Topik Buddhisme > Diskusi Umum

Pembuktian dalam Buddhisme

<< < (54/55) > >>

Tan:

--- Quote from: maitri on 02 August 2007, 02:23:26 PM ---Mendingan diskusinya udahan aja deh. Banyak ngomong panjang lebar tetep aja ga nemu titik terangnya. Yg ada cuma saling debat yg makin ga karuan (maaf kl perkataan saya kurang berkenan  ^:)^ ). Mendingan mendiskusikan topik yg lebih berguna bagi kehidupan kita sehari-hari.

Masalah iman tergantung pribadi masing2. Bagi yg percaya silahkan mempercayainya & bagi yg ga percaya tidak usah mempercayainya. Jadi ga usah repot2 ngurusin orang lain percaya atau tidak. Ga usah mikirin karmanya Hefner tapi pikirin aja karma sendiri apakah karma kita sudah baik atau belum. Karma seseorang tergantung pada dirinya sendiri. Jadi kalau ingin bahagia lakukanlah karma baik yg dilandasi oleh cetana sendiri. Buat apa meniru orang lain?

Apakah menjadi masalah besar jika agama buddha itu ilmiah atau tidak? Yg menjadi masalah bukanlah ilmiah atau tidak ilmiahnya suatu agama tetapi apakah agama itu membawa kemajuan dalam diri kita atau tidak.  _/\_

--- End quote ---

TAN:

Benar sekali. Pertanyaan yang lebih penting adalah: Apakah agama Buddha itu dapat menjadikan kita orang yang welas asih terhadap sesama, toleran, sanggup menghargai sesama manusia, dan merealisasi kemajuan batin. Kalau Buddhadharma justru menjadikan kita "cuo huo ru mo" maka hal itu justru akan berbalik menjadi adharmik. Mohon maaf kalau ada kata yang salah atau kurang berkenan.

Metta,

Tan

Tan:
Persamaan dan perbedaan iman terhadap makhluk adikuasa dalam agama non-Buddhis dan keyakinan terhadap hukum karma dalam agama Buddha

PERBEDAAN

Bila kita tidak percaya pada makhluk adikuasa akan masuk neraka

Bila kita tidak percaya terhadap hukum karma maka belum tentu masuk neraka --> ini membutuhkan catatan tambahan sebagai berikut:

Orang yang tidak percaya hukum karma ada dua kemungkinan (menurut konsep Buddhis):

1.Orang yang tidak percaya hukum karma, lalu berbuat semaunya sendiri, sepeti melakukan garukka kamma akan masuk neraka
2.Orang yang tidak percaya hukum karma, tetapi tetap berbuat kebaikan karena sadar bahwa kebaikan memang sudah sepatutnya dilakukan, akan tetap terlahir di alam bahagia.

Jadi dalam Buddhisme bukan percaya atau tidak percayanya yang ditekankan, melainkan konsekuensi atau tidak seseorang.

Sebagai tambahan, dalam agama non Buddhis sendiri juga ada ajaran bahwa, seseorang yang percaya pada makhluk adikuasa, tetapi tetap berbuat jahat akan tetap masuk neraka. Lalu bila demikian bukankah percaya atau tidak percaya itu menjadi tidak berlaku lagi? Jawaban mereka: orang yang sungguh2 percaya pada makhluk adikuasa pasti akan hidup dalam kebajikan atau berusaha hidup dalam kebajikan. Pendek kata, pada akhirnya mereka juga mengajarkan bahwa perbuatan adalah penting. Hanya saja mereka mengajarkan bahwa orang yang tidak percaya pada makhluk adikuasa, tetapi berbuat kebajikan akan tetap masuk neraka--> ini perbedaan paling krusial dan mencerminkan intoleransi (semoga umat Buddha tidak terjebak pula pada hal2 semacam itu).

PERSAMAAN

Sama-sama tidak atau belum dapat dibuktikan oleh sains. Karma dan keberadaan makhluk adikuasa adalah sama-sama suatu "konsep." Sebagai contoh bila kita bertanya pada umat agama non Buddhis: "Mengapa makhluk adikuasa itu ada." Maka jawaban yang akan diberikan adalah: "Karena ia memang ada." Bila kita bertanya pada umat agama Buddha: "Mengapa hukum karma itu ada." Maka jawaban yang kita berikan adalah: "Karena memang demikian adanya." Sebenarnya kedua jawaban, baik yang diberikan oleh umat Buddha dan non-Buddhis sama-sama bukan jawaban definitif. Tetapi sebagai umat Buddha kita menerima adanya hukum karma berdasarkan konsep yang kita ketahui dari kitab suci ataupun perkataan guru-guru Buddhis. Ini tidak berbeda pula dengan umat agama non-Buddhis yang menerima keberadaan makhluk adikuasa berdasarkan kitab suci atau perkataan guru-guru agama mereka. Tidak satupun yang dapat membuktikan bahwa hukum karma maupun makhluk adikuasa adalah sesuatu yang mutlak ada. Seseorang pada kehidupan sekarang miskin. Kita menduga bahwa orang itu pada kehidupan lampaunya kikir. Tetapi pertanyaannya: "apakah kita BENAR-BENAR tahu bahwa orang itu pada kehidupan lampaunya merupakan orang kikir?" Jawabannya adalah "Tidak." Kita hanya dapat menduga saja berdasarkan konsep yang kita terima dari kitab suci dan perkataan guru2 Buddhis.

Demikian dulu sharing dari saya. Mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.

Metta,

Tan

Upaseno:

--- Quote from: morpheus on 01 August 2007, 11:58:33 AM ---dari kacamata buddhis, enak gak jadi hugh hefner?

--- End quote ---
What do you think?

dipasena:

--- Quote from: Upaseno on 05 August 2007, 10:43:16 PM ---
--- Quote from: morpheus on 01 August 2007, 11:58:33 AM ---dari kacamata buddhis, enak gak jadi hugh hefner?

--- End quote ---
What do you think?

--- End quote ---

menurut saya, itu hanya kenikmatan semu [kenikmatan semasa idup doank], bs dikatakan ia hanya menikmati makanan basi, tapi ia masa bodo dengan apa yg akan ia makan selanjutnya.

Tan:

--- Quote from: dhanuttono on 06 August 2007, 12:07:08 AM ---
--- Quote from: Upaseno on 05 August 2007, 10:43:16 PM ---
--- Quote from: morpheus on 01 August 2007, 11:58:33 AM ---dari kacamata buddhis, enak gak jadi hugh hefner?

--- End quote ---
What do you think?

--- End quote ---

TAN:

Ya benar saya setuju. Dalam Alagadupamma Sutta Sang Buddha menyatakan bahwa kesenangan ragawi lebih banyak mendatangkan penderitaan ketimbang kebahagiaan. Dari sudut pandang Dao, terlalu banyak berhubungan seks berarti membocorkan sperma, sehingga susah untuk kultivasi diri. Selain itu, dari segi kesehatan baik jasmani dan mental juga tidak baik. Apakah Hugh Heffner bahagia? Belum tentu. Karena bisa saja ia berlaku seperti itu untuk menutupi ketidak-bahagiaannya.

Metta,

Tan

menurut saya, itu hanya kenikmatan semu [kenikmatan semasa idup doank], bs dikatakan ia hanya menikmati makanan basi, tapi ia masa bodo dengan apa yg akan ia makan selanjutnya.

--- End quote ---

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version