dear bro candra,
orang tidak mungkin terlahir menjadi pohon karena pohon tidak mempnyai batin.
silahkan dicek lagi karena batin inilah yg justru selama ini tidak bisa dijangkau dengan menggunakan panca indera sehingga harus menggunakan pintu indera pikiran
semoga dimengerti
argumentasi anda itu melanggar hukum logika, dan pelanggaran itu disebut irrelevent conclution, sehingga kesimpulan dan argumen anda tidak dapat diterima kebenarannya. jika pernyataan anda dikonversi ke dalam bentuk logika yang baku, maka akan tampak sebagai berikut :
pohon itu tidak berbatin. Dan setiap tidak berbatin itu mustahil jadi pohon. Jadi, orang itu mustahil jadi pohon.
persoalan pertama : kesimpulan tersebut mengandung 4 term, maka disebut irrelevent conclution. tampak kerancuannya pada argument ke 2.
persoalan kedua, argument tersebut belum jelas universilitasnya. Apakah setiap pohon itu tidak berbatin?
Persoalan ketiga : apakah yang berbatin itu mustahil menjadi sesuatu yang berbatin?
Persoalan keempat : mengapa pohon tidak berbatin?
Maksudnya irrelevant conclusion?
Masih relevan kok. Kecuali kalau anda sendiri tidak bicara dalam doktrin Buddhisme (yang berarti anda sendiri yang tidak relevan).
Dalam Tumimbal Lahir, mahluk yang adalah bathin dan jasmani selalu berproses
Dalam Tumimbal Lahir, ada kemungkinan terlahir memiliki jasmani dan bathin
Dalam Tumimbal Lahir, ada kemungkinan terlahir memiliki bathin tanpa jasmani (dalam Arupa Loka)
Dalam Tumimbal Lahir, tidak ada kemungkinan terlahir memiliki jasmani tanpa bathin
Pohon memiliki jasmani tanpa bathin.
-> Dalam Tumimbal Lahir, tidak ada kemungkinan terlahir menjadi pohon.
persoalan kedua, argument tersebut belum jelas universilitasnya. Apakah setiap pohon itu tidak berbatin?
Ini baru irrelevant conclusion. (Walaupun berbentuk pertanyaan)
Memang benar setiap pohon itu berbathin atau tidak, belum ada penyelidikan ilmiahnya. Tapi itu relevan kalau anda membahas ilmiah, bukan dalam konteks Buddhisme.
Persoalan keempat : mengapa pohon tidak berbatin?
Ini juga tidak relevan. Di sini sedang dipermasalahkan probabilitas mahluk tumimbal lahir menjadi pohon, malah anda tanya kenapa pohon tidak berbatin. Seperti saat mempertanyakan kemungkinan evolusi ayam untuk terbang, anda tanya, "mengapa burung terbang?".
Anda yakin anda mengerti logic?
dear bro candra,
saya ingin menambahkan apa yg belum disampaikan oleh bro kainyn
1. pohon itu tidak berbatin. Dan setiap tidak berbatin itu mustahil jadi pohon. Jadi, orang itu mustahil jadi pohon.
mungkin yg anda maksud :
- pohon itu tidak mempunyai batin
- setiap yg mempunyai batin, mustahil menjadi pohon
- orang mustahil mempunyai pohon
logikanya seharusnya :
- mahluk hidup mempunyai batin
- pohon tidak mempunyai batin
- pohon bukan mahluk hidup
3. Persoalan ketiga : apakah yang berbatin itu mustahil menjadi sesuatu yang berbatin?
kembali disini pertanyaan anda "aneh"
mgkn yg anda maksud : apakah yg berbatin itu, bisa menjadi sesuatu yg tidak berbatin
kalo benar spt diatas : iya itu mungkin. Manusia yg nama+rupa, kalau meninggal hanya tinggal rupa saja
tapi kalo dibalik : apakah yg tidak berbatin, bisa menjadi sesuatu yg berbatin
jawabnya adalah tidak mungkin. Karena kelahiran itu didorong oleh patisandhi citta, yang notabene merupakan maranasannavitthi (kesadaran terakhir sebelum meninggal) dari mahluk sebelumnya.
kembali saya ulangi bhw justru batin inilah yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera (secara fisik) karena belum ada yg bisa mengukur batin sehingga apa yg didiskusikan menjadi agak membingungkan jika dilihat secara ilmiah
Semoga bisa dimengerti.......
NB : disini tidak membahas mengenai mahluk arupa dan mahluk asannasata yah