//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 590277 times)

0 Members and 6 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1035 on: 07 December 2011, 05:36:16 PM »
Tanya nih _/\_ Kalau di dalam pikirannya timbul curiga terus? masuk kategori karma mana OM? ;D

Sepertinya masuk kategori kamma yang berdasarkan kebodohan bathin, pikirannya dibohongi dan terlarut oleh ide-ide dari pikirannya sendiri sehingga sulit menilai dengan baik.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1036 on: 08 December 2011, 10:00:19 PM »
tanya om, pada saat perasaan kita sedang netral, maka yang timbul kemungkinannya ada 2, yaitu upekkha atau moha...
nah, bagaimana kita membedakan apakah perasaan kita itu termasuk moha atau upekkha??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1037 on: 09 December 2011, 09:19:43 AM »
tanya om, pada saat perasaan kita sedang netral, maka yang timbul kemungkinannya ada 2, yaitu upekkha atau moha...
nah, bagaimana kita membedakan apakah perasaan kita itu termasuk moha atau upekkha??
Kalau dalam konteks sebenar-benarnya, selama kita masih belum merealisasi kebenaran mulia itu, maka kita masih dicengkeram oleh moha, maka kita senantiasa mengukuhkan 'diri' (dengan cara yang berbeda, tentunya) dan melakukan kamma (baik dan buruk). Jadi kalau mau bilang moha, selama belum mencapai kesucian, kita masih 'digerakkan' oleh moha.

Dugaan saya, maksud pertanyaan bro will ini bagaimana kita membedakan upekkha yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat. Tidak ada patokan pastinya, tapi kita bisa 'mengukur' sendiri. Jika dengan munculnya upekkha tersebut hal-hal baik muncul/dipertahankan, hal-hal buruk berkurang/tidak muncul, maka upekkha tersebut bermanfaat. Berlaku sebaliknya jika dengan munculnya upekkha tersebut hal-hal buruk muncul/dipertahankan, hal-hal baik berkurang/tidak muncul, maka itu adalah upekkha tidak bermanfaat.

Satu contoh misalnya kita dengar Ajaran Buddha dihina dan didebat, lalu kita mengembangkan upekkha. Apakah ini upekkha yang bermanfaat? Belum tentu. Bisa juga ini bentuk fanatik dan masa bodo, lawan dari penyelidikan. Dengan upekkha 'masa bodo' tersebut kita tidak berkembang, bahkan ada kecenderungan untuk tidak menggubris nasihat dari orang lain.


Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1038 on: 19 December 2011, 03:54:00 PM »
dear bro Kainyn,

dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat terlahir kembali?
dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat bisa terlahir kembali?
dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat bisa memilih untuk mau/ingin terlahir kembali?


Spoiler: ShowHide


http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21689.0

yang disini terlalu panas, makanya tanya disini aja


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1039 on: 19 December 2011, 04:28:20 PM »
dear bro Kainyn,

dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat terlahir kembali?
dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat bisa terlahir kembali?
dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat bisa memilih untuk mau/ingin terlahir kembali?


Spoiler: ShowHide


http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21689.0

yang disini terlalu panas, makanya tanya disini aja



Quote
dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat terlahir kembali?
dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat bisa terlahir kembali?
Dua ini saya gabung, tidak bisa dalam satu kalimat singkat.
Jawabannya: tergantung sudut pandang tradisi, dan karena saya tidak mendalami yang lain, maka saya jawab menurut Tradisi Theravada: tidak.

Spoiler: ShowHide
Alasannya adalah merujuk pada paticca-samuppada:
Kebodohan (avijja) menimbulkan kehendak (sankhara), kehendak menimbulkan kesadaran (vinnana), kesadaran menimbulkan bathin-jasmani (nama-rupa) ... 6 indera (salayatana) ... kontak (phassa) ... perasaan (vedana) ... kehausan (tanha) ... kemelekatan (upadana) ... perwujudan (bhava) ... kelahiran (jati) ... penuaan-kematian (jara-marana).

Arahat telah menembus kebenaran mulia dan mengikis sepenuhnya kebodohan (avijja) yang adalah penopang dari 12 mata rantai tersebut. Maka tanpa kebodohan, tidak akan ada kehendak, dst, yang menyebabkan kelahiran. Dari mana lagi kelahiran mendapatkan landasan? Jika ada landasan lain untuk kelahiran, maka dhamma tidak sempurna dibabarkan dan Buddha adalah guru yang suka main rahasia-rahasiaan.



Quote
dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat bisa memilih untuk mau/ingin terlahir kembali?
Ini pertanyaannya kurang tepat.
Seharusnya: 'apakah orang yang masih ada keinginan terlahir kembali bisa jadi Arahat?'
Tentu saya jawab: tidak.


Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1040 on: 19 December 2011, 04:47:18 PM »
dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat terlahir kembali?
dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat bisa terlahir kembali?

Dua ini saya gabung, tidak bisa dalam satu kalimat singkat.
Jawabannya: tergantung sudut pandang tradisi, dan karena saya tidak mendalami yang lain, maka saya jawab menurut Tradisi Theravada: tidak.

ini berarti dari pandangan lain, ada pendapat, keyakinan dan ajaran bahwa arahat masih bisa terlahir kembali.

tengkiu.


dalam satu kalimat tegas, apakah para arahat bisa memilih untuk mau/ingin terlahir kembali?

Seharusnya: 'apakah orang yang masih ada keinginan terlahir kembali bisa jadi Arahat?'
Tentu saya jawab: tidak.

tegasnya orang yang masih ada keinginan terlahir kembali bukan/belum arahat.

sekali lagi tengkiu bro...  _/\_


pertanyaan selanjutnya :
apakah seorang arahat tidak lagi mempunyai keinginan? yang sederhana sekali pun. misal ingin makan.

mohon pencerahannya bro.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1041 on: 19 December 2011, 04:57:49 PM »
ini berarti dari pandangan lain, ada pendapat, keyakinan dan ajaran bahwa arahat masih bisa terlahir kembali.

tengkiu.


tegasnya orang yang masih ada keinginan terlahir kembali bukan/belum arahat.

sekali lagi tengkiu bro...  _/\_


pertanyaan selanjutnya :
apakah seorang arahat tidak lagi mempunyai keinginan? yang sederhana sekali pun. misal ingin makan.

mohon pencerahannya bro.
Kalau keinginan dalam artian sehari-hari, tentu masih ada. Namun keinginan ini bukan lagi didasarkan oleh keserakahan, kebencian, kebodohan bathin. Keinginan ini hanyalah seperti 'sisa' dari bentukan masa lampau. Contohnya seperti ada Arahat yang kecenderungannya untuk mengajar, ada yang tinggal di hutan menjalankan petapaan keras. Ini karena sisa dari tekad lampaunya, namun apakah keinginannya terpenuhi ataupun tidak, maka bathinnya tetap seimbang karena sudah tidak ada keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin lagi yang mempengaruhinya. 



Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1042 on: 19 December 2011, 08:07:47 PM »
semua yang dilakukan adalah fungsional (kiriya), misalnya makan hanya untuk menghilangkan rasa lapar, walau sebenarnya dapat makan atau tidak, batinnya tetap seimbang.
begitulah yang saya dengar.  :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1043 on: 19 December 2011, 09:31:02 PM »
om kainyn, mau nanya..  ;D ;D
dikatakan bahwa pada saat kita meninggal, yang kita bawa dari satu kehidupan ke kehidupan selajutnya itu adalah kesadaran/vinnana kita...
menurut abhidhamma, yang berfungsi sebagai memory pikiran kita adalah sanna/persepsi..
nah, kalau memang yang dibawa itu vinnana, dan tidak termasuk sanna, kenapa ada manusia yang bisa mengingat kehidupan lampaunya?? bukankah persepsinya tidak ikut terbawa pada saat suatu makhluk meninggal??

sebenernya ini pertanyaan dari thread sebelah, tapi karena saya belum mendapatkan jawaban yang memuaskan, makanya saya tanya disini...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1044 on: 20 December 2011, 08:48:41 AM »
semua yang dilakukan adalah fungsional (kiriya), misalnya makan hanya untuk menghilangkan rasa lapar, walau sebenarnya dapat makan atau tidak, batinnya tetap seimbang.
begitulah yang saya dengar.  :)
Demikian pula yang saya dengar. :) Kondisi bathin kiriya ini banyak dipengaruhi kecenderungan masa lampau (vasana), maka kita masih bisa lihat Arahat seolah-olah ada sifat-sifat 'duniawi' yang buruk, juga tidak bijaksana dalam mengambil keputusan sehubungan dengan hal-hal duniawi. Kalau urusan spiritual, mereka telah sempurna tanpa noda.
Vasana ini 'hilang' sepenuhnya pada seorang Samma Sambuddha, yang karenanya, selain kesempurnaan spiritual, pengetahuan, kebijaksanaan, bahkan dalam hal-hal duniawi kecilpun ia tak bercela.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1045 on: 20 December 2011, 09:55:06 AM »
om kainyn, mau nanya..  ;D ;D
dikatakan bahwa pada saat kita meninggal, yang kita bawa dari satu kehidupan ke kehidupan selajutnya itu adalah kesadaran/vinnana kita...
menurut abhidhamma, yang berfungsi sebagai memory pikiran kita adalah sanna/persepsi..
nah, kalau memang yang dibawa itu vinnana, dan tidak termasuk sanna, kenapa ada manusia yang bisa mengingat kehidupan lampaunya?? bukankah persepsinya tidak ikut terbawa pada saat suatu makhluk meninggal??

sebenernya ini pertanyaan dari thread sebelah, tapi karena saya belum mendapatkan jawaban yang memuaskan, makanya saya tanya disini...
Saya mau klarifikasi sedikit. Sebetulnya jika menyebut kesadaran berpindah antar kehidupan, itu adalah suatu pandangan salah. Dalam MN 38, Mahatanhasankhaya Sutta, seorang bhikkhu bernama Sati Kevattaputta menganut pandangan salah demikian.

Bathin kita senantiasa berproses, apakah kesadaran, perasaan, persepsi, ingatan, semuanya terkondisi dan mengalami perubahan. Kematian hanyalah perubahan dalam siklus yang lebih besar karena melibatkan terurainya jasmani. 

Saya tidak mendalami Abhidhamma, tapi setahu saya ingatan itu bukan persepsi (sanna), namun bentukan pikiran (sankhara). Sanna hanya sebatas mengenali objek indera yang ditangkap oleh kesadaran. Kesan yang ditangkap persepsi tersebut yang kemudian menghasilkan bentukan pikiran. Contoh sederhana adalah misalnya kita punya telinga yang baik, mendengar satu lagu. Ada kontak suara pada telinga yang dipersepsi oleh kesadaran telinga. Persepsi kesadaran telinga tersebut kemudian dikenali lagi oleh pikiran sehingga menyebabkan bentukan-bentukan pikiran. Ingatan adalah salah satu bentukan pikiran yang diproses dan bertahan.

Jika ingatan ada di persepsi (sanna), maka jika telinganya baik, maka ingatannya selalu benar. Namun tidak demikian. Kita senantiasa mengalami bahwa ingatan kita akan satu persepsi ternyata salah. Telinga baik, tapi salah ingat lagu. Mengapa demikian? Karena bentukan pikiran yang didapat dari persepsi telinga baik itu tidak bertahan.

Terlepas dari itu juga, sebetulnya bukan kesadaran yang dipertahankan lalu hal-hal lainnya ditinggalkan. Kematian adalah terurainya jasmani. Tanpa jasmani, maka tidak ada landasan indera, otomatis tidak ada persepsi, perasaan, dan bentukan pikiran. Ibaratnya kesadaran ini hembusan angin, lalu jasmani adalah seruling, nada-nada adalah persepsi, perasaan, bentukan pikiran. Ketika seruling hancur, maka hembusan angin tidak lagi memunculkan nada. Tapi jangan dibayangkan kesadaran itu kemudian melayang-layang mencari jasmani baru. Bukan begitu, tapi pada saat kehancuran jasmani terjadi, saat itu juga pembentukan jasmani lain terjadi.

Mengapakah ada yang bisa ingat kehidupan lampau dan ada yang tidak. Ini jelas karena sesama manusia saja kapasitas ingatannya beda-beda, ada yang tajam, ada yang pelupa. Tapi kalau pada kasus manusia, memang kebanyakan lupa karena mengalami proses dalam janin. Pada saat tersebut, landasan indera belum terbentuk sempurna, kesadaran lemah, dan dalam kondisi itu selama sekitar 9 bulan. Berbeda dengan kelahiran spontan misalnya dari manusia ke alam deva yang terlahir langsung dengan indria baik, maka dengan sendirinya tidak banyak ingatan hilang dalam prosesnya. Betul, persepsinya memang tidak dibawa, namun bentukan pikiran yang dipertahankan. Misalnya saya mengingat bentuk, dan kemudian di saat tua, mata saya melemah atau bahkan buta. Jika ingatan ada di persepsi, maka seharusnya saya tidak lagi mengingat semua bentuk. Namun tidak demikian. Walaupun tidak ada lagi persepsi mata, namun saya masih punya ingatan (bentuk pikiran) yang berkenaan dengan persepsi mata (bentuk).


Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1046 on: 20 December 2011, 02:08:49 PM »
satu pertanyaan menganjal.

saya juga gak tau total jumlah aliran buddhisme, sebut saja dua diantaranya mahayana dan theravada
di beberapa thread saya baca kedua aliran ini memiliki pandangan berbeda dalam hal tertentu.
saya juga gak tau mana benar mana salah, jujur sedikit membingungkan.
jika saya memilih mempelajari atau ikut secara intens di salah satu aliran, apakah saya harus meninggalkan atau melepas konsep aliran lainnya? atau justru bisa menjalankan konsep kedua atau beberapa aliran ini secara bersamaan?

bagaimana menurut anda bro?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1047 on: 20 December 2011, 02:20:11 PM »
satu pertanyaan menganjal.

saya juga gak tau total jumlah aliran buddhisme, sebut saja dua diantaranya mahayana dan theravada
di beberapa thread saya baca kedua aliran ini memiliki pandangan berbeda dalam hal tertentu.
saya juga gak tau mana benar mana salah, jujur sedikit membingungkan.
jika saya memilih mempelajari atau ikut secara intens di salah satu aliran, apakah saya harus meninggalkan atau melepas konsep aliran lainnya? atau justru bisa menjalankan konsep kedua atau beberapa aliran ini secara bersamaan?

bagaimana menurut anda bro?
Yang diakui secara umum memang 2: Theravada & Mahayana. Mahayana sendiri ada sub aliran seperti Tantrayana dan Zen.
Sebetulnya tidak masalah belajar secara bersamaan, tapi yang diperhatikan adalah ketika belajar Theravada, jangan tercampur konsep di Mahayana, juga sebaliknya. Pelajari keduanya sebagai ajaran yang independen, jadi tidak bingung. Nantinya setelah lumayan mengerti, mau belajar lebih lanjut yang mana ga masalah, tergantung kecocokannya saja.

Kalau secara sehari-hari, konsep dari ajaran2 yang pusatnya adalah pengembangan diri apakah Theravada, Mahayana, bahkan Hindu sekalipun, bisa berjalan selaras. Seperti Hindu pun ada yang berpusat pada Brahmavihara, sehingga praktiknya tidak jauh-jauh juga. Kalau untuk yang terperinci, bahkan pengertian penganut Theravada satu belum tentu cocok dengan penganut Theravada lainnya. Ini sifatnya sudah lebih ke arah pribadi.

Kembali lagi tidak masalah belajar berapapun (selama ada kesempatan), asal jangan sampai tercampur saja konsepnya, karena bisa membingungkan.

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1048 on: 20 December 2011, 02:26:08 PM »
Kalau secara sehari-hari, konsep dari ajaran2 yang pusatnya adalah pengembangan diri apakah Theravada, Mahayana, bahkan Hindu sekalipun, bisa berjalan selaras. Seperti Hindu pun ada yang berpusat pada Brahmavihara, sehingga praktiknya tidak jauh-jauh juga. Kalau untuk yang terperinci, bahkan pengertian penganut Theravada satu belum tentu cocok dengan penganut Theravada lainnya. Ini sifatnya sudah lebih ke arah pribadi.

Kalau dalam kehidupan sehari-hari, apakah Buddhisme dapat dijadikan sebagai metode self development (duniawi) ?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1049 on: 20 December 2011, 02:33:59 PM »
Kalau dalam kehidupan sehari-hari, apakah Buddhisme dapat dijadikan sebagai metode self development (duniawi) ?
Bisa dijelaskan batasan 'duniawi' ini apa saja, dan mungkin contohnya di bidang apa?