//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??  (Read 9984 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« on: 01 December 2008, 10:48:58 PM »
dari 2 thread yg dibuat oleh bro hatRed belakangan ini, sejenak saia sempat ragu dan bertanya pada diri sendiri

apakah benar bahwa logika + perasaan = kebijaksanaan?
soalnya saia menyimpulkan perasaan = hati nurani, padahal jelas-jelas hati nurani/perasaan bisa salah
seperti yg pernah kita bahas dalam thread kehendak bebas bersama sis sukma....
apa lagi kita juga tahu, dalam buddhist emank pernah disebutin ttg hati nurani/perasaan/suara hati?

setelah beberapa lama bimbang, ketika mandi tadi saia mendapat sedikit inspirasi....
mungkin hanya sedikit perbedaan bahasa yang membuat saia bimbang, tapi ini bener-bener bisa bikin org salah paham

masalahnya apakah logika yg benar + perasaan yg salah = kebijaksanaan?

gak juga kan?

makanya saia ingin mengubah sedikit rumus mengenai kebijaksanaan menjadi :

logika + pandangan benar = kebijaksanaan  ;D

nah yg ini lebih "buddhist" kan?

gimana?gimana?

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #1 on: 02 December 2008, 06:11:41 AM »
kebijaksanaan itu rada sulit dijelaskan karena kebijaksanaan apa nih yg dimaksud?

apakah sama dengan pencerahan bos?
There is no place like 127.0.0.1

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #2 on: 02 December 2008, 09:18:05 AM »
setelah beberapa lama bimbang, ketika mandi tadi saia mendapat sedikit inspirasi....

Hehe... mandi apa ya? mungkin mandinya mbil meditasi kali :))

Quote
masalahnya apakah logika yg benar + perasaan yg salah = kebijaksanaan?

gak juga kan?

makanya saia ingin mengubah sedikit rumus mengenai kebijaksanaan menjadi :

logika + pandangan benar = kebijaksanaan  ;D

nah yg ini lebih "buddhist" kan?

gimana?gimana?

hmmm..... kalo menurut saya, dalam mengenai kebijaksanaan ini,

saya menggunakan Logika dan Perasaan sebagai pembangun dari sebuah kebijaksanaan.

dan dalam pelaksanaannya sudah tidak bisa dipisah lagi, bagaimana kebenaran Logika dan Perasaan.

karena yang dibutuhkan dalam kebijaksanaan, hanya butuh keseimbangan antar keduanya, bila salah satu mengandung ketidakbenaran. maka situasi ini belum dianggap bijaksana.  karena belum seimbang

seperti reenzia katakan bila Logika benar tetapi perasaan salah maka ini mengandung ketidakseimbangan dan tidak dapat disebut kebijaksanaan.


lalu menanggapi om Upasaka dan Hendrako mengenai Kebijaksanaan adalah suatu Hasil, yaitu dimana kebijaksanaan lahir dari suatu aksi.

kalau boleh saya menambahkan, disini diperlukan Evaluasi, sehingga dapat mengetahui apakah ini bijak atau tercela. seperti sutta yg om Hendrako katakan.

tetapi dalam mengevaluasi ini tentunya juga dapat salah. maka itu saya masih menekankan diperlukan suatu Keseimbangan antara Logika dan Perasaan.


saya rasa disini modal dari kebijaksanaan adalah keseimbangan Logika dan Perasaan, lalu dimana seseorang bisa mengetahui seberapa bijak/memenuhi kebijakan diperlukan suatu Evaluasi yang benar dimana juga diperlukan keseimbangan Logika dan Perasaan dalam mengevaluasinya.
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #3 on: 02 December 2008, 10:22:52 AM »
kebijaksanaan itu rada sulit dijelaskan karena kebijaksanaan apa nih yg dimaksud?

apakah sama dengan pencerahan bos?

saia rasa iya

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #4 on: 02 December 2008, 11:23:46 AM »
kalo yg dimaksud pencerahan seperti tingkat2x kesucian sih logika + perasaan keknya bukan tolak ukurnya
There is no place like 127.0.0.1

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #5 on: 02 December 2008, 03:55:27 PM »
Seperti yg sudah sedikit saya jelaskan di thread-nya bro hatRed, LOGIKA dan PERASAAN (pengertian awam) adalah rakit awal kita yg mampu membawa batin kita menuju ke PEMAHAMAN LANGSUNG.

Dari pertimbangan suatu hal berdasarkan citta dan cetasika (termasuk di dalamnya adalah LOGIKA dan PERASAAN), kita mendapatkan 'dorongan' untuk bertindak.

Kebijaksanaan tidak hanya mencakup elemen batin, namun sifatnya komprehensif hingga ke perbuatan. Dari perbuatan langsung ini orang akan mengalami realitas secara langsung. Dan seperti yg diutarakan bro hatRed, perlu pengkajian (evaluasi) untuk memahami nilai perbuatannya. Dengan memahami kebenaran, maka orang itu pun mencapai tingkat penyadaran. Dari kesadaran akan kebenaran inilah, orang tersebut mampu mengendalikan dirinya di jalan kebenaran. Jadi orang yg bijaksana adalah orang yg terkendali perbuatan dan pikirannya (kondisi batinnya).

Dan di Buddhisme, rumus kebijaksanaan ini bisa dilihat dalam formulasi :
SILA + SAMADHI = PANNA

 _/\_
« Last Edit: 02 December 2008, 04:05:39 PM by upasaka »

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #6 on: 02 December 2008, 04:03:02 PM »
SILA + SAMADHI = PANNA sebenarnya bukan merupakan formulasi yg baku, melainkan seperti lingkaran yg terus mengkondisikan

Kita bisa melaksanakan sila dan samadhi, tentunya sudah punya bekal Panna juga
Hasil dari melaksanakan sila dan samadhi, adalah memperkuat panna

Kita mengingkari sila dan samadhi, juga berhubungan dengan kurangnya panna
Hasil dari pengingkaran sila dan samadhi, akan membuat panna semakin menurun juga

Demikianlah halnya jalan utama berunsur delapan.
Semuanya harus dilaksanakan agar dapat mendorong kita untuk menjalankan JUBB yg lebih baik lagi

semoga bisa bermanfaat bagi kita semua  _/\_

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #7 on: 02 December 2008, 04:08:12 PM »
dikutip dari Milinda Panha...

3. "Di dalam diri seseorang, Nagasena, dimana pengetahuan (nyana) telah timbul, apakah kebijaksanaan (panna) juga timbul?
"Ya, Baginda."
"Apakah pengetahuan sama dengan kebijaksanaan?"
"Ya, Baginda."
"Kalau begitu, apakah dengan pengetahuan dan kebijaksanaan itu ada kemungkinan ia tidak tahu tentang suatu hal?"
"Ia akan tetap berada dalam ketidaktahuan tentang hal-hal yang belum dipelajarinya. Akan tetapi mengenai hal yang telah dicapai oleh kebijaksanaan - yaitu pencerapan tentang ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan
tidak-adanya-diri, ia tidak akan tidak tahu."
"Kalau begitu, apa yang terjadi pada pandangan kelirunya tentang hal-hal itu tadi?"
"Pada saat pengetahuan muncul, pandangan salahnya lenyap. Seperti ketika sinar menyala, maka kegelapanpun hilang."
"Tetapi apa yang terjadi pada kebijaksanaannya?"
"Ketika kebijaksanaan telah melakukan tugasnya, ia kemudian lenyap; tetapi pengertiannya tentang ketidakkekalan, ketidakpuasan dan tidak-adanya-diri tidak lenyap."
"Berilah saya ilustrasi."
"Seperti halnya orang yang ingin menulis surat pada malam hari akan menyalakan lampu  dan kemudian menulis surat tersebut. Setelah selesai ia akan memadamkan lampu.  Tetapi meskipun lampu telah dipadamkan, suratnya tetap ada."
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #8 on: 02 December 2008, 04:09:08 PM »
SILA + SAMADHI = PANNA sebenarnya bukan merupakan formulasi yg baku, melainkan seperti lingkaran yg terus mengkondisikan

Kita bisa melaksanakan sila dan samadhi, tentunya sudah punya bekal Panna juga
Hasil dari melaksanakan sila dan samadhi, adalah memperkuat panna

Kita mengingkari sila dan samadhi, juga berhubungan dengan kurangnya panna
Hasil dari pengingkaran sila dan samadhi, akan membuat panna semakin menurun juga

Demikianlah halnya jalan utama berunsur delapan.
Semuanya harus dilaksanakan agar dapat mendorong kita untuk menjalankan JUBB yg lebih baik lagi

semoga bisa bermanfaat bagi kita semua  _/\_

Benar sekali bro markos...

Ini adalah salah satu wujud kondisi yg saling bergantungan di dunia ini.

 _/\_

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #9 on: 02 December 2008, 04:30:18 PM »
dikutip dari Milinda Panha...

3. "Di dalam diri seseorang, Nagasena, dimana pengetahuan (nyana) telah timbul, apakah kebijaksanaan (panna) juga timbul?
"Ya, Baginda."
"Apakah pengetahuan sama dengan kebijaksanaan?"
"Ya, Baginda."
"Kalau begitu, apakah dengan pengetahuan dan kebijaksanaan itu ada kemungkinan ia tidak tahu tentang suatu hal?"
"Ia akan tetap berada dalam ketidaktahuan tentang hal-hal yang belum dipelajarinya. Akan tetapi mengenai hal yang telah dicapai oleh kebijaksanaan - yaitu pencerapan tentang ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan
tidak-adanya-diri, ia tidak akan tidak tahu."
"Kalau begitu, apa yang terjadi pada pandangan kelirunya tentang hal-hal itu tadi?"
"Pada saat pengetahuan muncul, pandangan salahnya lenyap. Seperti ketika sinar menyala, maka kegelapanpun hilang."
"Tetapi apa yang terjadi pada kebijaksanaannya?"
"Ketika kebijaksanaan telah melakukan tugasnya, ia kemudian lenyap; tetapi pengertiannya tentang ketidakkekalan, ketidakpuasan dan tidak-adanya-diri tidak lenyap."
"Berilah saya ilustrasi."
"Seperti halnya orang yang ingin menulis surat pada malam hari akan menyalakan lampu  dan kemudian menulis surat tersebut. Setelah selesai ia akan memadamkan lampu.  Tetapi meskipun lampu telah dipadamkan, suratnya tetap ada."

sangat inspiratif sekali bro dilbert........

GRP sent !

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #10 on: 02 December 2008, 06:15:49 PM »
Rasio+perasaan, kombinasinya bisa ada beberapa:

1. Jika perasaannya yang terlalu dominan, rasionya jadi miring. Namun biasanya orangnya lebih kreatif.
2. Jika rasionya terlalu dominan, jadi kurang empatik dengan orang lain dan diri sendiri. Cara berpikir cenderung sistematis.
3. Jika berimbang, mampu berpikir realistis sekaligus empatik. Kemampuan penyesuaian diri yang baik.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #11 on: 02 December 2008, 06:34:25 PM »
 [at] All

wah...  ;D trims atas infonya, semoga kita semua jadi semakin bijaksana.  ^:)^
i'm just a mammal with troubled soul



Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #12 on: 21 December 2008, 07:46:08 PM »
Bila kita memerlukan Kebijaksanaan untuk menyingkirkan Kegelapan Batin, bagaimana cara mencapai Kebijaksanaan.?. Kebijaksanaan, yang merupakan pengetahuan pasti mengenai sifat sejati dari segala sesuatu, tidak bisa dicapai dengan sekedar belajar, ataupun dengan mengumpulkan dan menghimpun sederet Fakta. Namun, menurut Sang Buddha, kebijaksanaan bisa dipupuk.

Aku sangat terbantu pada Ajaran Pandangan Benar (Samma Ditthi) yang di bagi dalam Tiga Kelompok seperti yang aku posting di judul "Kehendak Bebas" sebagai cara yang efektif untuk memupuk "Kebijaksanaan"

Offline 7 Tails

  • Sebelumnya RAIN
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 864
  • Reputasi: 24
  • Gender: Male
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #13 on: 21 December 2008, 09:26:47 PM »
apa yang dimaksud dengan perasaan?
korban keganasan

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #14 on: 22 December 2008, 01:43:08 PM »
apa yang dimaksud dengan perasaan?

Coba di renung dulu ; Kedelapan Faktor dari Jalan Ariya, di kelompok mana yang di maksud dengan pertanyaan Anda tentang "Perasaan",

selamat merenung dulu  _/\_

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #15 on: 22 December 2008, 04:06:37 PM »
Bila kita memerlukan Kebijaksanaan untuk menyingkirkan Kegelapan Batin, bagaimana cara mencapai Kebijaksanaan.?. Kebijaksanaan, yang merupakan pengetahuan pasti mengenai sifat sejati dari segala sesuatu, tidak bisa dicapai dengan sekedar belajar, ataupun dengan mengumpulkan dan menghimpun sederet Fakta. Namun, menurut Sang Buddha, kebijaksanaan bisa dipupuk.

Aku sangat terbantu pada Ajaran Pandangan Benar (Samma Ditthi) yang di bagi dalam Tiga Kelompok seperti yang aku posting di judul "Kehendak Bebas" sebagai cara yang efektif untuk memupuk "Kebijaksanaan"

Secara buddhism, Kebijaksanaan/panna diperoleh bukan dari logic + perasaan namun :
1. sutta maya panna : kebijaksanaan yg didapat dari membaca sutta/kitab
2. cinta maya panna : kebijaksanaan yg didapat dari mempraktekkan apa yg diajarkan oleh kitab/sutta
3. bhavana maya panna : merenungkan kembali apa yg sudah dipraktekkan.

ketiga panna ini akan saling menguatkan satu dengan yang lainnya sehingga bisa membimbing mencapai panna yg sejati

Perasaan, yg dalam buddhism disebut vedana, semata hanyalah salah satu dari 7 cetasika/faktor mental yg selalu ada dalam setiap citta/kesadaran (Sabbacittasadharana)

Berikut penjelasan singkat mengenai vedana
Quote
Vedana = perasaan. Perasaan merupakan padanan kata yang lebih tepat untuk vedana dibandingkan dengan sensasi seperti yang sering dijumpai.

Seperti halnya kontak, perasaan merupakan sebuah kekayaan penting bagi setiap kesadaran. Perasaan dapat berwujud menyenangkan, tidak menyenangkan dan bukan menyenangkan juga bukan tidak menyenangkan / netral.

Perasaan merupakan faktor batin yang merasakan objek ketika objek itu 'kontak' dengan indera.

semoga bs bermanfaat bagi kita semua

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #16 on: 22 December 2008, 04:12:38 PM »
apa yang dimaksud dengan perasaan?

Coba di renung dulu ; Kedelapan Faktor dari Jalan Ariya, di kelompok mana yang di maksud dengan pertanyaan Anda tentang "Perasaan",

selamat merenung dulu  _/\_

Yg saya tahu mengenai Perasaan adalah bhw ini merupakan cetasika yg selalu ada dalam setiap citta (Sabbacittasadharana)

mohon penjelasan jika ditilik secara jalan mulia berunsur 8

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #17 on: 22 December 2008, 06:08:28 PM »
apa yang dimaksud dengan perasaan?

Coba di renung dulu ; Kedelapan Faktor dari Jalan Ariya, di kelompok mana yang di maksud dengan pertanyaan Anda tentang "Perasaan",

selamat merenung dulu  _/\_

Yg saya tahu mengenai Perasaan adalah bhw ini merupakan cetasika yg selalu ada dalam setiap citta (Sabbacittasadharana)

mohon penjelasan jika ditilik secara jalan mulia berunsur 8

Sobat Markos, hal "Perasaan" dipahami secara Jalan Mulia berunsur 8 adalah dari

Perhatian (Samma Sati).

Perenungan Terhadap Perasaan (Vedananupassana)


Istilah "perasaan" di pakai disini bukan dalam arti emosi(fenomena kompleks yang paling tepat di golongkan ke dalam dasar ketiga dan keempat dari perhatian murni), namun dalam artian yang lebih sempit berupa corak emosional atau "sifat menyenangkan" dari pengalaman.

Ada tiga jenis pengalaman seperti ini, yang menimbulkan TIGA JENIS Utama dari Perasaan ;

1 .Perasaan yang menyenangkan.

2 .Perasaan yang Tidak Menyenangkan.

3 . Perasaan Netral.

Perasaan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi obyek perenungan karena perasaanlah yang biasanya memicu tercetusnya "kotoran batin" yang tadinya tersembunyi. Perasaan itu mungkin tidak kita sadari secara jelas, namun perasaan tersebut secara halus memelihara dan mendorong kecenderungan terhadap sifat-sifat buruk.

Karena itu, saat perasaan yang menyenangkan muncul, kita akan dipengaruhi oleh kotoran batin berupa keserakahan, kita lalu akan melekat padanya. Saat perasaan tidak mnyenangkan muncul, kita menanggapinya dengan ketidaksenangan, ketidaksukaan, dan ketakutan, yang semuanya merupakan aspek dari kebencian, Dan saat perasaan Netral muncul, kita biasanya tidak menyadarinya, atau membiarkannya membius kita sehingga kita merasakan ketenangan yang Maya "yang merupakan keadaan pikiran yang di sebabkan oleh kebodohan batin"

Brur, Markos, sampai di sini dulu melihat "Perasaan" ditilik secara Jalan Mulia beunsur 8, karena ada yang harus saya kerjakan sesudah posting ini.

Salam

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #18 on: 22 December 2008, 06:21:06 PM »
Sobat Markos, hal "Perasaan" dipahami secara Jalan Mulia berunsur 8 adalah dari

Perhatian (Samma Sati).

Perenungan Terhadap Perasaan (Vedananupassana)


Istilah "perasaan" di pakai disini bukan dalam arti emosi(fenomena kompleks yang paling tepat di golongkan ke dalam dasar ketiga dan keempat dari perhatian murni), namun dalam artian yang lebih sempit berupa corak emosional atau "sifat menyenangkan" dari pengalaman.

Ada tiga jenis pengalaman seperti ini, yang menimbulkan TIGA JENIS Utama dari Perasaan ;

1 .Perasaan yang menyenangkan.

2 .Perasaan yang Tidak Menyenangkan.

3 . Perasaan Netral.

Perasaan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi obyek perenungan karena perasaanlah yang biasanya memicu tercetusnya "kotoran batin" yang tadinya tersembunyi. Perasaan itu mungkin tidak kita sadari secara jelas, namun perasaan tersebut secara halus memelihara dan mendorong kecenderungan terhadap sifat-sifat buruk.

Karena itu, saat perasaan yang menyenangkan muncul, kita akan dipengaruhi oleh kotoran batin berupa keserakahan, kita lalu akan melekat padanya. Saat perasaan tidak mnyenangkan muncul, kita menanggapinya dengan ketidaksenangan, ketidaksukaan, dan ketakutan, yang semuanya merupakan aspek dari kebencian, Dan saat perasaan Netral muncul, kita biasanya tidak menyadarinya, atau membiarkannya membius kita sehingga kita merasakan ketenangan yang Maya "yang merupakan keadaan pikiran yang di sebabkan oleh kebodohan batin"

Brur, Markos, sampai di sini dulu melihat "Perasaan" ditilik secara Jalan Mulia beunsur 8, karena ada yang harus saya kerjakan sesudah posting ini.

Salam

Disini jelas terlihat bhw itu adalah Menyadari (SATI) perasaan2 yg timbul (biasa disebut gejolak batin)

Tapi Menyadari disini, bukanlah logika

Dengan demikian, berarti bhw perasaan + logika tidak akan membuat jadi panna

Namun pelaksanaan jalan utama berunsur 8 secara keseluruhanlah yg menyelaraskan kita dalam pencapaian nibbana


Offline 7 Tails

  • Sebelumnya RAIN
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 864
  • Reputasi: 24
  • Gender: Male
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #19 on: 23 December 2008, 08:49:18 AM »
kalau vedana adalah perasaan

kalau ada rasa gatal adalah vedana, kalau digaruk = melekat sama vedana ;D

kalau ada orang gila yang gak bergerak sama sekali selama berjam2 apa dia bisa menghindar dari vedana

kalau uda bisa tinggal latih logika, jadinya bijaksana ;D

:hammer:
korban keganasan

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #20 on: 23 December 2008, 10:35:02 AM »
Vedana dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Sukha
2. dukkha

3. Menyenangkan
4. Tidak menyenangkan
5. Netral

no. 1 dan 2, terjadi di rupa/fisik kita sedangkan no 3 - 5, terjadi di level batin

jadi kalo ada digigit nyamuk dan bengkak, itu adalah dukkha
tidak menyenangkannya ada di batin kita, yg membuat kita "menggaruknya"
tapi wkt digaruk, muncul juga sensasi menyenangkan (nikmat garukannya)
kebnykan digaruk, jadi lecet -> ini adalah dukkha lagi
masuk ke batin, jadi tidak menyenangkan
dst........dst........

demikianlah proses yg terjadi terus menerus di fisik dan batin kita

Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #21 on: 23 December 2008, 04:15:36 PM »
Tambahan lagi sifat 'perasaan"

Perenungan terhadap “perasaan” (Vedananupassana)


Perasaan muncul karena adanya peristiwa mental yang di sebut ‘kontak” (phasa). Kontak tersebut menandai “munculnya pada saat yang bersamaan” kesadaran terhadap obyek tersebut melalui indra. Kontak merupakan factor yang memungkinkan kesadaran “menyentuh” objek tersebut yang lalu akan tampak oleh pikiran melalui indra tersebut.

Karena itulah terdapat Enam jenis kontak yang dibedakan menurut ke Enam indra ;

1 .Kontak Mata.
2 .Kontak Telinga .
3 .Kontak Hidung.
4 .Kontak Lidah.
5 .Kontak Tubuh.
6 .Kontak Pikiran.

Dan ke Enam jenis PERASAAN yang di bedakan menurut kontak yang menyebabkan PERASAAN tersebut.

Perasaan merupakan sesuatu yang sangat penting sebagai Obyek perenungan karena PERASAAN lah yang biasanya memicu tercetusnya kotoran batin yang tadinya Teresembunyi. Perasaan dan kotoran batin tidaklah selalu harus berhubungan. Perasaan yang menyenangkan tidak selalu harus menimbulkan keserakahan , perasaan yang tidak menyenangkan tidak selalu harus menimbulkan Kebencian, dan perasaan Netral tidak selalu harus menimulkan Kebodohan Batin. Hubungan antara keduanya dapat diputuskan, dan cara utama untuk melakukannya adalah dengan Perhatian Murni.

Perasaan akan mengerakkan kotoran batin hanya bila perasaan itu tidak diperhatikan, dan bila perasaan itu dinikmati, alih-alih diamati. Dengan mengubah perasaan menjadi Objek Pengamatan, perhatian murni akan meredakan perasaan agar tidak memancing tanggapan yang buruk.Kemudian alih-alih berhubungan dengan perasaan sebagaimana biasanya melalui kemelekatan, penolakan, atau kelesuan, kita berhubungan dengan perasaan tersebut melalui perenungan dengan mengunakan  perasaan itu sebagai batu loncatan untuk memahami sifat dari pengalaman kita.

Pada tahap – tahap awal, perenungan terhadap perasaan meliputi perhatian terhadap munculnya perasaan dengan mengamati sifat-sifat khasnya ; menyenangkan, tidak menyenangkan, ataupun netral. Perasaan tersebut kita amati tanpa mengidentifikasi diri kita dengannya, yaitu tanpa menganggap perasaan itu sebagai “aku”, “milikku”, atau sesuatu yang sedang terjadi “padaku”. Kita menjaga kesadaran kita dengan perhatian semata ; kita memperhatikan setiap perasaan yang muncul dan menganggapnya sebagai perasaan semata-mata, yaitu peristiwa mental semata yang tidak memiliki rujukan subjektif apapun, tanpa penunjuk kepada sang ego. Tugas kita semata – mata mengawasi sifat dari perasaan tersebut, yaitu apakah perasaan itu bersifat menyenangkan, tidak menyenangkan, ataupun Netral

 

anything