari 3 cabang perpecahan (Mahasanghika, Sthaviravada, Vibhajyavada). 

Vibhajyavada (yang menurut mereka sendiri adalah sebetulnya identik dengan Sthaviravada), terbagi dalam 4 kelompok, yang salah satunya, Tāmraparnīya, berkembang di Srilanka, dan kemudian dikenal dengan nama Theravada.


Mahayana.
Mahayana ini jauh lebih menarik sebab bahkan Mahayana awal pun pandangannya berbeda dengan Mahayana yang kita kenal sekarang. Teks-teks awal "Mahayana" muncul sekitar abad 1 sebelum masehi, dan istilah Mahayana merujuk pada jalan yang ditempuh oleh Sidharta Gautama, bukan merujuk pada sekte. Penggunaannya sebagai sekte baru terjadi sekitar abad 1 - 2 masehi, di mana sebagian kelompok yang memakai literatur "Mahayana" ini merujuk sekte Buddhis awal sebagai "Hinayana", untuk membedakan. Namun ini pun masih tidak jelas, karena ada juga sebagian sekte Buddhis awal yang mengadopsi karya-karya "Mahayana" ini.

---

Jadi secara sekilas, kita bisa lihat Theravada muncul sekitar abad 3 sebelum masehi, dan Mahayana sekitar abad 1 masehi. Apa yang terjadi selama 3 abad antara jaman Sang Buddha (abad 6 sebelum masehi) sampai munculnya Theravada, inilah yang menjadi fokus pembicaraan jika kita bahas Buddhisme awal.




"Sungguh indah, Yang Mulia Kutu, sungguh menakjubkan! Bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana. Demikian pula Yang Mulia Kutu telah membabarkan Buddhisme pra-sektarian yang mengguncang iman dalam berbagai cara."
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1295 on: 03 April 2013, 07:25:25 PM »
Perlu dibedakan istilah Abhidhamma tidak sama dengan Abhidharma dan tidak mengacu kepada 'barang' yang sama.

Abhidhamma adalah istilah untuk himpunan Pitaka yang ketiga dari canon Pali milik Theravada, sedangkan Abhidharma untuk pitaka yang ketiga dari kitab non Pali (non Theravada, untuk memudahkan definisi sebut saja Tripitaka Mahayana).

Jadi menyebut abhidharma di atas merujuk kepada abhidharma yang bukan Theravada.  Demikian agar pembaca tidak salah mengartikan.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1296 on: 03 April 2013, 07:32:40 PM »
Tipitakadhara Mingun Sayadaw menghapalkan seluruh Nikaya plus kitab komentar, dan rangkumannya itu disusun berdasarkan Nikaya+Komentar. tapi Nikaya2 sama sekali tidak mencantumkan episode Sang Buddha bervassa di Tavatimsa, jadi bisa dipastikan kisah ini berasal dari non Nikaya

Betul sekali.

Lantas apakah bisa dibuktikan bahwa vassa ke-7 Sang Buddha bukan di Tavatimsa seperti yang anda katakan sebelumnya?
Dutiyampi:
=> Lantas Nikaya mana yang bisa membantah soal vassa ke-7 di Tavatimsa ini?
      Nikaya mana yang menyebutkan di tempat lain?

Kalau Nikaya tidak bisa menyebutkan, mungkin saja komentar yang menyebutkan vassa ke-7 di Tavatimsa itu benar.  Sama seperti banyak hal  lain dalam sutta / nikaya yang diperjelas oleh komentarnya.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1297 on: 03 April 2013, 09:21:29 PM »
Masalahnya hanya tradisi Theravada yang menyatakan Sang Buddha pada vassa ke-7 bervassa di Tavatimsa dan mengajarkan Abhidhamma.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1298 on: 03 April 2013, 10:44:23 PM »
Betul sekali.

Lantas apakah bisa dibuktikan bahwa vassa ke-7 Sang Buddha bukan di Tavatimsa seperti yang anda katakan sebelumnya?
Dutiyampi:
=> Lantas Nikaya mana yang bisa membantah soal vassa ke-7 di Tavatimsa ini?
      Nikaya mana yang menyebutkan di tempat lain?

Kalau Nikaya tidak bisa menyebutkan, mungkin saja komentar yang menyebutkan vassa ke-7 di Tavatimsa itu benar.  Sama seperti banyak hal  lain dalam sutta / nikaya yang diperjelas oleh komentarnya.

saya tidak berani mengatakan bahwa kisah itu benar atau tidak benar tanpa adanya data yg mendukung. tapi yg menjadi keanehan bagi saya adalah bahwa bahkan episode Sang Buddha mengunjungi Yakkha saja tercatat dalam Nikaya, tetapi kejadian penting pembabaran Abhidhamma kenapa sama sekali tidak ada petunjuk sama sekali dalam Nikaya, bahkan secara implisit pun tidak.

Nikaya disusun pada saat Konsili pertama walaupun tidak secara tertulis dan namanya juga mengalami perubahan, namun isinya tetap sama. Adalah lucu jika mengharapkan Nikaya mencatat suatu bantahan atas suatu peristiwa yg baru akan dikarang ratusan tahun kemudian.

Terlebih lagi, Nikaya mencatat khotbah2 yg dibabarkan oleh Sang Buddha, bukan mencatat apa yg tidak dibabarkan oleh Sang Buddha. Nikaya mencatat apa yg terjadi pada saat suatu khotbah dibabarkan, bukan mencatat apa yg tidak terjadi.
« Last Edit: 03 April 2013, 10:52:13 PM by Indra »

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1299 on: 03 April 2013, 11:35:55 PM »
mungkin jawaban yang diinginkan, dari tahun pertama sampai ke-45 dibawah apakah rata2 semuanya ada sutta atau vinaya yang berhubungan dengan masing2 tahun atau range tahun itu. ataukah ada kontradiksi di sutta vinaya yang menyebutkan tahun ke-7 Sang Buddha ada di tempat lain.
http://www.buddhanet.net/bud_lt17.htm

sebenernya peristiwa sebesar itu bisa keluputan dari sutta vinaya itu sudah merupakan tanda tanya besar...

di early buddhism juga banyak sekte2 lain yang mengarang abhidhamma dan mereka mencantumkan nama pengarangnya, bukan dari Sang Buddha. sampai hari ini abhidhamma versi theravada dan sarvastivada masih utuh. abhidhamma2 itu juga berumur kurang lebih sama yaitu abad 3-5 sebelum masehi. dari sekian banyak versi abhidhamma itu isinya berbeda2 satu dengan yang lain. ini berbeda dengan sutta, dimana setiap sekte2 awal itu masing2 suttanya mirip satu dengan yang lainnya, bahkan untuk sutta2 yang "tua" itu persis sama. jelas ini artinya abhidhamma itu adalah karangan belakangan...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1300 on: 04 April 2013, 01:27:20 AM »
saya tidak berani mengatakan bahwa kisah itu benar atau tidak benar tanpa adanya data yg mendukung. tapi yg menjadi keanehan bagi saya adalah bahwa bahkan episode Sang Buddha mengunjungi Yakkha saja tercatat dalam Nikaya, tetapi kejadian penting pembabaran Abhidhamma kenapa sama sekali tidak ada petunjuk sama sekali dalam Nikaya, bahkan secara implisit pun tidak.

Kalau dikatakan tidak ada dalam nikaya manapun tidak benar juga. Ada dalam Khuddaka Nikaya kan, khususnya di Jataka dan Dhammapada Attakatha?  Tapi yang dimasalahkan buat sebagian orang adalah, menurut beberapa scholars KN termasuk tambahan belakangan.
The Buddha spent three months in Tāvatimsa, preaching all the time, seated on Sakka's throne, the Pandukambalasilāsana, at the foot of the Pāricchattaka tree. Eighty crores of devas attained to a knowledge of the truth. This was in the seventh year after his Enlightenment (J.iv.265; DhA.iii.216f; BuA. p.3). It seems to have been the frequent custom of ascetics, possessed of iddhi-power, to spend the afternoon in Tāvatimsa (E.g., Nārada, J.vi.392; and Kāladevala, J.i.54).

Kalau hanya memakai asumsi, bisa saja orang berasumsi bahwa tidak tercatat di Nikaya karena tidak ada bhikkhu (manusia) yang ikut hadir bersama Buddha mengikuti khotbah di Tavatimsa.  Sedangkan sutta2 yang Nikaya kan dihadiri oleh bhikkhu sebagai pendengar atau peserta.


Quote
Nikaya disusun pada saat Konsili pertama walaupun tidak secara tertulis dan namanya juga mengalami perubahan, namun isinya tetap sama. Adalah lucu jika mengharapkan Nikaya mencatat suatu bantahan atas suatu peristiwa yg baru akan dikarang ratusan tahun kemudian.

Terlebih lagi, Nikaya mencatat khotbah2 yg dibabarkan oleh Sang Buddha, bukan mencatat apa yg tidak dibabarkan oleh Sang Buddha. Nikaya mencatat apa yg terjadi pada saat suatu khotbah dibabarkan, bukan mencatat apa yg tidak terjadi.

Gw tidak minta Nikaya yang membantah suatu peristiwa, cukup Nikaya yg menyebutkan di mana vassa ke-7 sebenarnya.  Kalau ini disebutkan dalam Nikaya, maka otomatis membantah komentar yg menyebutkan di Tavatimsa. As simple as that.

Selama tidak ada petunjuk vassa di tempat lain (dalam Nikaya), maka komentar yang menyebutkan vassa di Tavatimsa itu bisa saja benar.  Dan anda tetap tidak bisa mengklaim ini tidak benar hanya berdasarkan asumsi koq peristiwa besar tidak masuk Nikaya. ==> Kalau hanya memakai asumsi, bisa saja orang berasumsi bahwa tidak tercatat di Nikaya karena tidak ada bhikkhu (manusia) yang ikut hadir bersama Buddha mengikuti khotbah di Tavatimsa.  Sedangkan sutta2 yang Nikaya kan dihadiri oleh bhikkhu sebagai pendengar atau peserta.
« Last Edit: 04 April 2013, 01:31:26 AM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1301 on: 04 April 2013, 07:01:37 AM »
Kalau dikatakan tidak ada dalam nikaya manapun tidak benar juga. Ada dalam Khuddaka Nikaya kan, khususnya di Jataka dan Dhammapada Attakatha?  Tapi yang dimasalahkan buat sebagian orang adalah, menurut beberapa scholars KN termasuk tambahan belakangan.
The Buddha spent three months in Tāvatimsa, preaching all the time, seated on Sakka's throne, the Pandukambalasilāsana, at the foot of the Pāricchattaka tree. Eighty crores of devas attained to a knowledge of the truth. This was in the seventh year after his Enlightenment (J.iv.265; DhA.iii.216f; BuA. p.3). It seems to have been the frequent custom of ascetics, possessed of iddhi-power, to spend the afternoon in Tāvatimsa (E.g., Nārada, J.vi.392; and Kāladevala, J.i.54).


Atthakatha, baik Jataka Atthakatha maupun Dhammapada Atthakatha tidak termasuk Nikaya.

Quote
Kalau hanya memakai asumsi, bisa saja orang berasumsi bahwa tidak tercatat di Nikaya karena tidak ada bhikkhu (manusia) yang ikut hadir bersama Buddha mengikuti khotbah di Tavatimsa.  Sedangkan sutta2 yang Nikaya kan dihadiri oleh bhikkhu sebagai pendengar atau peserta.

Ketika Sang Buddha pergi ke alam Brahma bertemu dengan Brahma Baka, di sana Sang Buddha juga solo tanpa didampingi oleh bhikkhu (manusia). kok bisa tercatat dalam sutta? Dan lagi, ada kontrak antara Ananda dan Sang Buddha yaitu bahwa khotbah apa pun yg dibabarkan ketika Ananda tidak berada di TKP maka Sang Buddha harus mengulanginya kepada Ananda.

Quote
Gw tidak minta Nikaya yang membantah suatu peristiwa, cukup Nikaya yg menyebutkan di mana vassa ke-7 sebenarnya.  Kalau ini disebutkan dalam Nikaya, maka otomatis membantah komentar yg menyebutkan di Tavatimsa. As simple as that.


Sutta tidak mencatat waktu pembabaran, hanya berisi informasi tempat. Sehingga menjadi sulit sekali untuk menyusun ulang sutta-sutta itu secara kronologis, jadi yg bisa dilakukan oleh para komentator pun tidak persis akurat.

Quote
Selama tidak ada petunjuk vassa di tempat lain (dalam Nikaya), maka komentar yang menyebutkan vassa di Tavatimsa itu bisa saja benar.  Dan anda tetap tidak bisa mengklaim ini tidak benar hanya berdasarkan asumsi koq peristiwa besar tidak masuk Nikaya. ==> Kalau hanya memakai asumsi, bisa saja orang berasumsi bahwa tidak tercatat di Nikaya karena tidak ada bhikkhu (manusia) yang ikut hadir bersama Buddha mengikuti khotbah di Tavatimsa.  Sedangkan sutta2 yang Nikaya kan dihadiri oleh bhikkhu sebagai pendengar atau peserta.


ya tapi kenapa anda menggunakan "bisa saja benar" yg menyiratkan bahwa hal itu juga "bisa saja salah" dan keduanya memiliki peluang yg sama. kalau posisi "tidak tercatat" hanya berdasarkan pada argumen "tidak ada bhikkhu (manusia) yg hadir", ini sungguh lemah, karena ada banyak sutta lain di mana sutta itu dibabarkan tanpa kehadiran bhikkhu lain juga.

dan tuduhan bahwa saya mengklaim ini itu sebaiknya tidak dilakukan, karena di sini saya tidak mengajak anda untuk mengikuti opini saya, dan bahwa saya juga terbuka pada bantahan atas pendapat saya sehingga saya bisa meluruskan pandangan saya jika terbukti keliru.

_/\_


Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1302 on: 04 April 2013, 07:56:24 AM »
Jika menurut tradisi theravada, maka semua pernyataan bro sanjiva benar. Jika menurut tradisi mahayana yah jadi salah.

Abhidhamma yah dianggap SALAH oleh sarvastivada, isinya tidak valid, yang benar abhidhamma milik Sarvastivada. Demikian juga Abhidhamma dianggap SALAH oleh Mahasanghika dst.

Masing2 sekte mendevelop abhidhamma masing2 yg merupakan ujung tombak dan puncak tertinggi dari interpretasi dan pengembangan sudut pandang masing-masing sekte. Lalu masing2 bisa menambahkan cerita latar belakang "pembenaran" yang dibentuk sekian lama yang biasanya dienkapsulasi dalam bentuk komentar dan kisah2 penjelasan latar belakang.

There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1303 on: 04 April 2013, 08:16:01 AM »
Perlu dibedakan istilah Abhidhamma tidak sama dengan Abhidharma dan tidak mengacu kepada 'barang' yang sama.

Abhidhamma adalah istilah untuk himpunan Pitaka yang ketiga dari canon Pali milik Theravada, sedangkan Abhidharma untuk pitaka yang ketiga dari kitab non Pali (non Theravada, untuk memudahkan definisi sebut saja Tripitaka Mahayana).

Jadi menyebut abhidharma di atas merujuk kepada abhidharma yang bukan Theravada.  Demikian agar pembaca tidak salah mengartikan.
Hanya masalah bahasa, karena yang beredar pertama kali memang Abhidharma-abhidharma (berbahasa sanskrit). Itu yang muncul 200 tahun mahaparinirvana. Kalau Abhidhamma (alias Abhidharma Theravada dalam Pali), itu munculnya setelah kelompok Tāmraparnīya dari Vibhajyavada berkembang di Srilanka, yang berarti Abhidhamma itu bahkan lebih muda 100 tahun lagi dibanding Abhidharma.


Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1304 on: 04 April 2013, 08:30:01 AM »
Ketika Sang Buddha pergi ke alam Brahma bertemu dengan Brahma Baka, di sana Sang Buddha juga solo tanpa didampingi oleh bhikkhu (manusia). kok bisa tercatat dalam sutta? Dan lagi, ada kontrak antara Ananda dan Sang Buddha yaitu bahwa khotbah apa pun yg dibabarkan ketika Ananda tidak berada di TKP maka Sang Buddha harus mengulanginya kepada Ananda.

Argumen anda (bold) salah menurut ini:

Bakabrahma Sutta
Relates the story of the Buddha's visit to Baka und the conversation between Baka und the Buddha on that occasion. The incidents of Baka's previous life are referred to but without detail (S.i.142 f). Cp. Brahmanimantika Sutta.

This sutta cannot be identical mit the Bakabrahma Sutta erwähnt in Theragāthā Commentary und quoted there in full (ii. 185 f). It is stated there that once when the Buddha was at Jetavana a certain Brahmā conceived the view that no monk or recluse could come to his world. The Buddha, aware of this, went to the Brahma world und stood in the air enveloped in flame.

He was followed by Moggallāna, Kassapa, Kappina und Anuruddha. Moggallāna asked the Brahmā if he still held the same view, to which he replied that he no longer thought that he was eternal. (This shows that the Brahmā of the story was most probably Baka.)

When the Buddha und his followers had departed, the Brahmā sent one of his retinue to Moggallāna to find out if there were other disciples of the Buddha as mighty as he. Moggallāna's answer was that there were many such (the sutta is given at S.i.144 ff., but there the name given is “Aparāditthi” Sutta).

Source : http://www.palikanon.com/namen/b/bakabrahma_sutta.htm

Jadi ketika Buddha ke alam brahma dan bertemu Brahma Baka, diikuti juga oleh bhante Moggallana, Kassapa, Kappina, dan Anuruddha.  Thus bisa masuk ke dalam sutta / nikaya, seperti yg gw asumsikan sebelumnya.  Sedangkan ketika ke Tavatimsa tidak diikuti bhikkhu dan manusia.
« Last Edit: 04 April 2013, 08:34:41 AM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

 

anything