//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Meditasi Renungan  (Read 4706 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Meditasi Renungan
« on: 22 November 2008, 02:50:13 PM »
Sobat,
Dalam meditasi samatha maupun vippasana, tidak ada unsur perenungan atau pikiran yang menganalisa. Tapi, saya berpendapat bahwa renunganpun merupakan bagian dari meditasi samatha, dan bisa juga kepada vippasana bergantung dari trik renungan yang dilakukan. Betul atau tidak? Setidaknya, renungan-renungan dapat dijadikan sebagai sarana pengantar yang menimbulkan kondisi batin yang lebih siap untuk melakukan meditasi samatha-vippasana. Betul tidak? Dalam ajaran Budha, perenungan merupakan salah satu dari lima landasan pembebasan. Betul tidak?
Berpikir dan merenung, apakah perbedaan dari kedua istilah tersebut? Rasanya kedua istilah tersebut memiliki perbedaan makna, tapi saya tidak tahu dengan jelas akan perbedaannya. Karena itu saya menganggapnya sama saja.
Saya kira, dari sekian ragam meditasi yang ada didunia ini ada sistem meditasi yang merupakan “renungan”, yaitu meditasi dengan sikap duduk, diam, tapi perhatian tidak dipusatkan pada keluar masuknya nafas, seperti pada meditasi samatha, melainkan melakukan perenungan, menganalisa dan memikirkan banyak hal.  Tapi, saya tidak tahu pasti apakah benar-benar ada teknik meditasi yang demikian itu? Dan apa nama meditasinya? Belum pernah seorangpun mengajarkan teknik meditasi seperti itu pada saya.
Kegiatan merenung merupakan kegiatan yang gemar saya lakukan. Setiap sore sehabis olah raga dan sebelum memusatkan perhatian pada satu objek (samatha), biasanya saya melakukan renungan-renungan terlebih dahulu, dengan sikap tubuh diam mematung. Dalam perenungan itu terdapat usaha untuk mengingat-ngingat, konsentrasi pada topik renungan, analisa dan kesimpulan-kesimpulan. Kegiatan ini dapat memperkokoh kesadaran, semangat,  konsentrasi dan ketenangan, sehingga pada saat melakukan meditasi samatha terasa pikiran memiliki pijakan untuk berkembang.
Selain dari kegiatan renungan semacam itu, renungan dapat dilakukan sambil membaca buku. Saya dapat mengambil buku tertentu untuk saya baca, dan kemudian saya merenungkan isinya setiap selesai membaca 1 halaman. Inipun termasuk suatu renungan dengan tujuan dan manfaat yang berbeda dari teknik renungan yang pertama tadi. Apa yang saya maksud dengan renungan murni (alami) adalah renungan yang tidak dituntun oleh faktor-faktor external seperti buku atau bahan bacaan.
Merenung dengan cara pertama maupun kedua, keduanya sangat bermanfaat. Tapi untuk tujuan pengembangan batin,  cara yang kedua tidaklah efektif. Kebiasaan menggantungkan renungan pada buku-buku dapat menyebabkan daya intuisi menjadi tumpul. Semakin lama semakin sempit kemungkinan memperoleh pengetahuan secara batiniah. Sebab pemikiran selalu diarahkan kepada ingatan-ingatan saja dan tidak diarahkan kepada daya intuisi itu sendiri. (fenomena dominan yang muncul). Hal ini tidak akan terjadi jika latihan konsentrasi melalui “renungan-baca buku” tersebut dilanjutkan dengan latihan pengembangan kesadaran.(melalui vippasana).
Bayangkanlah bahwa sekarang anda akan mengembangkan konsentrasi  dengan menggunakan buku-buku sebagai bahan renugan! Maka sebelumnya anda harus memilih, buku apa yang harus anda baca. Lalu anda mulai membaca buku. Ketika anda membaca buku, maka suara hati anda akan tersisihkan dengan bacaan itu. Anda mengabaikan suara hati yang suci. Dan dengan itu, maka lebih sulit mencapai keadaan batin yang lebih tinggi. Yang saya maksud suara hati disitu adalah kemampuan menangkap objek dominan yang secara alami muncul.
Berbeda dengan merenung dengan renungan murni. Suara hati selemah apapun getarannya akan selalu didengarkan, menyebabkan suara itu semakin terdengar dengan jelas. Jadilah seorang filosof yang mendengar ilmu dari hatinya sendiri. Inilah yang penting. Orang yang tekun membaca buku, maka ia akan menjadi seorang ilmuwan. Dan orang yang tekun merenung, maka ia akan menjadi seorang filosof. Tapi tujuan latihan renungan ini bukanlah menjadi seorang filosof, tapi sekedar meningkatkan konsentrasi, dan konsentrasi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Dalam meditasi budhis, menurut saya, meditasi renungan ini bisa digolongkan kepada meditasi samatha, yaitu meditasi untuk membangun kekuatan konsentrasi. Atau setidaknya merupakan sesuatu kondisi pengantar yang menimbulkan kondisi untuk dapat lebih siap melakukan meditasi samatha-vippasana. walaupun sebenarnya dalam meditasi samatha ini tidak ada unsur pikiran yang merenung atau menganalisis, tapi renungan atau pemikiran yang aktif berguna untuk membangun kekuatan konsentrasi pada tingkat upacara samadhi. Didalamnya terdapat usaha untuk terus memegang objek (topik renungan), vitaka, vicara dan ekagata.
Pada akhirnya, pemikiran ini harus mereda secara alami. Pada saat pikiran mereda, pikiran hanya berpusat pada satu objek (dalam samatha) atau melihat 3 corak kehidupan (dalam vippasana). Dalam keduanya, tidak ada unsur renungan atau pemikiran, melainkan hanya ada kesadaran. Kesadaran ini kokoh, disertai semangat dan sampajana yang keduanya dibangun melalui kekuatan renungan yang dilakukan melalui meditasi renungan tadi. Berdasarkan hal yang saya alami, seringkali rasa malas atau ngantuk menyerang hebat pada saat meditasi. Serangan tersebut dapat lenyap atau setidak-tidaknya melemah, jika sebelumnya melakukan meditasi renungan sampai terasa konsentrasi meningkat,  muncul faktor semangat dan sampajana (pemahaman jelas), yaitu ketika memperhatikan nafas keluar masuk, aku dapat melihatnya dengan jelas keluar dan masuk, tidak ada objek yang samar.
Dalam ajaran Budha terdapat konsep sila-samadhi-panna. Dalam samadhi dan dalam panna, tidak ada pikiran yang menganalisa. Tapi “yang tahu” hadir dalam batin manusia “tanpa berpikir”. Sedangkan dalam menjalankan sila, disitu pemikiran-permikiran masih aktif. Seseorang dapat terdorong untuk menjalankan suatu sila oleh karena suatu pemikiran atau renungan. Dapat pula sila dijalankan melalui motivasi faktor eksternal yang diterima oleh pemikiran yang berpikir, seperti konsep surga dan neraka. Apapun faktor yang dapat mendorong seseorang untuk menjalankan sila adalah hal baik. Betul tidak? Dan renungan-renungan yang dilakukan seseorang dapat mendorong seseorang menjalankan sila. Betul tidak? Dengan demikian, praktik meditasi renungan merupakan suatu faktor penting untuk mendukung meditasi samatha-vippasana. Betul tidak?
Meditasi renungan mendukung praktik samatha-vippasana melalui 2 cara. Pertama melalui dorongan moralitas dan kedua melalui meningkatnya konsentrasi, semangat dan sampajana. Untuk cara ke dua ini, kita dapat melakukan perenungan hingga mencapai tahap “siap memasuki jhana”. Saya tidak tahu pasti, ada berapa tingkatan upacara samadhi. Tapi, saya membagi 3 tahapan konsentrasi yang dapat diraih melalui proses perenungan. Pertama, ketika perenungan menghasilkan suatu kondisi mental yang tenang, sehingga lenyaplah unsur kegelisahan “yang kasar”, mak itu artinya konsentrasi tahap pertama sudah tercapai. Kedua, ketika perenungan telah menimbulkan kekuatan kesadaran yang mampu menangkap fenomena-fenoman mental yang ada dalam diri sendiri, sehingga kita dapat melakukan penyelidikan secara lebih mendalam terhadap fenomena mental ini, maka saya anggap konsentrasi telah masuk pada tahap kedua. Ketiga, munculah ketenangan yang lebih dalam, rasa suka dan semangat, serta gairah untuk terus merenung sendirian. Terasa asyik untuk terus merenung sendirian. Hal ini merupakan tanda berada pada tahap konsentrasi ke tiga. Jika saya sadar berada pada tahap ini, maka saya sadar bahwa untuk masuk ke dalam jhana pertama adalah tinggal satu tahap lagi. Selanjutnya pemikiran akan mulai mereda, dan batin dapat tenang dan tentram dalam pemusatan terhadap objek samatha.
Demikianlah, saya ceritakan pengalaman meditasi saya. Anggaplah saya ini murid anda yang tengah belajar. Saya mengharapkan ada yang berkenan untuk menganalisa, memeberikan saran dan komentarnya terhadap pengalaman-pengalaman saya tersebut sehingga dapat membantu saya untuk memiliki pemahaman yang lebih benar terhadap meditasi.
 _/\_

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Meditasi Renungan
« Reply #1 on: 27 June 2009, 08:13:44 PM »
hmm, sundul ahh bagus nih membahas perenungan kok tidak ada tanggapan nya yah

 

anything