1)
begini Mr Indra, dalam prajna paramita hrdaya sutra jelas dalam bahasa asli maupun terjemahan, persisnya dikatakan seperti ini, "
na duhkha samudaya nirdoha margajna(no suffering end of suffering path)
na jnanam na prapti na bhismaya tasmai na prapti
(no knowledge no ownership no witnessing no thing to own)
tvad bodhisattva prajnaparamita asritya
(therefore bodhisattva perfect wisdom dwells)
viha ratya citta varano vidya ksayo na vidya ksayo
(in dwell thought no obstacle clarity exhaustion not clairty exhaustion)
ya van jaramaranam na jaramarana ksayo
(up to old age no old age exhaustion)
na duhkha samudaya nirodha margajna(no suffering end of suffering path)
na jnanam na prapti na bhismaya tasmai na prapti
(no knowledge no property no witnessing no thing to own)"
sumber:
http://www.fodian.net/world/0256.html http://www.buddhanet.net/pdf_file/heart_s2.pdf kalau begitu bro Indra menganggap shunyata itu kenyataan?
2)
"kalau begitu, tidak perlu ada dokter, tidak perlu ada rumah sakit. jika anda sakit, tidak perlu diobati. begitukah?" hmm...betul sekali mr Indra....yang bisa mengobati semua penyakit, tua dan sakit, hanya realisasi nibbana..
apakah Buddha bilang Arahat yang telah parinibbana memerlukan dokter dan rumah sakit?
dokter, obat dan rumah sakit hanyalah seperti plester luka saja.....
selama masih ada kelahiran, akan ada kematian....itu sudah lumrah
Buddhisme tidak bisa dikatakan nihilistik karena realisasi nibbana berarti bukan melenyapkan konsep Aku namun merealisasi bahwa yang disebut Aku memang tidak pernah timbul, bagaimana bisa dimusnahkan sesuatu yang tidak pernah ada?
3)
"Buddha yg mana yg bilang begitu, Bro?" dalam Anatta-lakkhana Sutta (maaf di thread ini saya kutip kanon pali, kalau ada yang tau sutta ini dalam tripitaka, tolong saya dikasi tau) ada kata2 seperti ini:
""Consciousness is not self. If consciousness were the self, this consciousness would not lend itself to dis-ease. It would be possible [to say] with regard to consciousness, 'Let my consciousness be thus. Let my consciousness not be thus.' But precisely because consciousness is not self, consciousness lends itself to dis-ease. And it is not possible [to say] with regard to consciousness, 'Let my consciousness be thus. Let my consciousness not be thus.'
"What do you think, monks -- Is form constant or inconstant?"
"Inconstant, lord."
"And is that which is inconstant easeful or stressful?"
"Stressful, lord."
"And is it fitting to regard what is
inconstant, stressful, subject to change as: 'This is mine. This is my self. This is what I am'?"
"No, lord." "
yang saya bold itu kan dukkha bro, jelas2 Buddha menolak dukkha sebagai hal yang patut untuk dimiliki...
sumber:
http://www.abuddhistlibrary.com/Buddhism/B%20-%20Theravada/Suttas%20I/The%20Anattalakkha%20Sutta/SN%20XXII_59%20Anattalakkhana%20Sutta.htm4)
"bagaimanakah fisika klasik Newton dan fisika kuantum itu? mohon dijelaskan agar kita dapat menilai persamaannya.
jadi menurut Rinpoche itu, 4KM bukan ultimate truth?"
contoh fisika klasik, bila kita mengetahui dengan pasti momentum dan posisi serta kecepatan suatu benda maka kita bisa dengan tepat maka kita bisa memastikan arah pergerakan benda iti dengan akurat, seperti mobil dengan kecepatan v, arah gerak, gaya gesek dsb maka kita bisa meramalkan mobil itu mau gerak ke mana, serta dalam fisika klasik diyakini setiap benda tersusun atas suatu inti yang tidak bisa dibagi lagi (maka dari itu disebut atom, a=tidak, tome=potong)
nah setelah beberapa puluh taun, terkuaklah bahwa hukum2 fisika berlaku untuk benda2 besar seperti mobil ternyata tidak pas jika diterapkan pada benda yang amat kecil seperti elektron dsb...sehingga ada yang disebut prinsip ketidakpastian...dan ternyata dulu atom yang disangka tidak bisa dibagi ternyata seiring perkembangan ilmu, atom bisa dibagi lagi jadi elektron, proton...elektron pun masih tersusun atas benda yang jauh lebih kecil lagi dan ilmuwan belum menemukan inti yang kekal yang tidak bisa dibagi lagi...
dulu ada aliran Vaibhasika yang filosofi mereka mirip dengan fisika klasik (bisa dilihat di wikipedia), mereka banyak membahas sankhara....saya tidak bilang fisika klasik itu salah, namun lebih lengkap jika ditambah fisika kuantum untuk memahami fenomena yang ada
sudah jelas dikatakan sabbe
dhamma anatta ti dan yang satunya sabbe
sankhara dukkha
mana yang lebih luas cakupannya? anatta atau dukkha? apakah nibbana identik dengan dukkha atau anatta?
apakah dukkha bukan kebenaran? tentu saja dukkha adalah kebenaran namun kalau Buddha tidak mengajarkan anatta maka buddhisme saya rasa akan sama dengan kepercayaan lain....kunci kebebasan kan di anatta,,,
diskusi yang menarik....