hasil googling, ternyata memang terdapat catatan Sutta yg menunjukkan bahwa umumnya kelahiran spontan (dalam contoh ini makhluk dewa) memang mengingat kehidupan sebelumnya.
Janavasabha Sutta (Digha Nikaya 18) yang mengisahkan kunjungan sosok yakkha
bernama Janavasabha, seorang penggiring Raja Vessavana (salah dari dari Empat
Raja Dewa di surga Catummaharajika), kepada Sang Buddha dan menyatakan dirinya
tak lain adalah Raja Bimbisara pada kehidupan sebelumnya. Yakkha Janavasabha
juga mengucapkan syair tentang ingatan kehidupan lampaunya sbb: Tujuh kelahiran
di sini dan tujuh di sana, empat belas kelahiran, Itu adalah jumlah kehidupan
yang dapat kuingat."
Dhammapada Atthakatha kita juga menemukan kisah semacam ini, misalnya kisah
Matthakundali dalam penjelasan syair ke-2 Dhammapada di mana Matthakundali yang
terlahir kembali di surga Tavatimsa karena keyakinannya kepada Sang Buddha
kembali ke alam manusia untuk menganjurkan ayahnya mengundang dan berdana
makanan kepada Sang Buddha.
Anathapindikovada Sutta (Majjhima Nikaya 143) dikisahkan bahwa setelah
mendengarkan uraian Dhamma dari YA Sariputta, Anathapindika yang terbaring sakit
akhirnya meninggal dunia dan terlahir kembali sebagai dewa di surga Tusita
kemudian kembali mengunjungi vihara Jetavana untuk memberikan penghormatan
kepada Sang Buddha, memuji kebijaksanaan YA Sariputta, dan mengungkapkan
kegembiraannya karena Sang Buddha dan para anggota Sangha berdiam di vihara
tersebut.
Demikian juga beberapa Sutta yg mencatat makhluk2 alam rendah yg turut
bersedih/gembira melihat tingkah laku sanak-saudara yg ditinggalkannya di
kehidupan alam manusia.
Jadi, IMO, makhluk2 yg terlahir secara spontan umumnya dapat mengingat kehidupan
lampaunya, namun tidak untuk makhluk2 yg terlahir secara non-spontan (termasuk
kita manusia). Penyebabnya karena hal2 yg telah kita coba spekulasikan dipostingan awal...
Mungkin ada hal2 yg perlu ditambahkan?
::