[at]Vincent...
Saya tahu anda adalah orang yang pintar tapi anda belum cukup bijaksana...
Kenapa anda memperdebatkan hal yang tidak berguna itu?
Apakah jika benar dan saudara nyana memberikan pernyataan maaf itu bisa memuaskan anda?
"Seperti pohon tua yang rapuh,ketika ditancapkan sebuah paku dia akan menusuk jauh kedalam...Ketika paku itu dicabut bekas paku didalam pohon tua itu tetap tidak menghilang."
Kenapa anda memperdebatkan "paku" tersebut?Kenapa anda membuat "pohon" itu seperti adalah anda sendiri?Saya rasa anda tidak cukup bodoh untuk menganggap pohon itu adalah anda sendiri bukan?
Salam,
Riky
Benar pendapat saudara Riky Dave.
Saya sadari bahwa dulu ketika saya belum menjadi dilabel Indigo hidup rasanya lebih ringan, setelah dilabel Indigo hidup menjadi lebih berat. Dulu ketika saya belum membuat Kompatiologi hidup rasanya lebih bebas, setelah dilabel Indigo hidup menjadi tidak bebas lagi. Dulu ketika saya belum menghadapi teror tahun lalu hidup rasanya lebih ringan, setelah menghadapi teror tahun lalu hidup menjadi lebih berat. Tidak ada yang salah dengan Indigo dan Kompatiologi. Saya membangun kompatiologi karena saat itu saya pikir saya akan bebas tetapi akhirnya saya tidak mendapatkan kebebasan itu.
Saya sadar bahwa saya di kondisi tersebut tetapi tidak ada yang salah juga kalau saya memilih untuk tetap di kondisi "deny" dan memilih terikat pada kutukan kebebasan tersebut untuk mencari jawaban-jawaban, solusi-solusi yang belum terjawab. Maskipun hal tersebut kadang-kadang dibayar dengan penderitaan.
Saya kutip dari salahsatu tulisan saya:
"""""""
Sejak Allah menciptakan manusia pertama yaitu; Adam dan Hawa, free choice telah diberikan. Adam dan Hawa telah memiliki pilihan untuk memakan buah yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan. Karena Allah maha pengasih maka berjuta-juta pohon di taman itu boleh dimakan, tetapi hanya satu pohon saja yang tidak boleh dimakan.
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. (Kejadian 2: 16-17)
Kehendak bebas yang tadinya merupakan anugerah, tetapi setelah manusia diusir keluar maka kehendak bebas tadi menjadi kutukan bagi manusia. Pilihan bebas itu sebenarnya menjadi pilihan untuk memilih; yang tidak enak dan tidak enak. Banyak manusia yang tidak menyadari hal ini, sehingga banyak yang ingin memaksimalkan pilihan bebas ini dan tidak bisa membedakan; antara pilihan bebas dan kebebasan sehingga menjadikan orang berlomba-lomba mencari kebebasan dan menganggap kebebasan itu adalah tujuan utama hidupnya. Setelah ia mencapai kebebasan itu hatinya menjadi getir karena melihat bahwa kebebasan dan kehendak bebasnya telah mengutuk dia dan ia tidak bisa memilih pilihan lain selain yang tidak enak dan tidak enak.
Seperti anak-anak yang ingin segera dewasa sebenarnya ia mengira bahwa seorang yang dewasa itu memiliki kebebasan maksimal; tidak usah sekolah, boleh buat keputusan sendiri, boleh mengatur uang sendiri, boleh membeli barang yang diinginkan, boleh punya pacar, dlsb. Tetapi ketika mereka sudah dianggap dewasa, dia baru sadar bahwa masa anak-anaknya jauh lebih indah. Seperti orang yang belum menikah maka ingin menikah, karena ia pikir menikah itu bahagia. Tetapi setelah menikah memang betul ia baru tahu arti bahagia yaitu dulu waktu ia masih bujangan. Ternyata kalau kemampuan seseorang hanya sedikit, maka tuntutan pun hanya sedikit. Tetapi kalau kemampuan banyak maka seseorang akan mendapat tuntutan yang banyak. Saya bingung mengapa orang begitu ingin punya kemampuan yang banyak, memangnya mau bikin susah hidupnya sendiri.
Ketika masih anak-anak karakter seseorang cenderung lebih menonjol daripada kepribadiannya. Ketika menjadi dewasa maka semakin besar tuntutan agar seseorang memunculkan kepribadian yang baik bagi lingkungan sekitarnya, yang sering kali menekan karakternya. Ketika seseorang sadar kehilangan masa kanak-kanaknya yang indah, ia mengidam-idamkan bagaimana membuat kondisi dimana kemampuan banyak tetapi tuntutan sedikit.
...
Karakter sebagai kesatuan fungsional yang khas yang dipakai oleh seseorang untuk bereaksi terhadap semua rangsang (dari dalam dan dari luar) adalah naluri yang sifatnya spontan, yang apa adanya tidak dibuat-buat. Kepribadian apa yang ingin kita tampilkan kepada masyarakat tentang diri kita cenderung diproses dengan kegiatan berpikir dan berlogika yang memakan waktu lebih lama (tidak spontan).
Kegiatan berpikir dan berlogika seseorang terjadi bilamana jumlah data yang diproses jauh lebih sedikit dari kapasitas kemampuan pemerosesan data otak, ketika jumlah data yang diproses lebih banyak atau mendekati kapasitas maksimum kemampuan pemerosesan data otak, maka tidak sempat lagi dilakukan kegiatan berpikir dan berlogika yang memakan lebih banyak waktu, saat itu kegiatan yang terjadi cenderung bersifat spontan, naluri yang cenderung berdasarkan karakter manusia itu sendiri yang khas yang dipakai oleh seseorang untuk bereaksi terhadap semua rangsang (dari dalam dan dari luar).
...
Ada dua cara untuk membuat jumlah data yang diproses mendekati kapasitas maksimum kemampuan pemerosesan data otak; data yang diterima diperbanyak, atau kapasitas maksimum kemampuan pemerosesan data otak yang diperkecil.
""""""""
Zaman dahulu kala, ada seseorang yang berkesempatan mendapat kehidupan dimana pilihannya adalah enak dan enak, dia menyangkal pilihan enak dan enak tersebut lalu ia keluar dan menemukan bahwa; kehidupan selanjutnya adalah pilihan tidak enak dan tidak enak, dia menyangkal pilihan tidak enak dan tidak enak tersebut.
Dia tidak terima bahwa tidak ada pilihan enak dan tidak enak. yang ada hanyalah enak dan enak atau tidak enak dan tidak enak.
Maka dia berusaha membuat beberapa pilihan baru diluar pilihan yang telah ada tersebut.