= Pemahaman anda menyimpang dari pengertian yang benar karena Dharmakaya, Tahtagatagarbha, Atman, Diri Buddha, Buddha Nature benar-benar ada bukan penggunaan istilah oleh Sang Buddha agar lebih nyaman. Jadi Buddha Yang Kekal benar-benar ada.
Tanggapan yang saya berikan adalah sama, Sdr. Triyana. Saya berdasarkan Lankavakara Sutra dan anda tidak. Lankavakara Sutra telah menyatakan demikian, Sdr. Xenocross telah berbaik hati memberikan banyak literatur dalam topi ada atau tidaknya Atta. Jika penolakan anda karena anda meragukan kemampuan saya dalam memahami apa yang tertulis secara nyata dan jelas dalam Lankavatara sutra dengan alasan saya tidak terlalu kuat/tercerahkan dan butuh guru untuk memahaminya, silahkan saja. Namun, saya pun bisa berpendapat hal yang sama mengenai diri anda bahwa anda tidak cukup kuat/tercerahkan untuk memahami ajaran dari guru anda, sehingga memiliki pemahaman yang menyimpang.
= Untuk dapat memahami Sunya/Sunyata dengan baik dan benar sepengetahuan saya anda harus mencari Lama atau Suhu yang menguasai topik ini baik secara teori maupun praktik, jadi saya tidak yakin apa yang anda katakan disini mewakili Sunya/Sunyata yang sesungguhnya. Menurut Venerable Geshe Rabten anda harus berhati-hati terhadap pandangan tentang Sunya/Sunyata sebab tanpa bimbingan seorang Lama atau Suhu dikhawatirkan akan menyebabkan pandangan keliru.
Silahkan anda ragu terhadap saya, itu hak anda, tapi Sdr. Gandalf sebagai praktisi Mahayana sependapat dengan apa yang saya utarakan mengenai Sunya.
Sekarang tinggal anda putuskan apakah anda juga akan meragukan pendapat Sdr. Gandalf sebagai praktisi Mahayana dan hanya pendapat anda yang benar atau bagaimana? Itu pilihan anda. Dan karena saya telah mengijinkan anda untuk meragukan saya, maka ijinkan pula saya dan rekan-rekan lain untuk meragukan semua yang anda katakan dengan mengatakan bahwa apa yang anda sampaikan adalah pemahaman yang menyimpang dari Buddhisme.
Wacana :
Holding up emptiness as an absolute or ultimate truth without reference to that which is empty is the last thing either the Buddha or Nāgārjuna would advocate.
Sumber : David J. Kalupahana, Nagarjuna: The Philosophy of the Middle Way. SUNY Press, 1986, page 49
Tathagata-garbha thought is complementary to sunyata thought of the Madhyamika and the Yogacara, as it is seen in the Uttaratantra. The Uttaratantra first quotes the Srimala-devi-sutra to the effect that tathagata-garbha is not accessible to those outside of sunya realization and then proceeds to claim that sunyata realization is a necessary precondition to the realization of tathagata-garbha. There is something positive to be realized when one’s vision has been cleared by sunyata. The sunyata teachings of the prajna-paramita are true but incomplete. They require further elucidation, which is found in the Uttaratantra.
Sumber : Professor Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, Delhi, 2005, p. 50
The Uttaratantra speaks of Buddhahood or Buddha-nature. Thus it signifies something special and different when we take into consideration the term tantra in the Uttaratantra. Further, as stated earlier, the sunyata teachings in the Prajnaparamita are true, but incomplete. They require still further elucidation, which the Uttaratantra provides. Thus it assumes the Prajna-paramita teachings as the purva or prior teachings, and the tathagata-garbha teachings as the uttara, in the sense of both subsequent and superior.
Sumber : Professor Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, Delhi, 2005, pp. 46-47
Professor Sebastian also indicates that the Śrīmālā Sūtra can be seen as critical of negatively understood emptiness and that both the Śrīmālā Sūtra and the Uttaratantra enunciate the idea that the Buddha nature is possessed of four transcendental qualities and is ultimately identifiable as the supramundane nature of the Buddha (dharmakāya).
Professor Sebastian juga mengindikasikan bahwa Śrīmālā Sūtra dapat dilihat sebagai suatu kritik akan pemahaman negatif Kekosongan dan keduanya baik Śrīmālā Sūtra dan Uttaratantra menerangkan secara jelas gagasan bahwa Buddha Nature mengandung empat kualitas transcendental dan merupakan pada
akhirnya dapat diidentidikasi sebagai sifat alami supraduniawi Buddha (
dharmakāya).
Professor C.D. Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, 2005, p. 21
---------
Hmmm…see..nampaknya pendapat Profesor tersebut tidak berbeda dari apa yang telah saya sampaikan bahwa Sunyata (kekosongan) adalah Dharmakaya, Buddha Nature , anda bisa lihat kata yang di dalam kurung: dharmakāya.
Sekarang ijinkanlah saya bertanya sedikit :
1. Menurut Ajaran Theravada dimanakah Sang Buddha Sakyamuni saat ini ?
Itu saja pertanyaan dari saya dan mohon jawaban dari saudara Kelana. Terima kasih.
Baiklah Sdr. Triyana, jawaban saya ini berdasarkan ajaran Theravada yang terdapat dalam Kitab Pali.
Sang Buddha mengajarkan bahwa ada jenis pertanyaan yang perlu dijawab dengan cara memberikan pertanyaan balik. Pertanyaan anda adalah jenis seperti itu. Oleh karena itu untuk menjawab pertanyaan anda tersebut, maka saya akan bertanya balik:
Jika tadi pagi ada api di hadapan anda dan api itu padam, di manakah api itu sekarang?
Demikianlah jawaban saya berdasarkan ajaran Theravada sesuai dengan permintaan anda. Jika anda ingin berpolemik mengenai masalah api ke mana dan di mana secara science silahkan ke di sub-forum science yang saya rasa sudah dibahas oelh anggota forum lainnya.
Menanggapi sudah, menjawab pertanyaan anda sudah. Saya rasa saya cukup untuk ada dan tidak ada komen lagi untuk anda. Lagi pula topik sudah melebar (OOT)