//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Hikoza83

Pages: 1 2 3 4 [5]
61
Buddhisme untuk Pemula / BAGAIMANA MENEMUKAN KEBAHAGIAAN SEJATI?
« on: 24 October 2007, 04:19:56 PM »
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh diri kita adalah ingin bahagia, dan hal itu juga ingin dicapai oleh semua makhluk. Apa yang seharusnya kita lakukan untuk mendapatkannya? untuk hal ini, kita mencari berbagai cara untuk bahagia. Awalnya kita mencari di luar diri kita, kekayaan, uang, pasangan hidup, prestise, jabatan, dan sebagainya, namun tak juga menemukannya. sampai suatu masa, kita merasa bahwa jawabannya ada di dalam diri kita, untuk itu kita menempuh suatu jalan spritual yang sesuai dengan kita, demi meraih kebahagiaan.

Posting berikut ini adalah artikel yang membahas tentang topik ini:
Judul Asli : How to live without fear and worry.
Oleh : Ven. K. Sri Dhammananda Maha Thera
Sumber : Majalah Buddha Cakkhu No.24/XIII/92

Semoga semua makhluk memperoleh kebahagiaan dan penyebab-penyebabnya!  ;D
Be Happy  _/\_


By: Zen

62
Lingkungan / Journey to the West [India] ^_^
« on: 23 October 2007, 08:43:13 PM »
saya baru saja pulang dari India beberapa hari yang lalu...
perjalanan Dharmayatra ke tanah suci Buddhist ini memberikan banyak pengalaman menarik bagiku dan teman-teman seperjalanan. saya berkeinginan berbagi pengalaman2 ini buat anak2 DC, semoga bermanfaat bagi semua.

karena banyak hal yg ingin disampaikan, saya butuh waktu cukup lama untuk menulis catatan perjalanan selama 11 hari di India ini, jadi saya pikir lebih baik  posting day per day aja biar gampang... sebenernya gw jg kepingin tampilin sebagian foto2 dalam catatan perjalanan ini, tapi berhubung gw agak gaptek, jd sementara ga pake foto dulu ya.  ;D

perjalanan ini startnya dari tanggal 9 oct sampai 20 oct 2007.
Tujuan perjalanan: DELHI-LUCKNOW-SRAVASTI-KAPILAVATTHU-LUMBINI-KUSHINAGAR-VAISHALI-NALANDA-RAJGIR-GUA SATTAPANNI-VELUVANA[HUTAN BAMBU]-PENJARA BIMBISARA-BUKIT RAJGIR-GIJJHAKUTA[PUNCAK BURUNG HERING]-BODHGAYA-BUKIT DHONGRA-HUTAN URUVELA-KEDIAMAN PUTRI SUJATA-SARNATH-VARANASI-SUNGAI GANGGA-KANPUR-SANKASIA-AGRA-TAJ MAHAL lalu balik ke Indo [masa mo stay di India.... :))].

kayaknya tempat2nya banyak ya? sebenernya ada beberapa tempat yg berdekatan sehingga bisa dikunjungi dalam 1 hari.
Selamat Membaca. :)

By : Zen

63
Chan atau Zen / APAKAH ZEN SEPENUHNYA MENOLAK INTELEGENSI?
« on: 09 October 2007, 12:31:52 AM »
APAKAH ZEN SEPENUHNYA MENOLAK INTELEGENSI?

Dikenal akan karyanya di dalam menterjemahkan “100,000 Nyanyian Milarepa”, Garma Chen-Chi Chang juga adalah pengarang buku “The Practice of Zen” dan “The Teachings of Tibetan Yoga”. Beliau juga editor dan penterjemah dari “A Treasury of Mahayana Sutras”. Di saat kematiannya pada tahun 1988, Dr. Chang adalah Professor Emiritus dari studi religius di Pennsylvania State University (USA).

Nasib Zen sebagai pengetahuan yang vital dan kebenaran spiritual bergantung bagaimana pertanyaan ini dijawab. Beberapa penulis telah menekankan berulang kali bahwa Zen tidaklah dapat dipahami secara intelektual dan irasional. Tetapi jika ini benar, bagaimana seorang manusia dapat memahaminya? Jika segala pengetahuan konseptual dan intelek haruslah dibuang, para guru Zen masa lampau yang cerah pastilah seorang bodoh sepenuhnya.

Tetapi sejarah menunjukkan kenyataan sebaliknya. Guru guru ini lebih terpelajar dari rata-rata orang, bukan saja dalam soal pengetahuan Zen, tetapi juga dalam bidang-bidang lain. Pencapaian mereka yang luar biasa di dunia seni, sastra (literatur) dan filosofi sangatlah berkelas dan sangat menonjol di segala bidang kebudayaan cina. Ada kemungkinan kesalahan di dalam merepresentasikan Zen yang dibuat oleh beberapa orang penulis disebabkan oleh kegagalan di dalam membedakan antara “memahami” dan “merealisasikan”. Memahami sesuatu tidaklah berarti merealisasikannya.

Memahami Zen melalui pendekatan intelek tidaklah perlu disalahpahami sebagai realisasi langsung akan kebenaran Zen. Jadi seharusnya yang mereka katakan bukanlah “memahami Zen” tetapi “merealisasikan” Zen, ketika seseorang didorong untuk membuang segala sesuatu yang ia peroleh dari pengetahuan (pada tahap-tahap tertentu). Memahami rasa es krim yang manis, dingin dan lezat bukanlah berarti mengalami langsung perasaan tersebut.

Setiap siswa budhis tahu bahwa “memahami” tidaklah sama dengan “merealisasikan”. Memahami adalah termasuk pengukuran tidak langsung sedangkan merealisasikan termasuk pada pengukuran langsung. Mengacaukan kedua kategori ini bisa dibandingkan dengan mengatakan kepada seorang pendeta gereja yang taat bahwa “Yesus adalah cuma seonggok kotoran kering”. Saya yakin, ia pasti akan diusir dari gereja. Tapi tentu saja ini tidaklah aneh dalam perspektif Zen.

Memahami Zen melalui pendekatan intelektual bukanlah sesuatu yang harus dikecam, tetapi merupakan satu-satunya jalan yang mungkin untuk pemula. Siapa sich yang dapat memasuki Zen tanpa mula-mula memiliki pemahaman atau konsep pengetahuan akan Zen ?? Ini berlaku untuk siapa saja.

Penolakan sepenuhnya akan nilai intelektual jelas sekali tidak berdasar, baik dari sudut pandang filosofi, agama dan juga - terlebih lagi- Zen. Karena jikalau ingin menganggap Zen sebagai esensi budhisme yang mengekpresikan kebenaran ultimit, Zen haruslah bebas dari semua halangan dan mencakup semua. Ini sesuai dengan filosofi Hua Yen yang secara eksplisit menyatakan jika suatu kebenaran itu tak terbantahkan dan meresapi semua, kebenaran itu haruslah mencakup semua dan bebas dari segala halangan.

Jadi seonggok kotoran kering jugalah ditemukan dalam Buddha. Gunung tetaplah gunung. Air tetaplah air; pada saat saya lapar, saya makan dan pada saat saya mengantuk saya tidur; burung bernyanyi dan ikan berenang. Apa salahnya, jadi, dengan pengetahuan konseptual dan intelek?

Apakah mereka tidak termasuk [juga] dalam jalan Tao yang agung? Apakah mereka semua bukannya [sama-sama] berfungsi dari kebudhaan yang menakjubkan? Bukankah baik intuisi dan intelek sama megahnya dan sama-sama dibutuhkan di dalam pemainan agung Dharmadhatu (Totalitas yang mencakup semua)?

64
Diskusi Umum / Sang Buddha?
« on: 04 October 2007, 12:53:11 PM »
saya teringat percakapan dengan seorang sahabat di vihara ketika sore menjelang malam. lalu ada 1 pertanyaan yg dilontarkan oleh teman tersebut yg menurut saya menarik. dia tanya begini : Sang Buddha adalah pemimpin dari Sangha pada masa Beliau masih hidup. Kita juga tau kalau Sang Buddha memiliki 32 tanda utama dan 80 tanda sekunder, salah satu tanda utamanya, memiliki usnisha di atas kepalanya, dan rambut berwarna biru kehitaman [kalo ga salah inget nih]. Lalu pertanyaannya, koq sebagai pemimpin Sangha, yg notabene gundul semua, mengapa Sang Buddha tdk memberi contoh bagi pengikutnya [Sangha] utk ikut gundul?

saya jawab sekenanya, kalo udah jadi Buddha, ya ga usah gundul lagi. :P

sahabat tersebut hanya tersenyum. lalu kami beralih ke pembicaraan lain.

saya menulis percakapan ini, kepingin tanya pendapat temen-temen tentang pertanyaan dr sahabat ini.
terima kasih sebelumnya.


By : Zen

65
Buddhisme untuk Pemula / Ajaran Buddha & Tradisi-Tradisi Buddhis
« on: 26 September 2007, 10:44:34 PM »
Ajaran Buddha & Tradisi-Tradisi Buddhis
Oleh : Ven. Thubten Chodron, Singapura.


Apakah esensi Ajaran Buddha?

Singkat kata, esensi ajaran Buddha adalah berusaha untuk tidak menyakiti dan sebanyak mungkin memberikan pertolongan kepada orang lain. Atau,
Tidak berbuat jahat;
Berusahalah melakukan kebajikan;
Sucikan pikiran;
Inilah ajaran para Buddha.

Dengan tidak berbuat jahat (membunuh, dan sebagainya) dan melenyapkan pikiran-pikiran yang merusak (kebencian, kemelekatan, kepicikan dan sebagainya), kita telah berhenti merusak diri sendiri dan orang lain. Dengan menumbuhkan kebajikan luhur, kita mengembangkan sikap-sikap yang membangun, seperti cinta dan belas kasih universal, dan bertindak berdasarkan pikiran-pikiran bajik itu. Dengan menyucikan pikiran, kita membuang semua pandangan salah, sehingga menjadi tenang dan damai dengan menyadari kesunyataan.
Esensi Ajaran Buddha juga tercakup dalam tiga kaidah dari Jalan: pelepasan yang pasti, hati yang mengabdi, dan kebijaksanaan dalam menyadari kekosongan (sunyata). Pada awalnya, kita berusaha untuk keluar dari kemelut masalah-masalah kita dan sebab-sebabnya. Lalu, kita melihat orang lain juga mempunyai masalahnya sendiri, dan dengan cinta kasih dan belas kasih, kita mengabdikan hati ini untuk menjadi seorang Buddha, agar kita dapat benar-benar menolong yang lain. Untuk melakukan hal ini, kita mengembangkan kebijaksanaan dengan menyadari hakikat sebenarnya dari diri kita dan fenomena lainnya.

Apa itu Tiga Permata? Apa artinya berlindung kepada Tiga Permata?

Tiga permata adalah Buddha, Dharma, dan Sangha. Buddha adalah Ia yang telah sempurna menyucikan pikiran-Nya dari semua noda - nafsu yang membawa penderitaan, dan ucapan-perbuatan yang lahir dari nafsu itu beserta karat-karatnya; Ia yang telah mengembangkan semua nilai kebajikan, seperti cinta kasih dan belas kasih universal, kebijaksanaan tentang keberadaan, dan metoda mengajar yang jitu.
Dharma berisikan aturan-aturan yang menjauhkan kita dari semua masalah dan penderitaan. Dharma mencakup Ajaran Buddha, serta praktek atau jalan menuju lenyapnya masalah dan penderitaan itu. Sangha adalah para suci yang memiliki persepsi non-konseptual tentang kekosongan (sunyata) atau kebenaran tertinggi. Kadang-kadang, Sangha juga mengacu kepada mereka yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mempraktekkan Ajaran Buddha. Dharma adalah perlindungan kita yang sebenarnya, obat yang akan menyembuhkan penyakit kita, tuntas sampai ke akar-akarnya. Seperti seorang dokter ahli, Sang Buddha dengan tepat memberikan diagnosis, apa penyakit kita, sebab-sebabnya, serta memberikan obat yang tepat. Sedangkan Sangha, yang membimbing kita dalam latihan, mirip perawat yang membantu kita menelan obat itu.

Berlindung kepada Tiga Permata berarti kita yakin dengan sepenuh hati pada Tiga Permata sebagai pembawa inspirasi dan penuntun hidup kita ke arah yang benar dan konstruksif. Berlindung tidak berarti secara pasif bersembunyi di balik Buddha, Dharma, dan Sangha. Sebaliknya, ialah suatu proses yang aktif dalam mengambil arah (menjalani) petunjuk mereka, serta meningkatkan kualitas hidup kita.

Mengapa begitu banyak tradisi dalam agama Buddha?

Sang Buddha membabarkan ajaran-Nya dengan banyak cara karena makhluk hidup (semua makhluk yang memiliki kesadaran tetapi belum menjadi Buddha, termasuk juga yang berada di alam-alam kehidupan lain) mempunyai watak, kebiasaan, dan minat yang berbeda-beda. Beliau tidak pernah mengharapkan kita semua cocok dengan satu bentuk sehingga ajaran-Nya pun di berikan dalam banyak cara dan dalam beragam cara melatih diri - dengan demikian tiap orang bisa menemukan sesuatu yang sesuai dengan tingkat kesadaran dan kepribadiannya. Dengan keahlian dan belas-kasih-Nya dalam menuntun yang lain, Sang Buddha memutar roda Dharma sebanyak tiga kali - setiap kali selalu dengan sedikit perubahan sistem filosofi. Tetapi esensi dari semua ajaran itu sama: tekad yang teguh untuk keluar dari lingkaran penderitaan yang berulang-ulang (samsara), belas-kasih kepada makhluk lain, dan kebijaksanaan ketanpa-akuan.

Tidak semua orang menyukai menu yang sama. Jika sebuah jamuan besar terhampar di depan kita, kita akan memlih makanan yang kita senangi. Tidak ada keharusan untuk menyukai semuanya. Akan tetapi, meski kita lebih menyukai makanan yang manis-manis, tidak berarti bahwa yang asin tidak baik dan mesti di buang! Demikian juga halnya, kita bisa saja memilih suatu pendekatan khusus dari Ajaran: apakah itu Theravada, Tanah Suci (Sukhavati), Zen, Vajrayana, dan sebagainya. Kita memiliki kebebasan untuk memilih pendekatan yang paling sesuai, yang dengannya kita merasa paling nyaman. Pun begitu, kita harus tetap mempertahankan pikiran yang terbuka dan menghormati tradisi yang lain. Seiring dengan berkembangnya batin, kita bisa mengerti unsur-unsur dalam tradisi yang lain yang gagal kita pahami pada awalnya.

Singkatnya, apa saja yang berguna dan bermanfaat bagi kita untuk hidup lebih baik, kita praktekkan, dan kita kesampingkan segala yang belum kita mengerti, tanpa perlu menolaknya. Sementara itu, jangan menempelkan identitas padanya dengan cara-cara yang konkret, seperti: "Saya seorang Mahayanis, engkau seorang Theravadin," atau "Saya seorang Buddhis, engkau seorang kr****n." Adalah penting untuk di ingat di sini bahwa kita semua adalah makhluk hidup yang mencari kebahagiaan dan ingin menyelami Kebenaran, yang masing-masing menemukan satu metoda yang sesuai.

Bagaimanapun, mempertahankan pikiran yang terbuka terhadap pendekatan yang berbeda tidak berarti mencampur-adukkan semuanya dengan acak, dan membuat latihan kita seperti cap-cai. Jangan mencampur teknik-teknik meditasi dari tradisi yang berbeda dalam satu latihan meditasi. Dalam satu masa latihan, lebih baik mempraktekkan satu cara saja. Jika kita mengambil sedikit dari teknik ini dan secuil dari teknik itu, tanpa benar-benar mengerti satu teknik pun, hasilnya barangkali hanya kebingungan!

Meskipun ajaran dari suatu tradisi bisa memperkaya pengertian dan latihan dari teknik yang lain, di nasihatkan untuk mempraktekkan hanya satu metoda dalam latihan sehari-hari. Jika kita melakukan meditasi pernafasan hari ini, melafalkan Buddha keesokan harinya, meditasi analitis pada hari ketiga, maka kita tidak akan memperoleh kemajuan dalam satu metoda pun karena tidak adanya kontinuitas dalam latihan tersebut.

Apa saja tradisi Buddhis yang beragam itu?

Secara garis besar, terdapat dua pembagian: Theravada dan Mahayana. Silsilah Theravada (Tradisi Sesepuh), yang berlandaskan pada sutra-sutra berbahasa Pali, tersebar dari India ke Srilanka, Thailand, Myanmar, dan lain-lain. Aliran ini menekankan pada meditasi pernafasan untuk mengembangkan konsentrasi dan meditasi penyadaran tubuh, perasaan, pikiran, dan fenomena, untuk mengembangkan kebijaksanaan. Tradisi Mahayana (Kendaraan Agung), berdasarkan pada kitab suci yang di tulis dalam bahasa Sanserketa - menyebar ke China, Tibet, Jepang, Korea, Vietnam, dan sebagainya. Walaupun dalam aliran Theravada praktek cinta kasih dan belas kasih adalah faktor yang fundamental dan penting, dalam Mahayana cinta kasih dan belas kasih ini di tekankan dengan jangkauan yang jauh lebih luas.

Dalam Mahayana, terdapat beberapa cabang: Aliran Tanah Suci yang menonjolkan pelafalan nama "Amithaba" agar bisa terlahir di Tanah Suci-Nya; Aliran Zen yang memberi tekanan pada meditasi untuk melenyapkan karat-karat dan konsep dari pikiran; Vajrayana (Kenderaan Intan) yang menggunakan meditasi dengan bantuan makhluk-makhluk suci untuk mentranformasikan tubuh dan pikiran kita yang kotor menjadi tubuh dan pikiran seorang Buddha.

Mengapa ada umat Buddha dari aliran tertentu makan daging sedangkan dari aliran lainnya vegetarian?

Pada awalnya, mungkin agak membingungkan bahwa kaum Theravada makan daging, orang Cina Mahayana tidak, dan orang Tibet yang mempraktekkan Vajrayana juga makan daging. Perbedaan dalam praktek ini tergantung kepada perbedaan penekanan pada masing-masing aliran. Penekanan pada ajaran Theravada adalah untuk melenyapkan kemelekatan pada obyek-obyek indria dan untuk menghentikan pikiran tidak seimbang yang berkata, "Saya suka yang ini dan tidak yang itu."

Dengan demikian, ketika bhikshu-bhikshunya pergi ke luar mencari derma, mereka menerima dengan tenang dan rasa terima kasih - apapun yang di berikan, daging atau bukan. Tidak hanya akan menyinggung perasaan orang yang memberi tetapi juga akan merusak latihan bhikshu itu sendiri dan menambah kemelekatan, jika ia berkata, "Saya tidak boleh memakan daging, jadi berilah saya sayur-sayuran yang segar." Dengan demikian, sepanjang daging itu datang bukan karena di pesan olehnya, serta tidak melihat, mendengar, atau curiga bahwa binatang itu di bunuh untuknya, bhikshu itu di perkenankan memakannya. Tetapi, akan lebih bijaksana jika mereka yang memberikan derma ingat bahwa premis dasar dari Ajaran Buddha adalah tidak menyakiti makhluk lain, dan mau memilih apa yang akan di persembahkan secara tepat.

Berpijak pada landasan ketidakmelekatan, belas kasih bagi makhluk lain sangat di tonjolkan, khususnya dalam tradisi Mahayana. Dengan demikian, bagi mereka yang mengikuti ajaran ini, di nasihatkan untuk tidak memakan daging - supaya tidak menimbulkan penderitaan bagi makhluk lain dan untuk mencegah orang menjadi tukang jagal. Selain itu juga, karena getaran yang di timbulkan daging dapat menghalangi seorang siswa biasa dalam mengembangkan belas kasih.

Jalan Tantra atau Vajrayana mempunyai empat kelas. Di kelas bawah, kebersihan dan kesucian sebelah luar di tekankan sebagai teknik bagi praktisi untuk menumbuhkan kesucian sebelah dalam dari pikiran. Jadi, praktisi ini tidak memakan daging, yang di anggap tidak bersih. Sebaliknya, dalam Tantra-yoga tertinggi, berlandaskan pada ketidakmelekatan dan belas kasih, praktisi yang memenuhi syarat melaksanakan meditasi dengan mengambil obyek sistem urat syaraf yang sangat halus, dan untuk itu, unsur-unsur jasmaniah yang kuat sangat di butuhkan. Dengan demikian, daging bahkan di anjurkan bagi orang seperti itu. Pada tingkat ini juga di tekankan transformasi obyek dengan meditasi atas ketanpaintian. Tapi ia, karena meditasi yang mendalam, tidak makan daging dengan serakah bagi kepentingan dirinya sendiri.

Di Tibet, terdapat faktor tambahan untuk di pertimbangkan: berkenaan dengan tempat yang sangat dingin dan iklim yang kejam, terdapat sedikit sekali yang di makan selain gandum tanah, produk-produk susu, dan daging. Untuk bertahan hidup, rakyat di sana mesti makan daging. Yang Mulia Dalai Lama telah mendorong rakyat Tibet dalam pengasingan, yang sekarang tinggal di negeri-negeri yang penuh dengan sayur-mayur dan buah-buahan, untuk menahan diri sedapat mungkin dari memakan daging. Juga, jika seorang siswa mempunyai masalah berat dengan kesehatannya yang mengharuskannya makan daging, maka sang guru mungkin akan membolehkannya. Dengan demikian, setiap orang mesti memeriksa tingkatan latihannya serta kemampuan tubuhnya; dan makanlah dengan bijaksana.

Adanya beragam doktrin Buddhis itu, akhirnya, menjadi bukti kesanggupan Sang Buddha dalam menuntun orang berdasarkan watak dan kebutuhannya. Sungguh amat sangat penting untuk tidak terpecah dalam sekte-sekte, melainkan mesti menghargai semua tradisi beserta praktisinya.

Mengapa sejumlah bhikshu dan bhikshuni memakai jubah kuning sementara yang lain memakai jubah merah tua, abu-abu atau hitam?
Menyebar dari satu negeri ke negeri yang lain, Ajaran Buddha dengan lentur beradaptasi dengan kebudayaan dan cara berpikir masyarakat setempat, tanpa mengubah esensi dan artinya. Jadi tidak perlu di herankan jika corak jubah bhikshu pun bervariasi. Di Srilanka, Thailand, dan Myanmar, jubah bhikshu berwarna kuning dan tanpa lengan, seperti jubah di zaman Sang Buddha. Tetapi, di Tibet bahan pewarna kuning tidak tersedia, sehingga di gunakan warna yang lebih gelap, merah. Sedangkan di Cina, orang beranggapan tidak sopan untuk menampakkan kulit badan, jadi pakaian bhikshu pun di sesuaikan, kostum berlengan panjang dari Dinasti Tang lalu di pilih orang. Kebudayaan tertentu menganggap warna kuning terlalu cerah untuk maksud keagamaan, dan di pakai warna abu-abu. Tetapi, spirit yang di bawa oleh jubah itu tetap di pertahankan dalam bentuk tujuh dan sembilan keping jubah luar berwarna coklat, kuning, dan merah.

Cara paritta di lafalkan di tiap-tiap tempat juga berbeda, tergantung pada kebudayaan dan bahasa di tempat itu. Pun ada alat bunyi-bunyian yang di gunakan, dan cara memberi hormat. Orang Cina berdiri saat mereka membaca paritta, sementara orang Tibet duduk. Variasi ini di sebabkan oleh adaptasi kebudayaan. Adakah penting untuk mengerti bahwa bentuk luar dan cara melakukan sesuatu bukanlah Dharma. Mereka hanya alat untuk membantu kita mempraktekkan Dharma dengan lebih baik sesuai dengan kebudayaan dan tempay dimana kita tinggal. Tetapi, Dharma sejati tidak dapat di lihat dengan mata atau di dengar dengan telinga. Dharma sejati adalah untuk di selami oleh pikiran. Dharma sejati adalah apa yang mesti kita tekankan dan perhatikan, bukannya penampilan luar yang bisa berbeda dari tempat ke tempat.

Sumber : Agama Buddha dan Saya

66
Humor / rayuan vs gombal ^_^
« on: 26 September 2007, 09:29:38 PM »
suhu ane baru saja turun gunung, ilmu ini diturunkan kpd ane. krn ga tega buat makenya, ane pikir sayang kalo cuma disimpen.
jd gw share ke yg laen, biar ilmunya ga ilang. mudah2an dipake utk membela kebenaran ya.  :))
jgn dipake buat menggoda istri orang, pamali atuh...  ;D
selamat belajar.....  ;)

----------------------------------------------------------------------------------
cowo: Mbak, bapaknya ahli perbintangan ya??
Cewe: Ah.. tidak, memang kenapa??
cowo: Saya lihat bintang di mata mbak... 

cowo: Maaf mbak, jangan terlalu lama duduk dikursi itu, pindah di deket saya saja
Cewe: Loh?? kenapa??
Cowo: Takut dikerubung semut.. soalnya mbak manis.. 

Cowo: "Mbak punya obeng nggak?"
Cewe: "Hah? Gak Punya tuh."
Cowo: "Tapi kalo nomor telepon punya, kan?"

====================================================
Dari bule sono:

M: "Are you an Interior Decorator?"
W: "No. Why?"
M: "When I saw you enter, the room became beautiful"

M: "Are you religious?"
W: "Yes "
M: "Good, because I'm the answer to your prayers."

M: "Baby, did you fart, Cause you blow me away..."

M: "How is your fever?"
W: "What Fever?"
M: "Oh.. you just look so hot to me..."

M: "Wow! I didn't know that angels could fly so low!"
-------------------------------------------------------------------
<this is a good one !

M: "Can I get a picture of you to prove to my friends that angels do really exist."
---------------------------------------------------------------------
M: "Wow! How did you do that???!!!"
W: "Do what?"
M: "Look so good..."
-----------------------------------------------------------------------
M: "Hey, I lost my phone number.. can I have yours?"
------------------------------------------------------------------------
M: "Hey Laura!! (Big Hug), I haven't seen you FOREVER!!!! (Huge KISS)
Wow, you've really have changed!!!
W: "Wait, I'm not Laura.."
M: "What? Oh my god, You even changed your name!!!
=========================================================
And my favorite, karangan temen gue (identitas dirahasiakan - supaya gak ngetop) :p

Cowo: "Sayang, kamu itu seperti sendok..."
Cewe: "Kenapa?"
Cowo: "Karena kamu ngaduk-ngaduk perasaan aku..."

boy: does it hurt?
girl: what?
boy: falling from heaven..

boy: aren't you tired?
girl: what?
boy: running around in my mind..

67
Diskusi Umum / Pahlawan Buddhisme
« on: 22 September 2007, 11:47:59 PM »
teman2, i mau tanya pendapatnya...
the other side Buddha's story...
selama ini kita melihat sisi kehidupan Sang Buddha ttg perjuangan Pangeran Siddharta mencapai penerangan dst...

apakah pendapat teman2 ttg perasaan Putri Yasodhara yg ditinggal suaminya saat itu?

lalu bagaimana perasaan ortu sang pangeran yg ditinggalkan pada masa itu?

alasanku menanyakan hal ini tidak bermaksud macem2, hanya ingin mencoba melihat sisi lain dari kisah hidup Sang Buddha,
pahlawan dlm Buddhisme yg jarang dibicarakan org, putri yasodhara... ayah dan ibu angkat Beliau juga.
ditunggu ya comment-nya.. tq before.  :)
 _/\_


By : Zen

68
Personality / story of life
« on: 22 September 2007, 10:36:45 AM »
gw ada koleksi cerita2 bagus yg dikumpulkan dr berbagai sumber.
untuk mengingatkanku, kenangan2 masa kuliah gw [kolektor cerita2 kayak gini],
i pikir mo posting ke sini, sekalian di-share buat yg lain.
semoga orang yg beruntung membacanya juga bisa mendapatkan manfaat2nya dan berguna baginya.
semoga berbahagia!
 _/\_


By : Zen

69
Pojok Seni / Syair sang penganjun
« on: 20 September 2007, 12:51:32 AM »
Syair sang penganjun

Roda kuputar seiring usia senjaku
bukankah tradisi luhur ini pernah kuwarisi
dan akan terus coba wariskan

Namun dimana bocah kini ada
cita-cita tlah berbeda
namun asa dan kerja keras tak berbeda
demi kita dan dunia

nb : ini bukan bikinan gw, dptnya waktu pameran kebudayaan ttg borobudur di jkt. [tgl persisnya lupa  ::) ]. tp ada makna yg mendalam dr puisi ini [yg sampe bikin gw nangis waktu baca ini, walau berkali-kali dibaca...  :'( ] mudah2an temen2 jg bisa menangkap esensi dr puisi ini.
kalo gw ga salah inget, waktu pameran itu, di samping puisi ini ada gambar org tua sedang bekerja di sawah, menenun, dsb. 

70
Buddhisme untuk Pemula / bagus nih, utk Buddhism pemula
« on: 18 September 2007, 03:25:33 PM »
daku baru saja membaca artikel ini, dan menurutku isinya sangat bagus.
sebetulnya isinya scr lengkap bisa di-download di : http://www.dhammacitta.org/category/perpustakaan/ebook/dharma-mangala
edisi ke-49, bulan agustus 2007.
tapi i pikir mungkin ada teman yang ga sempet downloadnya, makanya i posting ke sini.
harapanku dgn memposting artikel ini, semoga umat Buddha di Indonesia bisa lebih memahami Dharma Sang Buddha secara menyeluruh, bebas dari pandangan-pandangan salah ttg aliran-aliran dalam Buddhisme, dan mempraktikkannya dalam hidup sehari-hari.
semoga berbahagia !
 _/\_


By : Zen

Pages: 1 2 3 4 [5]
anything