//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 590291 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #375 on: 20 January 2010, 10:50:13 AM »
Sharing artikel yang menurut saya menpunyai pengertian dan pemahaman lebih kurang sama seperti yang disampaikan oleh Bro Kainyn.

Kebijakan Sebuah Kata
Oleh: Fr. John F.Demartini

Satu percakapan bersama orang bijak sama nilainya dengan belajar sebulan dengan membaca buku. -Peribahasa Cina

Bukankah luar biasa bagaimana seorang yang memberikan gagasannya pada waktu dan tempat yang tepat dapat mengubah jalan sejarah hidupmu? Ini terjadi pada hidupku. Waktu aku berumur 14, aku menumpang dari Houston, Texas, melalui El Paso menuju California. Aku sedang mengikuti impianku, berkelana bersama matahari. Aku drop-out dari sekolah menengah karena memiliki cacat-belajar dan ingin berselancar dia atas ombak terbesar di dunia, mula-mula di California, lantas di Hawaii, tempat tinggalku di kemudian hari.

Saat tiba di tengah kota El Paso, aku bertemu dengan seorang gelandangan tua di tikungan jalan. Ia melihatku berjalan, menghentikanku, lalu bertanya padaku waktu aku lewat. Ia bertanya apakah aku kabur dari rumah, mungkin karena aku kelihatan masih muda. Kukatakan padanya, "Tidak juga, Pak," karena ayahku mengantarku ke jalan raya di Houston dan merestuiku dengan mengatakan, "Yang penting adalah mengikuti impianmu dan hati nuranimu, Nak".

Pak gelandangan itu kemudian bertanya apakah aku mau dibelikan secangkir kopi. Aku bertanya padanya, "Tak usah, Pak, tapi kalau soda, aku mau". Kami berjalan ke sebuah toko di pojok jalan dan duduk di bangku putar sambil menikmati minuman.

Setelah mengobrol selama beberapa menit, Pak gelandangan yang ramah itu menyuruhku mengikutinya. Ia berkata padaku bahwa ia ingin menunjukkan dan berbagi sesuatu yang hebat denganku. Kami berjalan beberapa blok sampai ke Perpustakaan Umum El Paso. Kami menaiki tangga depan dan berhenti di stand penerangan kecil. Di sini Pak gelandangan berbicara dengan seorang wanita tua yang suka tersenyum, dan bertanya padanya apakah dia mau mengawasi barang-barangku sebentar selagi aku dan dia masuk ke perpustakaan. Aku meninggalkan barang milikku pada nenek baik ini dan masuk ke dalam ruang belajar yang besar dan indah.

Pak gelandangan mula-mula mengajakku ke sebuah meja dan memintaku duduk dan menunggu sebentar sementara ia mencari sesuatu yang istimewa dalam rak buku. Tidak berapa lama kemudian, ia kembali mengepit dua buah buku tua dan menaruhnya di meja. Lalu ia duduk di sebelahku dan berbicara.

Ia mulai dengan beberapa pernyataan yang sangat istimewa yang mengubah hidupku. Katanya, "Ada dua hal yang ingin saya ajarkan padamu, anak muda." "Nomor satu, jangan menilai buku dari sampulnya, karena sampul bisa menipumu." Ia meneruskannya dengan berkata,"Kamu pasti mengira saya ini gelandangan, betul tidak, anak muda ?" Kataku, "Eh, betul, rasanya, Pak." "Anak muda, saya punya kejutan untukmu. Saya adalah salah seorang terkaya di dunia. Saya mungkin memiliki apa saja yang diinginkan orang. Saya berasal dari daerah Timur Laut dan memiliki apa saja yang dapat dibeli dengan uang. Tapi setahun yang lalu, istri saya meninggal, dan sejak itu saya banyak berpikir tentang hidup. Saya sadar bahwa ada beberapa hal yang belum pernah saya alami dalam hidup ini, salah satunya adalah apa rasanya hidup sebagai gelandangan di jalanan. Saya berjanji pada diri sendiri untuk melakukan hal itu selama setahun. Selama setahun ini, saya berkelana dari kota ke kota. Jadi, kamu lihat, jangan pernah menilai buku dari sampulnya, karena sampul bisa menipumu".

"Nomor dua adalah belajar cara membaca, nak. Karena hanya ada satu hal yang tak dapat direnggut dari dirimu, yaitu kebijakanmu". Pada saat itu , ia meraih ke depan mengenggam tangan kananku dan menaruhnya di atas buku yang diambilnya dari rak. Buku itu adalah buah tangan Plato dan Aristoteles - karya klasik abadi dari zaman kuno.

Pak gelandangan itu kemudian mengajakku kembali pada wanita tua yang tersenyum di dekat jalan masuk itu, menuruni tangga, dan kembali ke jalan dekat tempat kami bertemu tadi. Permintaan perpisahannya adalah agar aku tidak melupakan apa yang diajarkannya. Aku tak pernah lupa.

Semoga Bermanfaat

 _/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #376 on: 20 January 2010, 10:58:01 AM »
Bila ada guru yang kelakuannya buruk tapi ajarannya baik tetap aye tinggalkan, bisa cari guru yg lain yg lebih baik khan ;D
tambahan, bila ada guru yang kelakuannya buruk itu tetap akan berpengaruh terhadap perkembangan muridnya malah bisa jadi pembenaran atas kelakuan gurunya dan di contoh oleh muridnya seperti kasus poligami :P

Begitu ya? Kalau saya sih merasa sayang lho.
Saya cerita dikit, dulu saya belajar bela diri kebanyakan ilmu kuno, orangnya sudah tua-tua. Mereka juga galak-galak. Karena mereka sudah tua, maka sedikit yang bisa mereka perlihatkan karena keterbatasan tubuhnya. Jadi saya sering diomeli "salah, bukan gitu!" tapi saya sendiri ga tahu yang bener itu persisnya seperti apa, karena hanya mendengar lewat kata-kata saja. Tapi lama kelamaan saya mulai paham apa yang dimaksud dan mendapatkan banyak manfaat.

Nah, dari situ saya sadar bahwa kadang orang tidak bisa memberi contoh karena keterbatasan dirinya, tetapi bukan berarti karena keterbatasan itu, orang tersebut tidak bisa memberikan kontribusi apa-apa. Dan sekadar info, saya mengenal Buddhisme dari orang yang menurut saya kurang baik untuk diteladani. Jika saya dulu langsung menolak referensinya ketika dikenalkan, maka mungkin sampai sekarang saya tidak kenal Ajaran Buddha.


ya memang hal ini bisa terjadi, cuma yang saya ingin sampaikan adalah, alangkah baiknya bisa memilih guru yang sesuai dengan teori dan praktek.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #377 on: 20 January 2010, 11:09:46 AM »
Menjadi atau Tidak Menjadi karena Persepsi

Ada seorang gadis yang bercita-cita untuk menjadi seorang penari terkenal. Ia bermimpi untuk menjadi seorang yang tenar, yang akan menunjukkan kemampuannya didepan ribuan orang, di atas panggung yang megah. Setiap hari ia berlatih dengan keras, untuk menjadikan tariannya sempurna. Suatu saat ada sebuah perlombaan tari, gadis tersebut mengikutinya, ini merupakan sebuah kesempatan baginya untuk dapat meraih cita-citanya. Ribuan penari mengikuti perlombaan ini,namun gadis ini tidak gentar.

Ia mendapatkan nomor urut sekian ribu, setelah menunggu berjam-jam akhirnya waktu yang selama ini nantikan tiba, gadis itu berjalan menuju sebuah ruangan yang disitu sudah menunggu sesosok pria yang tidak lain adalah sang juri, yang akan menilai kemampuannya dan menentukan langkahnya. Dengan percaya diri gadis tersebut memulai tariannya, sangat luar biasa sekali, gerakannya gemulai dan lincah. Namun baru beberapa menit ia menari, sang juri meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah katapun, sang gadis tersebut terkejut, bagai disambar petir disiang bolong, “ Begitu burukkah tarianku sampai-sampai dia mencampakkanku begitu saja, tanpa meninggalkan kata sedikitpun,” kata sang gadis dalam hati. Begitu kesalnya sang gadis, mimpinya hancur, cita-citanya musnah. Sejak saat itu sang gadis tidak pernah mau untuk menari lagi.

Beberapa tahun berlalu, Tanpa sengaja sang gadis melihat sebuah pengumunan, di kota tersebut akan diadakan pertunjukan tari, sang gadis tersebut bermaksud membawa anaknya untuk menonton pertunjukan tersebut, di pertunjukan tersebut ia bertemu dengan sesosok yang sudah tidak asing bagi dirinya, juri dalam perlombaan tari yang pernah ia ikuti beberapa waktu yang lalu, pria tersebut sudah tua, tampak dari wajahnya yang sudah keriput, rambutnya yang memutih dan kepalanya yang botak. Gadis tersebut menghampiri pria itu.

“Anda masih ingat saya?” Tanya si gadis,

“ Saya orang yang anda tinggalkan begitu saja pada perlombaan tari beberapa tahun yang lalu.” Tambah si gadis itu.

“ Ooo, kemana saja Anda selama ini?” Kata pria itu.

“ Saya menjadi penjaga toko,” Jawab sang gadis singkat.

Sang gadis pun menanyakan sebuah pertanyaan besar, yang selama ini menggangunya,

“ Kenapa waktu itu meninggalkan saya begitu saja? Begitu burukkah penampilan saya? Mungkin jika waktu itu saya diberikan kesempatan, saat ini saya yang akan ada diatas panggung itu, bukan menjadi seorang penjaga toko.”

Pria itu menjawab “ Ooo Anda menari dengan sangat hebat sekali waktu itu, tapi waktu itu saya lelah sekali, setelah beribu-ribu penari yang saya nilai, mengenai saya meninggalkanmu, saya bermaksud untuk mengambil kartu nama saya, untuk saya berikan kepada Anda dan saya berharap Anda menghubungi saya keesokan harinya. Saya benar-benar lelah, namun setelah saya kembali, Anda sudah tidak ada. Untuk mengetahui sebuah rasa masakan yang lezat, Anda tidak harus memakan semua masakan tersebut.”

Andai saja gadis itu tetap konsisten dengan apa yang ia lakukan, ia tetap konsentrasi dengan cita-citanya, ia tetap menyelesaikan tariannya hingga usai, mungkin ia sudah menjadi penari yang tenar, bukan sebagai seorang penjaga toko.

Catatan : Kadang-kadang kita terlalu mengandalkan penilaian berdasarkan persepsi pribadi, yang belum tentu benar. "Sesuatu yang berkilauan, belum tentu emas"

Semoga Bermanfaat

 _/\_

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #378 on: 20 January 2010, 11:31:57 AM »
Bila ada guru yang kelakuannya buruk tapi ajarannya baik tetap aye tinggalkan, bisa cari guru yg lain yg lebih baik khan ;D
tambahan, bila ada guru yang kelakuannya buruk itu tetap akan berpengaruh terhadap perkembangan muridnya malah bisa jadi pembenaran atas kelakuan gurunya dan di contoh oleh muridnya seperti kasus poligami :P

Begitu ya? Kalau saya sih merasa sayang lho.
Saya cerita dikit, dulu saya belajar bela diri kebanyakan ilmu kuno, orangnya sudah tua-tua. Mereka juga galak-galak. Karena mereka sudah tua, maka sedikit yang bisa mereka perlihatkan karena keterbatasan tubuhnya. Jadi saya sering diomeli "salah, bukan gitu!" tapi saya sendiri ga tahu yang bener itu persisnya seperti apa, karena hanya mendengar lewat kata-kata saja. Tapi lama kelamaan saya mulai paham apa yang dimaksud dan mendapatkan banyak manfaat.

Nah, dari situ saya sadar bahwa kadang orang tidak bisa memberi contoh karena keterbatasan dirinya, tetapi bukan berarti karena keterbatasan itu, orang tersebut tidak bisa memberikan kontribusi apa-apa. Dan sekadar info, saya mengenal Buddhisme dari orang yang menurut saya kurang baik untuk diteladani. Jika saya dulu langsung menolak referensinya ketika dikenalkan, maka mungkin sampai sekarang saya tidak kenal Ajaran Buddha.



Ikutan share akh..keknya pengalaman om kainyn mirip nih...

Saya pernah bertemu orang seperti tipe om Kainyn ceritakan...ada seorang guru ,dia mengajarkan kadangkala keras apalagi mengomeli..saya juga pernah kena...omelan bukan sekali saja....tetapi yang lucunya beberapa menit dia bisa bersahabat seakan-akan tidak terjadi apa2 dan ini bisa tercermin dari sikapnya...karena orang ini juga sangat disiplin . Saat itu rasa kesal tetapi saya terus belajar kepadanya. Akhirnya saya tau maksud dari guru tersebut dan ilmu pengetahuannya jadi menular ke saya.. Tetapi dilain sisi ada yg langsung sakit hati, dan tidak datang lagi, akhirnya tidak mendapatkan apa-apa..Setelah diteliti lebih lanjut ternyata memang kadang dia suka ngetes batin kita...

Ada lagi saya pernah melihat seorang bhikkhu angkat kaki sambil baca koran, dan ada satu bhikkhu beranjali dihadapannya begitu lama. Dan kadangkala bhikkhu itu ketus terhadap bhkkhu yg beranjali. pertama saya bingung kenapa ya, bhikkhu itu sangat tidak sopan....Lalu setelah saya teliti kembali masa sih begitu, ternyata sebuah pengetesan terhadap bhikkhu yunior ^-^ Saya tidak tau apa isi hati bhkkhu yunior tersebut, tapi dia sabar terus beranjali...Kejadian ini di salah satu vihara terkenal di Jakarta daerah Sunter.

Ada lagi kasus saya pernah dengar tentang Ajahn Chah berteriak memarahi muridnya...orang berpikir dia bhikkhu yg tak pantas marah2 dan teriak2...usut punya usut rupanya memang dia lagi menguji murid2nya . Dan ajahn Chah berkata lihat bagaimana pikiran mereka berkeliaran ;D

Dari contoh2 diatas akhirnya saya menyadari bahwa mempelajari Dhamma tidak perlu muluk2, lemah lembut dan sesuai dengan selera kita tetapi dari Tahi Anjing pun kita bisa mempelajari Dhamma.  _/\_

Just share aja...
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #379 on: 20 January 2010, 11:47:26 AM »
Bila ada guru yang kelakuannya buruk tapi ajarannya baik tetap aye tinggalkan, bisa cari guru yg lain yg lebih baik khan ;D
tambahan, bila ada guru yang kelakuannya buruk itu tetap akan berpengaruh terhadap perkembangan muridnya malah bisa jadi pembenaran atas kelakuan gurunya dan di contoh oleh muridnya seperti kasus poligami :P

Begitu ya? Kalau saya sih merasa sayang lho.
Saya cerita dikit, dulu saya belajar bela diri kebanyakan ilmu kuno, orangnya sudah tua-tua. Mereka juga galak-galak. Karena mereka sudah tua, maka sedikit yang bisa mereka perlihatkan karena keterbatasan tubuhnya. Jadi saya sering diomeli "salah, bukan gitu!" tapi saya sendiri ga tahu yang bener itu persisnya seperti apa, karena hanya mendengar lewat kata-kata saja. Tapi lama kelamaan saya mulai paham apa yang dimaksud dan mendapatkan banyak manfaat.

Nah, dari situ saya sadar bahwa kadang orang tidak bisa memberi contoh karena keterbatasan dirinya, tetapi bukan berarti karena keterbatasan itu, orang tersebut tidak bisa memberikan kontribusi apa-apa. Dan sekadar info, saya mengenal Buddhisme dari orang yang menurut saya kurang baik untuk diteladani. Jika saya dulu langsung menolak referensinya ketika dikenalkan, maka mungkin sampai sekarang saya tidak kenal Ajaran Buddha.



Ikutan share akh..keknya pengalaman om kainyn mirip nih...

Saya pernah bertemu orang seperti tipe om Kainyn ceritakan...ada seorang guru ,dia mengajarkan kadangkala keras apalagi mengomeli..saya juga pernah kena...omelan bukan sekali saja....tetapi yang lucunya beberapa menit dia bisa bersahabat seakan-akan tidak terjadi apa2 dan ini bisa tercermin dari sikapnya...karena orang ini juga sangat disiplin . Saat itu rasa kesal tetapi saya terus belajar kepadanya. Akhirnya saya tau maksud dari guru tersebut dan ilmu pengetahuannya jadi menular ke saya.. Tetapi dilain sisi ada yg langsung sakit hati, dan tidak datang lagi, akhirnya tidak mendapatkan apa-apa..Setelah diteliti lebih lanjut ternyata memang kadang dia suka ngetes batin kita...

Ada lagi saya pernah melihat seorang bhikkhu angkat kaki sambil baca koran, dan ada satu bhikkhu beranjali dihadapannya begitu lama. Dan kadangkala bhikkhu itu ketus terhadap bhkkhu yg beranjali. pertama saya bingung kenapa ya, bhikkhu itu sangat tidak sopan....Lalu setelah saya teliti kembali masa sih begitu, ternyata sebuah pengetesan terhadap bhikkhu yunior ^-^ Saya tidak tau apa isi hati bhkkhu yunior tersebut, tapi dia sabar terus beranjali...Kejadian ini di salah satu vihara terkenal di Jakarta daerah Sunter.

Ada lagi kasus saya pernah dengar tentang Ajahn Chah berteriak memarahi muridnya...orang berpikir dia bhikkhu yg tak pantas marah2 dan teriak2...usut punya usut rupanya memang dia lagi menguji murid2nya . Dan ajahn Chah berkata lihat bagaimana pikiran mereka berkeliaran ;D

Dari contoh2 diatas akhirnya saya menyadari bahwa mempelajari Dhamma tidak perlu muluk2, lemah lembut dan sesuai dengan selera kita tetapi dari Tahi Anjing pun kita bisa mempelajari Dhamma.  _/\_

Just share aja...
kalau melihat begitu berarti nanti orang2 malakukan pembenaran dong om, seperti kasus bhiku meludahi orang misalnya katanya bisa mencapai kesucian, kemudian orang2 mengikuti hal itu, bagaimana?
Intinya saya rasa kita melihat tokoh aslinya, apakah Buddha melakukan hal begitu? Mengajar cara begitu?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #380 on: 20 January 2010, 12:07:53 PM »
Bila ada guru yang kelakuannya buruk tapi ajarannya baik tetap aye tinggalkan, bisa cari guru yg lain yg lebih baik khan ;D
tambahan, bila ada guru yang kelakuannya buruk itu tetap akan berpengaruh terhadap perkembangan muridnya malah bisa jadi pembenaran atas kelakuan gurunya dan di contoh oleh muridnya seperti kasus poligami :P

Begitu ya? Kalau saya sih merasa sayang lho.
Saya cerita dikit, dulu saya belajar bela diri kebanyakan ilmu kuno, orangnya sudah tua-tua. Mereka juga galak-galak. Karena mereka sudah tua, maka sedikit yang bisa mereka perlihatkan karena keterbatasan tubuhnya. Jadi saya sering diomeli "salah, bukan gitu!" tapi saya sendiri ga tahu yang bener itu persisnya seperti apa, karena hanya mendengar lewat kata-kata saja. Tapi lama kelamaan saya mulai paham apa yang dimaksud dan mendapatkan banyak manfaat.

Nah, dari situ saya sadar bahwa kadang orang tidak bisa memberi contoh karena keterbatasan dirinya, tetapi bukan berarti karena keterbatasan itu, orang tersebut tidak bisa memberikan kontribusi apa-apa. Dan sekadar info, saya mengenal Buddhisme dari orang yang menurut saya kurang baik untuk diteladani. Jika saya dulu langsung menolak referensinya ketika dikenalkan, maka mungkin sampai sekarang saya tidak kenal Ajaran Buddha.



Ikutan share akh..keknya pengalaman om kainyn mirip nih...

Saya pernah bertemu orang seperti tipe om Kainyn ceritakan...ada seorang guru ,dia mengajarkan kadangkala keras apalagi mengomeli..saya juga pernah kena...omelan bukan sekali saja....tetapi yang lucunya beberapa menit dia bisa bersahabat seakan-akan tidak terjadi apa2 dan ini bisa tercermin dari sikapnya...karena orang ini juga sangat disiplin . Saat itu rasa kesal tetapi saya terus belajar kepadanya. Akhirnya saya tau maksud dari guru tersebut dan ilmu pengetahuannya jadi menular ke saya.. Tetapi dilain sisi ada yg langsung sakit hati, dan tidak datang lagi, akhirnya tidak mendapatkan apa-apa..Setelah diteliti lebih lanjut ternyata memang kadang dia suka ngetes batin kita...

Ada lagi saya pernah melihat seorang bhikkhu angkat kaki sambil baca koran, dan ada satu bhikkhu beranjali dihadapannya begitu lama. Dan kadangkala bhikkhu itu ketus terhadap bhkkhu yg beranjali. pertama saya bingung kenapa ya, bhikkhu itu sangat tidak sopan....Lalu setelah saya teliti kembali masa sih begitu, ternyata sebuah pengetesan terhadap bhikkhu yunior ^-^ Saya tidak tau apa isi hati bhkkhu yunior tersebut, tapi dia sabar terus beranjali...Kejadian ini di salah satu vihara terkenal di Jakarta daerah Sunter.

Ada lagi kasus saya pernah dengar tentang Ajahn Chah berteriak memarahi muridnya...orang berpikir dia bhikkhu yg tak pantas marah2 dan teriak2...usut punya usut rupanya memang dia lagi menguji murid2nya . Dan ajahn Chah berkata lihat bagaimana pikiran mereka berkeliaran ;D

Dari contoh2 diatas akhirnya saya menyadari bahwa mempelajari Dhamma tidak perlu muluk2, lemah lembut dan sesuai dengan selera kita tetapi dari Tahi Anjing pun kita bisa mempelajari Dhamma.  _/\_

Just share aja...
kalau melihat begitu berarti nanti orang2 malakukan pembenaran dong om, seperti kasus bhiku meludahi orang misalnya katanya bisa mencapai kesucian, kemudian orang2 mengikuti hal itu, bagaimana?
Intinya saya rasa kita melihat tokoh aslinya, apakah Buddha melakukan hal begitu? Mengajar cara begitu?

Om ryu,

Disini bukan masalah pembenaran terhadap semuanya...seringkali kita takut menghadapi suatu kejadian dijadikan pembenaran...kita hidup punya akal budi , dalam melihat kasus perkasus seharusnya kita nilai dari kebijaksannan kita. Semua masalah penangananya harus CASE BY CASE., lihat bagaimana Buddha melihat kasus case by case.
Kalau tokoh aslinya adalah Buddha. Maka tidak ada yang dapat yang menandinginya. semua pasti dibawah itu...Misal anda menghadapi kasus itu, Misal dalam diri anda merasa telah menaklukan kemarahan dan merasa silanya sempurna, nah sang guru tau Anda belum benar2 seperti itu lalu dites seperti itu, apakah anda langsung pergi dan bilang wah..nih guru ngak bener?,  gimana? Pengajaran2 seperti itu bukanlah kita yang mengatur tetapi bisa muncul setiap saat...nah kembali anda mau menyikapi gimana? mau dilihat luarnya saja atau dalamnya yang sesungguhnya. Kembali kepada pilihan. Katakan anda bertemu guru yang selama ini anda agung2kan, lalu satu waktu ia berlaku seperti itu, apakah anda terus pergi? kemudian seterusnya? dan anda terus mengharapkan setiap orang sempurna..nyatanya tak ada yang sempurna...sesuai impian anda..karena hidup berdasarkan pikiran kita sendiri bukan melihat fakta apa adanya...kembali kepada pilihan Anda...tentu tindakan pengajaran seperti diatas harus diteliti dengan seksama...makanya saya bilang lihat masalah case by case...Dan saya yakin guru yang bijaksana tidak memperlakukan semua muridnya seperti itu, ia melihat sesuai karakternya dan penanganannya.Seperti kasus Ajahn Chah
« Last Edit: 20 January 2010, 12:10:01 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #381 on: 20 January 2010, 12:11:45 PM »
Iya ko, makanya dibutuhkan tool2 untuk melihat hal itu, JMB 8.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #382 on: 20 January 2010, 12:21:08 PM »
Iya ko, makanya dibutuhkan tool2 untuk melihat hal itu, JMB 8.


Ya itu pointnya... ;D _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #383 on: 20 January 2010, 12:34:08 PM »
kalau melihat begitu berarti nanti orang2 malakukan pembenaran dong om, seperti kasus bhiku meludahi orang misalnya katanya bisa mencapai kesucian, kemudian orang2 mengikuti hal itu, bagaimana?
Intinya saya rasa kita melihat tokoh aslinya, apakah Buddha melakukan hal begitu? Mengajar cara begitu?

Sebetulnya ada sedikit perbedaan. Dalam kasus saya, memang gurunya "tidak mampu" karena suatu keterbatasan. Dalam kasus Bro bond, guru itu sengaja kelihatan jelek untuk mengajar. Persamaannya adalah bahwa pembelajaran itu sebetulnya kembali lagi pada diri kita sendiri, apakah kita mampu belajar terlepas dari subjektifitas sosok guru tersebut? Guru itu tidak mampu atau pura-pura tidak mampu juga sesungguhnya kita tidak akan tahu. Yang kita tahu sebatas benar atau tidakkah, bermanfaat atau tidakkah ajaran guru itu kepada saya.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #384 on: 20 January 2010, 12:40:45 PM »
kalau melihat begitu berarti nanti orang2 malakukan pembenaran dong om, seperti kasus bhiku meludahi orang misalnya katanya bisa mencapai kesucian, kemudian orang2 mengikuti hal itu, bagaimana?
Intinya saya rasa kita melihat tokoh aslinya, apakah Buddha melakukan hal begitu? Mengajar cara begitu?

Sebetulnya ada sedikit perbedaan. Dalam kasus saya, memang gurunya "tidak mampu" karena suatu keterbatasan. Dalam kasus Bro bond, guru itu sengaja kelihatan jelek untuk mengajar. Persamaannya adalah bahwa pembelajaran itu sebetulnya kembali lagi pada diri kita sendiri, apakah kita mampu belajar terlepas dari subjektifitas sosok guru tersebut? Guru itu tidak mampu atau pura-pura tidak mampu juga sesungguhnya kita tidak akan tahu. Yang kita tahu sebatas benar atau tidakkah, bermanfaat atau tidakkah ajaran guru itu kepada saya.
kalau soal tidak mampu saya bisa maklumi, memang semuanya kembali ke diri sendiri apa itu bisa membawa manfaat atau tidak seperti kasus Buddha yang menemukan jalan oleh diri sendiri karena gurunya tidak mampu memberikan jalan yang di cari.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #385 on: 20 January 2010, 12:55:54 PM »
Bila ada guru yang kelakuannya buruk tapi ajarannya baik tetap aye tinggalkan, bisa cari guru yg lain yg lebih baik khan ;D
tambahan, bila ada guru yang kelakuannya buruk itu tetap akan berpengaruh terhadap perkembangan muridnya malah bisa jadi pembenaran atas kelakuan gurunya dan di contoh oleh muridnya seperti kasus poligami :P

Begitu ya? Kalau saya sih merasa sayang lho.
Saya cerita dikit, dulu saya belajar bela diri kebanyakan ilmu kuno, orangnya sudah tua-tua. Mereka juga galak-galak. Karena mereka sudah tua, maka sedikit yang bisa mereka perlihatkan karena keterbatasan tubuhnya. Jadi saya sering diomeli "salah, bukan gitu!" tapi saya sendiri ga tahu yang bener itu persisnya seperti apa, karena hanya mendengar lewat kata-kata saja. Tapi lama kelamaan saya mulai paham apa yang dimaksud dan mendapatkan banyak manfaat.

Nah, dari situ saya sadar bahwa kadang orang tidak bisa memberi contoh karena keterbatasan dirinya, tetapi bukan berarti karena keterbatasan itu, orang tersebut tidak bisa memberikan kontribusi apa-apa. Dan sekadar info, saya mengenal Buddhisme dari orang yang menurut saya kurang baik untuk diteladani. Jika saya dulu langsung menolak referensinya ketika dikenalkan, maka mungkin sampai sekarang saya tidak kenal Ajaran Buddha.



Ikutan share akh..keknya pengalaman om kainyn mirip nih...

Saya pernah bertemu orang seperti tipe om Kainyn ceritakan...ada seorang guru ,dia mengajarkan kadangkala keras apalagi mengomeli..saya juga pernah kena...omelan bukan sekali saja....tetapi yang lucunya beberapa menit dia bisa bersahabat seakan-akan tidak terjadi apa2 dan ini bisa tercermin dari sikapnya...karena orang ini juga sangat disiplin . Saat itu rasa kesal tetapi saya terus belajar kepadanya. Akhirnya saya tau maksud dari guru tersebut dan ilmu pengetahuannya jadi menular ke saya.. Tetapi dilain sisi ada yg langsung sakit hati, dan tidak datang lagi, akhirnya tidak mendapatkan apa-apa..Setelah diteliti lebih lanjut ternyata memang kadang dia suka ngetes batin kita...

Ada lagi saya pernah melihat seorang bhikkhu angkat kaki sambil baca koran, dan ada satu bhikkhu beranjali dihadapannya begitu lama. Dan kadangkala bhikkhu itu ketus terhadap bhkkhu yg beranjali. pertama saya bingung kenapa ya, bhikkhu itu sangat tidak sopan....Lalu setelah saya teliti kembali masa sih begitu, ternyata sebuah pengetesan terhadap bhikkhu yunior ^-^ Saya tidak tau apa isi hati bhkkhu yunior tersebut, tapi dia sabar terus beranjali...Kejadian ini di salah satu vihara terkenal di Jakarta daerah Sunter.

Ada lagi kasus saya pernah dengar tentang Ajahn Chah berteriak memarahi muridnya...orang berpikir dia bhikkhu yg tak pantas marah2 dan teriak2...usut punya usut rupanya memang dia lagi menguji murid2nya . Dan ajahn Chah berkata lihat bagaimana pikiran mereka berkeliaran ;D

Dari contoh2 diatas akhirnya saya menyadari bahwa mempelajari Dhamma tidak perlu muluk2, lemah lembut dan sesuai dengan selera kita tetapi dari Tahi Anjing pun kita bisa mempelajari Dhamma.  _/\_

Just share aja...
kalau melihat begitu berarti nanti orang2 malakukan pembenaran dong om, seperti kasus bhiku meludahi orang misalnya katanya bisa mencapai kesucian, kemudian orang2 mengikuti hal itu, bagaimana?
Intinya saya rasa kita melihat tokoh aslinya, apakah Buddha melakukan hal begitu? Mengajar cara begitu?

Om ryu,

Disini bukan masalah pembenaran terhadap semuanya...seringkali kita takut menghadapi suatu kejadian dijadikan pembenaran...kita hidup punya akal budi , dalam melihat kasus perkasus seharusnya kita nilai dari kebijaksannan kita. Semua masalah penangananya harus CASE BY CASE., lihat bagaimana Buddha melihat kasus case by case.
Kalau tokoh aslinya adalah Buddha. Maka tidak ada yang dapat yang menandinginya. semua pasti dibawah itu...Misal anda menghadapi kasus itu, Misal dalam diri anda merasa telah menaklukan kemarahan dan merasa silanya sempurna, nah sang guru tau Anda belum benar2 seperti itu lalu dites seperti itu, apakah anda langsung pergi dan bilang wah..nih guru ngak bener?,  gimana? Pengajaran2 seperti itu bukanlah kita yang mengatur tetapi bisa muncul setiap saat...nah kembali anda mau menyikapi gimana? mau dilihat luarnya saja atau dalamnya yang sesungguhnya. Kembali kepada pilihan. Katakan anda bertemu guru yang selama ini anda agung2kan, lalu satu waktu ia berlaku seperti itu, apakah anda terus pergi? kemudian seterusnya? dan anda terus mengharapkan setiap orang sempurna..nyatanya tak ada yang sempurna...sesuai impian anda..karena hidup berdasarkan pikiran kita sendiri bukan melihat fakta apa adanya...kembali kepada pilihan Anda...tentu tindakan pengajaran seperti diatas harus diteliti dengan seksama...makanya saya bilang lihat masalah case by case...Dan saya yakin guru yang bijaksana tidak memperlakukan semua muridnya seperti itu, ia melihat sesuai karakternya dan penanganannya.Seperti kasus Ajahn Chah

Pembicaraan antara umat yang telah menjalani kehidupan Buddhis dengan baik, sehingga terjadi perbincangan yang mengarah kepada kemajuan yang telah dicapai dalam menpelajari Buddhism selama piluhan tahun. Cerita ini merupakan salah satu contoh yang mungkin sering didengar. Pembicaran lanjutan tersebut adalah :

"Apakah anda tidak pernah berbohong? "tanya saya kepadanya.

"Tidak, tidak pernah !" jawabnya.

"Apakah anda tidak pernah mencuri sesuatu atau membenci seseorang?"

"Tidak, sekalipun tidak pernah !"

"Pernahkan anda berzinah ?"

"Tidak !"

"Tidak mematuhi orang tua?"

"Tidak !"

"Pernahkah anda minum minuman keras ?"

"Tidak, tidak pernah !"

Kemudian saya memikirkan pertanyaan lain "Apakah anda bangga dengan fakta bahwa anda tidak pernah berbuat sesuatu yang melanggar salah satu sila Pancasila  Buddhism setelah mengenal Buddhism puluhan tahun?" tanya saya nakal.

"Oh ya, " jawabnya "Sangat bangga, sangat bangga."

"Nah, itulah kilesa anda" ujar saya "Anda adalah orang yang angkuh".

Dia tertawa terbahak-bahak dan mengucapkan selamat kepada saya karena saya berhasil menjebaknya dengan munculnya kesombongan. Akhirnya masing-masing menyadari kebenarannya. Yakni masih harus lebih giat belajar.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #386 on: 20 January 2010, 02:13:04 PM »
Menjadi atau Tidak Menjadi karena Persepsi

Ada seorang gadis yang bercita-cita untuk menjadi seorang penari terkenal. Ia bermimpi untuk menjadi seorang yang tenar, yang akan menunjukkan kemampuannya didepan ribuan orang, di atas panggung yang megah. Setiap hari ia berlatih dengan keras, untuk menjadikan tariannya sempurna. Suatu saat ada sebuah perlombaan tari, gadis tersebut mengikutinya, ini merupakan sebuah kesempatan baginya untuk dapat meraih cita-citanya. Ribuan penari mengikuti perlombaan ini,namun gadis ini tidak gentar.

Ia mendapatkan nomor urut sekian ribu, setelah menunggu berjam-jam akhirnya waktu yang selama ini nantikan tiba, gadis itu berjalan menuju sebuah ruangan yang disitu sudah menunggu sesosok pria yang tidak lain adalah sang juri, yang akan menilai kemampuannya dan menentukan langkahnya. Dengan percaya diri gadis tersebut memulai tariannya, sangat luar biasa sekali, gerakannya gemulai dan lincah. Namun baru beberapa menit ia menari, sang juri meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah katapun, sang gadis tersebut terkejut, bagai disambar petir disiang bolong, “ Begitu burukkah tarianku sampai-sampai dia mencampakkanku begitu saja, tanpa meninggalkan kata sedikitpun,” kata sang gadis dalam hati. Begitu kesalnya sang gadis, mimpinya hancur, cita-citanya musnah. Sejak saat itu sang gadis tidak pernah mau untuk menari lagi.

Beberapa tahun berlalu, Tanpa sengaja sang gadis melihat sebuah pengumunan, di kota tersebut akan diadakan pertunjukan tari, sang gadis tersebut bermaksud membawa anaknya untuk menonton pertunjukan tersebut, di pertunjukan tersebut ia bertemu dengan sesosok yang sudah tidak asing bagi dirinya, juri dalam perlombaan tari yang pernah ia ikuti beberapa waktu yang lalu, pria tersebut sudah tua, tampak dari wajahnya yang sudah keriput, rambutnya yang memutih dan kepalanya yang botak. Gadis tersebut menghampiri pria itu.

“Anda masih ingat saya?” Tanya si gadis,

“ Saya orang yang anda tinggalkan begitu saja pada perlombaan tari beberapa tahun yang lalu.” Tambah si gadis itu.

“ Ooo, kemana saja Anda selama ini?” Kata pria itu.

“ Saya menjadi penjaga toko,” Jawab sang gadis singkat.

Sang gadis pun menanyakan sebuah pertanyaan besar, yang selama ini menggangunya,

“ Kenapa waktu itu meninggalkan saya begitu saja? Begitu burukkah penampilan saya? Mungkin jika waktu itu saya diberikan kesempatan, saat ini saya yang akan ada diatas panggung itu, bukan menjadi seorang penjaga toko.”

Pria itu menjawab “ Ooo Anda menari dengan sangat hebat sekali waktu itu, tapi waktu itu saya lelah sekali, setelah beribu-ribu penari yang saya nilai, mengenai saya meninggalkanmu, saya bermaksud untuk mengambil kartu nama saya, untuk saya berikan kepada Anda dan saya berharap Anda menghubungi saya keesokan harinya. Saya benar-benar lelah, namun setelah saya kembali, Anda sudah tidak ada. Untuk mengetahui sebuah rasa masakan yang lezat, Anda tidak harus memakan semua masakan tersebut.”

Andai saja gadis itu tetap konsisten dengan apa yang ia lakukan, ia tetap konsentrasi dengan cita-citanya, ia tetap menyelesaikan tariannya hingga usai, mungkin ia sudah menjadi penari yang tenar, bukan sebagai seorang penjaga toko.

Catatan : Kadang-kadang kita terlalu mengandalkan penilaian berdasarkan persepsi pribadi, yang belum tentu benar. "Sesuatu yang berkilauan, belum tentu emas"

Semoga Bermanfaat

 _/\_

Paling tidak gadis penari itu bisa BERTANYA..............

1. juri mau kemana ?
2. Apakah saya nari terus ?
3. kapan juri kembali ?
4. bagaimana hasil nilai tarianku ?
5. Apakah juri kebelet kencing ?

Tidak ada salahnya bertanya sebelum membuat penilaian sendiri?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #387 on: 20 January 2010, 02:51:46 PM »
kalau soal tidak mampu saya bisa maklumi, memang semuanya kembali ke diri sendiri apa itu bisa membawa manfaat atau tidak seperti kasus Buddha yang menemukan jalan oleh diri sendiri karena gurunya tidak mampu memberikan jalan yang di cari.

Ya, jadi kira-kira begitu. Juga guru2 yang baik biasanya mengetahui kekurangan dirinya sendiri. Salah satu guru terbaik saya ahli dalam berbagai bidang, berpengalaman dan boleh dibilang sukses. Dalam mengajar, ia bilang boleh mengikuti jejaknya yang baik-baik, tapi jangan yang jelek (misalnya ia kecanduan rokok) dan menghimbau untuk jangan sekadar "menjadi dirinya" namun "melebihi dirinya".

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #388 on: 20 January 2010, 03:10:58 PM »
kalau soal tidak mampu saya bisa maklumi, memang semuanya kembali ke diri sendiri apa itu bisa membawa manfaat atau tidak seperti kasus Buddha yang menemukan jalan oleh diri sendiri karena gurunya tidak mampu memberikan jalan yang di cari.

Ya, jadi kira-kira begitu. Juga guru2 yang baik biasanya mengetahui kekurangan dirinya sendiri. Salah satu guru terbaik saya ahli dalam berbagai bidang, berpengalaman dan boleh dibilang sukses. Dalam mengajar, ia bilang boleh mengikuti jejaknya yang baik-baik, tapi jangan yang jelek (misalnya ia kecanduan rokok) dan menghimbau untuk jangan sekadar "menjadi dirinya" namun "melebihi dirinya".
apakah kasusnya bisa disamakan seperti ini ? :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,6988.msg126992.html#msg126992
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #389 on: 20 January 2010, 04:17:06 PM »
kalau soal tidak mampu saya bisa maklumi, memang semuanya kembali ke diri sendiri apa itu bisa membawa manfaat atau tidak seperti kasus Buddha yang menemukan jalan oleh diri sendiri karena gurunya tidak mampu memberikan jalan yang di cari.

Ya, jadi kira-kira begitu. Juga guru2 yang baik biasanya mengetahui kekurangan dirinya sendiri. Salah satu guru terbaik saya ahli dalam berbagai bidang, berpengalaman dan boleh dibilang sukses. Dalam mengajar, ia bilang boleh mengikuti jejaknya yang baik-baik, tapi jangan yang jelek (misalnya ia kecanduan rokok) dan menghimbau untuk jangan sekadar "menjadi dirinya" namun "melebihi dirinya".

Kalo kecanduan posting gimana tuh ? Jelek gak ? :))

 

anything