Namo Buddhaya,
sharing-sharing ahh..
teman2 beberapa pekan lalu ada acara Dhamma Talk oleh Bhante Ajahn Brahm di Batam, kebetulan saya ada ikut acara tersebut.
sampai di tempat acara ketemu teman saya yg merupakan seorang Kristiani ,singkat cerita
pada acara tersebut seorang peserta menanyakan siapakah manusia pertama versi Buddhism, dan Ajahn Brahm menerangkan serta menceritakan asal usul bumi berdasarkan Buddhism. setelah mendengar jawaban tersebut teman saya lgsg update status BBM blg kalo Ajahn Brahm menyangkal penciptaan tuhan, bsonya saya chat diaa, katanya acaranya pake topik yg membohong pergi dan intinya mengajarkan kita tidak percaya tuhan x_x
trus dia blg dia mantan Buddhis dan sangat menghormati tokoh Siddharta, pointnya adalahhhhh :
"sebelum sang Buddha wafat keracunan dan sakit perut, dia berkata "saya pencari kebenaran tapi saya bukan kebenaran"
dari mana asal pernyataan sang Buddha keracunan dan sakit perut, apa teman2 pernah dgr tman kristiani nya yg berkata demikian?
trus saya nanya dia sejak kapan sang Buddha keracunan, dia blg ada deh coba cari aja
sotoy dahhh
Well, mungkin ia pernah membaca Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya yg mengisahkan hari-hari terakhir Sang Buddha (seperti yg dipost sdr. Adhitthana di atas), tetapi pernyataan tsb tdk ada dalam teks sutta. Demikian juga sebab kematian Sang Buddha tidak secara tersurat disampaikan dlm sutta, kecuali bahwa Beliau meninggal setelah memakan dana makanan dari Cunda.
Tentang makanan terakhir Sang Buddha sendiri menimbulkan banyak kontroversi. Seperti ditulis sdr. Adhitthana: para komentator Digha Nikaya sendiri blm sepakat apakah jenis makanan sukaramaddava tsb. Para penulis/peneliti modern juga saling berbeda pendapat. Ada penelitian bhikkhu Thailand (saya lupa namanya) menyatakan bahwa Buddha tidak wafat krn makanan tsb, melainkan krn gangguan pencernaan (sejenis disentri kalau gak salah) yg telah menjangkiti Beliau sebelumnya dan diperparah dg konsumsi makanan tsb. Saya pribadi cenderung setuju dengan pendapat ini.
Ada juga yang menganut teori konspirasi bahwa Sang Buddha diracuni melalui makanan tsb oleh para pengikut ajaran lain. Menurut mereka, konspirasi ini sudah dimulai sejak kematian Raja Bimbisara yang mendukung ajaran Buddha. Ketika Raja Bimbisara terbunuh oleh putranya, Ajatasattu (karena hasutan Devadatta yang memusuhi Sang Buddha), Buddha kehilangan dukungan politik di kerajaan Magadha (Rajagaha). Para pengikut ajaran lain memanfaatkan situasi ini untuk membunuh Mahamoggallana, salah satu siswa utama Buddha. Kita ketahui bahwa kedua siswa utama berdiam di Rajagaha (Sariputta tidak terbunuh krn meninggal secara alami krn sakit sebelumnya). Mereka berhasil.
Buddha bersama para pengikutnya mencari dukungan di kerajaan Kosala (Savatthi) yang diperintah Raja Pasenadi Kosala, yang juga pendukung ajaran Buddha. Tetapi Raja Ajattasattu yang menggantikan ayahnya menyerang kerajaan Kosala, padahal sebelumnya kedua kerajaan berhubungan baik. Ditambah lagi Vidudhabha, putra Raja Pasenadi dr seorang gadis Sakya berkasta rendah, menghasut salah seorang jenderal ayahnya untuk memberontak. Raja Pasenadi harus meninggal di luar tembok kota hanya dengan ditemani oleh seorang pelayan. Setelah menjadi raja, Vidudhabha melancarkan serangan thd suku Sakya yg telah merendahkan garis keturunannya dan menyebabkan pembantaian massal suku Sakya (ia hanya menyisakan kakeknya, Raja Mahanama, sepupu Siddhartha yg menggantikan Raja Suddhodana dan beberapa orang Sakya yg berhasil meloloskan diri). Ini merupakan pukulan berat bagi Buddha dan para pengikutnya.
Kehilangan para siswa utamanya dan para penguasa yang mendukungnya, Buddha yg saat itu telah berusia senja tidak tahu harus mencari dukungan ke mana lagi, bahkan kembali ke kota kelahirannya sendiri tidak memungkinkan krn sudah dikuasai Vidudhabha. Mahaparinibbana Sutta mencatat perjalanan Sang Buddha dari satu kota ke kota lain, hingga akhirnya beliau menetap di Pava.
Menurut para penganut teori konspirasi, Pava merupakan basis pendukung ajaran Nigantha Nataputta (Jaina Mahavira) krn Pasadika Sutta mencatat kematian guru spiritual tsb di kota Pava. Sejarah mencatat kemunduran ajaran para Nigantha sejak kemunculan ajaran Buddha. Apalagi dalam teks2 Buddhis seperti Vimanavatthu dan Petavatthu mencatat penuturan kisah seorang Buddhis yg berkeyakinan pada Buddha, Dhamma, Sangha terlahir kembali di surga, sedangkan para pengikut ajaran lain yang berpandangan salah terlahir di alam menderita. Kisah ini kebanyakan diceritakan oleh Mahamoggallana yg memiliki kemampuan batin (ini juga salah satu alasan mengapa ia dibunuh para pengikut ajaran lain). Krn itu ketika mendengar kedatangan Sang Buddha di kota mereka, para pengikut ajaran lain mempersiapkan strategi untuk membunuh Beliau.
Melalui Cunda mereka mempersiapkan makanan beracun untuk didanakan kepada Sang Buddha. Sebenarnya Ananda-lah target utamanya karena dg kematian Ananda yg hapal semua kotbah2 Buddha, kelangsungan ajaran Buddha dapat dipastikan berakhir. Untuk melindungi Ananda, Buddha yang mengetahui hal ini meminta makanan beracun tsb hanya disajikan untuknya, sedangkan sisanya untuk para bhikkhu (kejadian Buddha meminta Cunda menyediakan makanan sukaramaddava hanya untuk diri-Nya bukan untuk para bhikkhu memang tercatat dalam Mahaparinibbana Sutta). Mungkin karena sikap pasifis (cinta damai) Sang Buddha, Beliau tetap memuji makanan "berjasa" dari Cunda tsb. Akhirnya, Buddha pun meninggal diracun melalui serangkaian konspirasi politik dan agama pada masa tersebut.
Tetapi masih ada kelanjutan kisahnya, walaupun Buddha tidak menunjuk pengganti Beliau, namun ajaran Buddha tetap dapat diselamatkan oleh siswa-Nya yang lain. Ia tak lain adalah Mahakassapa, yg bebas dari pengaruh politik pada masa tersebut karena beliau seorang bhikkhu hutan/dhutanga dan mampu melakukan tindakan yg tepat di saat genting (ketika ada bhikkhu Subhadda yg ditahbiskan pada usia lanjut merasa bebas dari perintah2 dan larangan Sang Guru, Mahakassapa melihat ini sebagai bahaya kemunduran ajaran dan memimpin para bhikkhu lain untuk melestarikan ajaran Buddha). Tanpa Mahakassapa, mungkin ajaran Buddha sudah habis ditelan para konspirator. Begitulah menurut para penganut teori konspirasi.
Hehehehe... Mungkin teori konspirasi seputar kematian Sang Buddha ini sangat menarik untuk dibaca (apalagi didiskusikan), namun bagaimana pun juga ini hanya teori yg tdk dpt dibuktikan kebenarannya, kecuali kita dpt kembali ke masa Sang Buddha dengan mesin waktu atau melihat masa lampau dengan kemampuan batin (abhinna). Saya juga gak mau mendiskusikan teori konspirasi ini (hanya buang2 waktu dan gak ada gunanya bagi kemajuan batin), tetapi hanya sharing apa yg pernah saya baca di Internet....
Mungkin teman anda pernah membaca teori konspirasi ini atau sejenisnya, makanya bisa mengatakan bahwa Sang Buddha meninggal diracun. Para ahli sejarah modern saat ini juga masih ada yg menganut teori ini walaupun gak se-konspiratif yg saya tulis di atas.
Tentang Ajahn Brahm, saya kira wajar kalau beliau gak percaya penciptaan. Bayangkan kalau beliau percaya penciptaan dst, maka beliau tidak akan menjadi bhikkhu. Mungkin beliau akan menjadi pendeta/pastor dan menulis buku "Si Sapi dan Kubangan Lumpur Kesayangannya"....