om kainyn, mau nanya..
dikatakan bahwa pada saat kita meninggal, yang kita bawa dari satu kehidupan ke kehidupan selajutnya itu adalah kesadaran/vinnana kita...
menurut abhidhamma, yang berfungsi sebagai memory pikiran kita adalah sanna/persepsi..
nah, kalau memang yang dibawa itu vinnana, dan tidak termasuk sanna, kenapa ada manusia yang bisa mengingat kehidupan lampaunya?? bukankah persepsinya tidak ikut terbawa pada saat suatu makhluk meninggal??
sebenernya ini pertanyaan dari thread sebelah, tapi karena saya belum mendapatkan jawaban yang memuaskan, makanya saya tanya disini...
Saya mau klarifikasi sedikit. Sebetulnya jika menyebut kesadaran berpindah antar kehidupan, itu adalah suatu pandangan salah. Dalam MN 38, Mahatanhasankhaya Sutta, seorang bhikkhu bernama Sati Kevattaputta menganut pandangan salah demikian.
Bathin kita senantiasa berproses, apakah kesadaran, perasaan, persepsi, ingatan, semuanya terkondisi dan mengalami perubahan. Kematian hanyalah perubahan dalam siklus yang lebih besar karena melibatkan terurainya jasmani.
Saya tidak mendalami Abhidhamma, tapi setahu saya ingatan itu bukan persepsi (sanna), namun bentukan pikiran (sankhara). Sanna hanya sebatas mengenali objek indera yang ditangkap oleh kesadaran. Kesan yang ditangkap persepsi tersebut yang kemudian menghasilkan bentukan pikiran. Contoh sederhana adalah misalnya kita punya telinga yang baik, mendengar satu lagu. Ada kontak suara pada telinga yang dipersepsi oleh kesadaran telinga. Persepsi kesadaran telinga tersebut kemudian dikenali lagi oleh pikiran sehingga menyebabkan bentukan-bentukan pikiran. Ingatan adalah salah satu bentukan pikiran yang diproses dan bertahan.
Jika ingatan ada di persepsi (sanna), maka jika telinganya baik, maka ingatannya selalu benar. Namun tidak demikian. Kita senantiasa mengalami bahwa ingatan kita akan satu persepsi ternyata salah. Telinga baik, tapi salah ingat lagu. Mengapa demikian? Karena bentukan pikiran yang didapat dari persepsi telinga baik itu tidak bertahan.
Terlepas dari itu juga, sebetulnya bukan kesadaran yang dipertahankan lalu hal-hal lainnya ditinggalkan. Kematian adalah terurainya jasmani. Tanpa jasmani, maka tidak ada landasan indera, otomatis tidak ada persepsi, perasaan, dan bentukan pikiran. Ibaratnya kesadaran ini hembusan angin, lalu jasmani adalah seruling, nada-nada adalah persepsi, perasaan, bentukan pikiran. Ketika seruling hancur, maka hembusan angin tidak lagi memunculkan nada. Tapi jangan dibayangkan kesadaran itu kemudian melayang-layang mencari jasmani baru. Bukan begitu, tapi pada saat kehancuran jasmani terjadi, saat itu juga pembentukan jasmani lain terjadi.
Mengapakah ada yang bisa ingat kehidupan lampau dan ada yang tidak. Ini jelas karena sesama manusia saja kapasitas ingatannya beda-beda, ada yang tajam, ada yang pelupa. Tapi kalau pada kasus manusia, memang kebanyakan lupa karena mengalami proses dalam janin. Pada saat tersebut, landasan indera belum terbentuk sempurna, kesadaran lemah, dan dalam kondisi itu selama sekitar 9 bulan. Berbeda dengan kelahiran spontan misalnya dari manusia ke alam deva yang terlahir langsung dengan indria baik, maka dengan sendirinya tidak banyak ingatan hilang dalam prosesnya. Betul, persepsinya memang tidak dibawa, namun bentukan pikiran yang dipertahankan. Misalnya saya mengingat bentuk, dan kemudian di saat tua, mata saya melemah atau bahkan buta. Jika ingatan ada di persepsi, maka seharusnya saya tidak lagi mengingat semua bentuk. Namun tidak demikian. Walaupun tidak ada lagi persepsi mata, namun saya masih punya ingatan (bentuk pikiran) yang berkenaan dengan persepsi mata (bentuk).