//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - andrew

Pages: [1]
1

berapa ya jumlah biarawan buddhis di seluruh dunia ( dari semua tradisi ) ?

apakah bertambah banyak atau merosot ...

saya ingin tau untuk melihat apakah agama buddha semakin berkembang atau merosot...

oh ya bagaimana dengan agama lain... semisal ka****k... berapa banyak ya jumlah rohaniawannya ?
semakin banyak atau berkurang di jaman modern ini ?

jumlahnya banyak mana dengan buddhis ?

lagi penasaran ...

2
Meditasi / Mengunjungi Para Biksu Asal Indonesia di Myanmar
« on: 27 November 2008, 10:30:59 AM »
Mengunjungi Para Biksu Asal Indonesia di Myanmar


http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=6363&ses=

Sehari, Betah Meditasi Hingga 19 Jam
Sejumlah biksu dan calon biksu asal Indonesia saat ini berada di Myanmar. Mereka sedang mengikuti program meditasi. Ketika negeri yang dikuasai junta militer itu bergolak, mereka tak pulang ke tanah air.
Suasana hening begitu terasa ketika memasuki pusat meditasi Panditarama di Golden Hill Bahan, Yangon, siang itu. Sejumlah biksu terlihat duduk bersila di lantai hall yang terbuat dari kayu. Sesekali seorang biksu tampak beranjak dan berjalan dengan perlahan mengitari hall dengan konsentrasi batin yang penuh.
Di Panditarama terdapat hall dua lantai, berukuran 30 m x 10 m. Lantai bawah khusus digunakan untuk meditasi para biksuni (biksu perempuan) dan yogi (peserta meditasi) perempuan. Sedangkan lantai atas khusus untuk biksu dan yogi pria. Tidak semua peserta meditasi beragama Buddha. Mereka menerima siapa pun, pemeluk agama apa pun untuk bermeditasi.
Kilatan flash kamera Jawa Pos (Grup Cenderawasih Pos) sempat membuyarkan konsentrasi biksu U Nyanasiri, biksu asal Indonesia yang sedang bermeditasi di hall tersebut. Dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kain merah (pakaian biksu) untuk menutup pakaian kuning (baju bagian dalam biksu) yang digunakan untuk meditasi. “Maaf, bagi biksu, pakaian kuning ini tidak sopan kalau difoto,” kata Nyanasiri, yang sudah setahun tinggal di Yangon tersebut.
Di Panditarama Meditation Center terdapat dua biksu asal Indonesia. Sebenarnya ada tujuh yogi. Tapi, sebagian berada di hutan dan sebagian lagi pulang ke Indonesia. Selain Nyanasiri, terdapat seorang biksu lagi bernama U Gunasiri. Setahun lalu keduanya resmi menjadi biksu atau banthe dan diberi gelar ashin (yang dimuliakan).
Panggilan resminya Ashin Nyanasiri dan Ashin Gunasiri.
Nyanasiri memiliki nama asli Muis Leo. Sebelum ke Myanmar, pria berusia 36 tahun itu lama tinggal di Surabaya. Tepatnya di Griya Mapan, Juanda. Dia sempat bekerja di perusahaan lakban di Surabaya. Saat itulah, dia mendalami agama Buddha di bawah bimbingan Dharmasurya Bhumi, seorang biksu di Trawas.
Tiga tahun mendalami Buddha, Muis tertarik menjadi biksu. Dia pun memohon kepada gurunya untuk diangkat menjadi biksu. “Tapi, tidak langsung dikabulkan. Saya disuruh belajar dulu meditasi di Myanmar,” kata pria kelahiran Medan itu.
Ada dua negara yang dijadikan rujukan para yogi dan biksu untuk bermeditasi. Yakni, Myanmar dan Thailand. Tapi, Myanmar diyakini lebih kondusif untuk bermeditasi. Di negeri yang mayoritas penduduknya menganut ajaran Buddha itu berdiri ribuan pusat meditasi.
Meditasi di Myanmar dikembangkan kali pertama oleh U Narada. Dia menerapkan prinsip-prinsip satipatthana (landasan perhatian murni) secara disiplin. Metode itu dikenal sebagai metode satipatthana Myanmar. Bukan berarti ini temuan Myanmar, melainkan karena di Myanmar-lah praktik jalan kuna tersebut dibangkitkan kembali dengan mapan dan energetik.
Banyak orang meyakini U Narada yang dikenal dengan nama Sayadaw Jetavan telah mencapai pembebasan akhir atau arahat, tingkatan paling atas untuk biksu.
November nanti Nyanasiri mengakhiri meditasi di Myanmar. Dia berencana mendirikan pusat meditasi di Surabaya. “Belum tahu di mana, tapi ada keinginan untuk itu,” kata alumnus Universitas Tarumanegara Jakarta itu.
Lain halnya dengan Gunasiri. Pria 48 tahun itu sudah lima tahun berada di Yangon. Tepatnya sejak November 2002. Pemilik nama asli Bambang Lawijaya itu mengawali meditasi di sebuah hutan di Myanmar selama dua bulan. Setelah itu diteruskan di Yangon, hingga sekarang.
Sebelum berangkat ke Myanmar, Bambang adalah pedagang pakaian di Pasar Pagi, Mangga Dua, Jakarta. Pria yang tinggal di Kapuk Mas, Jakarta, itu awalnya ikut meditasi di Jakarta. Dari sanalah dia mengetahui ada pusat meditasi yang terkenal di Myanmar. “Saat berangkat saya belum berniat menjadi biksu, sekadar ikut meditasi,” katanya.
Baru setahun lalu dia dilantik menjadi biksu di Sima Hall, tempat penahbisan biksu di Myanmar. Untuk menjadi biksu memang tidak mudah. Dia harus mempelajari dulu 227 sila dalam ajaran Buddha. Di Panditarama, Bambang dilatih khusus oleh guru senior berusia 83 tahun, Chau Tan Sayadaw.
Selain itu, seorang biksu harus menaati Winaya, peraturan biksu. Ada banyak Winaya, tapi yang utama ada empat. Yakni, tidak melakukan hubungan seksual, tidak mencuri, tidak berbohong, dan tidak membunuh (binatang maupun manusia). “Kalau itu dilanggar, pakaian biksu harus dilepas,” katanya.
Selama bermeditasi, para biksu dan yogi diwajibkan menjalankan delapan sila atau atthanga sila. Yakni, tidak membunuh atau menganiaya, tidak mengambil yang tidak diberikan, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berdusta dan berkata kasar, serta tidak mengonsumsi zat yang memabukkan.
Selain itu, peserta meditasi tidak makan setelah tengah hari sampai fajar berikutnya. Juga tidak menyanyi, menari, menonton hiburan, mengenakan kosmetik, dan memakai parfum. Para yogi juga tidak boleh duduk atau tidur di tempat yang tinggi dan mewah.
Setiap hari Bambang bermeditasi pukul 03.00 hingga pukul 21.00. Itu normalnya. Bambang sering menjalaninya mulai pukul 01.45 hingga pukul 21.00. Apa perubahan yang didapat? “Sebaiknya Anda coba dulu sepuluh hari, nanti tahu manfaatnya. Bagaimana tahu cabe pedas kalau tidak mencicipi,” katanya.
Bambang juga mengaku tidak tahu tingkatan apa yang sudah diraihnya. Ada bebarapa tingkatan yang dilalui para biksu, mulai arya hingga arahat. “Biksu tidak berhak menilai diri sendiri, karena itu mendekati kesombongan. Kalau mau tahu seorang biksu berada di tingkatan apa, jadilah muridnya atau tinggal bersama biksu tersebut,” ujarnya.
Baik Bambang maupun Muis sama-sama tidak tahu bahwa ratusan ribu biksu berunjuk rasa pada 24-27 September 2007 di Yangon. Maklum, mereka sama sekali tidak menonton televisi, mendengar radio, atau membaca koran. Mereka juga tidak mendengar ketika tentara Myanmar menembaki para biksu yang berunjuk rasa di Pagoda Sule.
Bambang dan Muis hanya bengong saat para biksu dan yogi dari Singapura tiba-tiba dijemput kedutaan besarnya untuk dipulangkan. Beberapa biksu dan yogi asal Malaysia dan Thailand juga melakukan hal yang sama. “Kedutaan Besar Indonesia memang datang, tapi hanya mendata para yogi dan menawarkan bantuan jika sewaktu-waktu kondisi di Myanmar tidak kondusif,” ujarnya.
Bambang dan Muis tidak khawatir sama sekali dengan kondisi politik Myanmar yang memanas. Justru keluarga mereka yang khawatir. Keluarga dan rekan-rekan biksu di Indonesia menelepon dan mengirim e-mail melalui sekretaris pusat pengembangan batin Indonesia di Myanmar. Setiap hari telepon dan e-mail masuk dari Indonesia menanyakan kabar para biksu.
“Para biksu dan yogi Indonesia malah telepon ke KBRI, bertanya ada apa sebenarnya, kenapa keluarga mereka di Indonesia khawatir?” kata Adi Kuntarto, sekretaris Protokol dan Konsuler KBRI di Yangon.
Bambang menyesalkan penembakan dan penganiayaan yang dilakukan tentara Myanmar terhadap para biksu di Yangon. Para biksu, kata Bambang, hanya melakukan doa bersama di Pagoda Sule tanpa kekerasan dan tanpa kemauan politik. “Kalau di Indonesia seperti istighatsah,” jelasnya.
Selain di Panditarama, biksu dan yogi Indonesia tersebar di sejumlah kuil meditasi. Salah satunya di Chanmyay Yeiktha, Jalan Pagoda Kaba Aye, Yangon. Di Chanmyay, terdapat 16 yogi Indonesia. Tapi, semuanya tinggal di Mawbe, sebuah daerah hutan di luar Yangon. Untuk ke tempat tersebut butuh waktu dua jam perjalanan dengan kendaraan pribadi.
Sebagian lain tersebar di pusat meditasi lain, seperti Mogok Vipassana Yeiktha, Kyaswa Monastery, dan Dhamma Jati Vipassana. Di antara puluhan yogi, yang sudah ditahbiskan menjadi biksu ada delapan orang.
Saat ini seharusnya saat yang tepat untuk bermeditasi. Di Myanmar ada tiga musim, yakni Maret-Mei musim panas, Juni-September musim hujan, dan Oktober-Februari musim sejuk. Waktu terbaik untuk meditasi adalah musim sejuk dan musim hujan.
Namun, karena situasi politik memanas, Kedutaan Besar Myanmar di berbagai negara untuk sementara tidak mengeluarkan visa meditasi. Apalagi untuk bermeditasi, mereka akan menemui para biksu, yang saat ini menjadi musuh politik pemerintah Myanmar.(*)


http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=6363&ses=

3



bila ingin berdana atau mendapatkan buku -buku terbitan Serlingpa Dharmakirti bisa menghubungi no hp diatas.

web :  http://sangha.web.id/


terbitan terdahulu :

gua gunung salju   ( kisah Tenzin Palmo )
berharganya kelahiran sebagai manusia  ( tulisan  Dagpo rinpoche )

 _/\_


4
Engaged Buddhism / Nonton DAAI TV lewat internet
« on: 09 October 2008, 09:07:02 AM »
hi...

saat ini DAAI TV Indonesia bisa di tonton melalui internet,

ini web nya : http://www.indoweb.tv

 _/\_

5


apakah menurut moderator meditasi chi kung adalam sejalan dengan 4km dan 8jmb ?

kenapa ada di bagian topik buddhisme sub bagian meditasi ?

bukan berada di bagian Buddhisme dengan agama, tradisi filsafat ?


 _/\_

6
Keluarga & Teman / Catatan Perpisahan Dewi Lestari
« on: 17 July 2008, 10:27:27 AM »

7
Minggu, 25 Mei 2008,
Donatur-Donatur Unik yang Menyumbang untuk Korban Gempa Tiongkok

Pengemis dan Tukang Semir pun Serahkan Seluruh Uangnya
Banyak kisah menyentuh di balik gempa bumi di Tiongkok yang membawa korban puluhan ribu nyawa. Dua di antaranya adalah kisah pengemis dan tukang semir sepatu yang merelakan uangnya untuk didonasikan bagi penanganan korban bencana.

Xu Chao adalah pengemis berusia 60 tahun. Meskipun bukan pegawai kantoran yang berpenghasilan tetap, "profesi" yang dilakoni itu tidak menghalangi dia untuk mengulurkan tangan membantu korban gempa di negerinya.

Untuk memberikan bantuan, dia pun tidak segan mendatangi langsung tempat pengumpulan dana di Nanjing, Provinsi Jiangsu. Dengan baju lusuh dan rambut panjang abu-abunya yang tidak terawat, dia datang beberapa kali ke tempat tersebut. Karuan saja, hal itu menjadi pemandangan istimewa.

Apa yang dilakukan Xu itu menunjukkan bahwa dia memiliki empati yang sangat tinggi terhadap para korban gempa. Kondisi yang jauh dari memadai itu pun tidak menghalangi niatnya untuk mendermakan pendapatannya.

Rangkaian donasi yang diberikan Xu diawali dengan CNY 5 (sekitar Rp 6.700), yang dimasukkannya di kotak sumbangan di Departemen Urusan Masyarakat. Hal itu dia lakukan pada Sabtu (17/5) pagi.

Sore harinya, dia kembali melakukan hal serupa. Kali ini jumlahnya jauh lebih besar. Yakni, CNY 100 (sekitar Rp 134 ribu). Sambil memasukkan sumbangan, mulut Xu menggumamkan, "Untuk para korban di wilayah bencana."

Niat tulusnya untuk membantu para korban bencana gempa bumi itu pun akhirnya membuat dia terkenal. Bahkan, Xu mendapatkan ucapan terima kasih.

Kedermawanannya itu pun segera mengundang perhatian media setempat. Sejak dia diulas di media, setiap orang yang menjumpainya di jalanan menunjukkan kekaguman dan rasa terima kasih mereka.

Selain itu, banyak pula pengunjung yang tergerak atas sikap pengemis sepuh tersebut. Mereka lalu memberinya sejumlah uang. Lalu, Xu pun langsung menyumbangkannya.

Kali ini, jumlahnya jauh lebih besar, yakni CNY 340 (sekitar Rp 455 ribu). "Kondisi yang dialami para korban jauh lebih sulit dibandingkan saya. Jadi, saya ingin membantu mereka semampu saya," kata Xu tentang apa yang dilakukannya.

Hal serupa dilakukan seorang wanita yang mempunyai pekerjaan sebagai penyemir sepatu di kota Shuangfeng, Provinsi Hunan. Dia pun rela menyumbangkan seluruh penghasilannya seharian. Yakni, CNY 182 (sekitar Rp 243 ribu). "Ini bukan kali pertama saya lihat dia memasukkan uang ke kotak sumbangan. Saya tidak tahu pasti, tapi paling tidak, dia telah sepuluh kali melakukannya," ujar Wang Yang, pimpinan Departemen Amal di Shuangfeng.

Pagi harinya, wanita yang mangkal di dekat tempat pengumpulan sumbangan itu memasukkan CNY 60 (sekitar Rp 80 ribu). Lalu, dia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Setiap menyemir sepasang sepatu, wanita itu mendapatkan CNY 1 (sekitar Rp 1.300) atau CNY 2 (sekitar Rp 2.600). Dan setiap mendapatkan CNY 20 (sekitar Rp 26.000), dia lalu meninggalkan "pos"-nya dan antre untuk memasukkan sumbangannya ke dalam kotak. Hal itu terjadi berkali-kali.

Kisah-kisah emosional seperti itu banyak terjadi di seluruh penjuru negeri itu pasca terjadinya gempa bumi. Kisah lain, kata Wang, dilakukan 30 orang sepuh yang tinggal di panti jompo. Mereka menyumbangkan CNY 1.120 (sekitar Rp 1,5 juta). "Padahal, mereka pun hidup dalam kemiskinan dan membutuhkan bantuan," kata Wang.

Mereka yang berkantong tebal pun tidak ketinggalan merogoh koceknya untuk memberikan bantuan. Misalnya, seorang pria paro baya yang berumur 40-an tahun. Dia menyumbangkan uang tunai CNY 50 ribu (sekitar Rp 67 juta).(Chinadaily/dia/ruk)

http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=343372

8
Bantuan dari Taiwan tiba di Sichuan

http://www.elshinta.com/v2003a/readnews.htm?id=50137


Elshinta-Newsroom, Perkumpulan amal Tzu Chi dan Fa Gu Shan (Dharma Drum Mountain) setelah mendapat ijin dari pemerintah RRC, akan memberikan bantuan tenaga manusia dan barang-barang keperluan yang tiba di lokasi gempa dashyat di Si Chuan, RRC pada tanggal 14 dan 15 Mei.

Tzu Chi menyatakan Tzu Chi sudah menyiapkan 42 ribu selimut, 12 ribu baju dalam tebal, obat-obatan dan lainnya yang akan dikirimkan ke Si Chuan mulai 14 Mei. Untuk bantuan tenaga penolong, juru bicara yayasan Tzu Chi, He Re Seng menyatakan , Sukarelawan Tzu Chi di RRC dan Taiwan akan menuju ke lokasi bencana gempa.

He Re Seng mengatakan Yayasan Tzu Chi dari 4 wilayah RRC yaitu dari Beijing, Shanghai, Guang Zhou, dan Fu Jian, pada 14 Mei ada 16 sukarelawan yang tiba di Cheng Du tempat lokasi bencana Se Chuan, mengenai barang-barang kebutuhan para korban, dapat dibeli di kabupaten yang berdekatan.

Pabrik mie instant “Khang Se Fu” di Se Chuan akan segara memberikan bantuan barang yang diperlukan sehingga Tzuchi dapat sesegera mungkin memberi bantuannya pada para korban. Yang memerlukan bantuan ini tidak hanya para korban tetapi termasuk para penolong juga memerlukan bantuan air minum dan makanan.

He Re Seng menyatakan, 22 Yayasan Tzu Chi di berbagai daerah di RRC selama 18 tahun ini pernah bekerja sama dengan pemerintah pusat maupun daerah dalam memberikan bantuan untuk daerah yang tertimpa berbagai bencana, sehingga kali ini Tzu Chi dapat dengan lancar ikut memberi bantuannya, di samping itu pada bulan Februari lalu RRC telah mengijinkan pendirian yayasan Tzu Chi.

Yayasan Fa Gu Shan (Dharma Drum Mountain) yang juga telah mendapatkan ijin dari RRC pada tanggal 13 Mei , membentuk bala bantuan tenaga penolong maupun tenaga dokter, diperkirakan pada tanggal 15 Mei akan menuju ke Se Chuan memberi bantuan yang diperlukan.

Selain itu Fa Gu Shan (Dharma Drum Mountain) memberi bantuan uang bernilai 12 juta dollar Taiwan atau sekitar 390 ribu dolar Amerika yang diperoleh dari grup Run Thai dan Xin Cung. (RTI/rei)

9
Tzu Chi Salurkan Langsung Bantuan bagi Korban Bencana Myanmar

http://www.harian-global.com/news.php?item.40533.31


Pada hari ke-13 pascabencana topan Nargis di Myanmar, akhirnya tim tanggap darurat Tzu Chi mendapatkan lampu hijau untuk memberi bantuan langsung ke tangan para korban. Ini merupakan hasil upaya komunikasi dan koordinasi tanpa henti dengan pemerintah setempat.

Tzu Chi merencanakan dua tahapan pemberian bantuan. Tahap pertama dilakukan Kamis (15/5), di pusat penampungan Nganeoye ik di Kota Shwebaukan, sekitar 45 menit perjalanan mobil dari Yangoon. Bantuan diserahkan kepada 222 KK (967 jiwa). Ini merupakan kali pertama dalam sejarah, pemerintah junta militer Myanmar mengizinkan sebuah organisasi bantuan kemanusiaan asing untuk menyerahkan bantuan langsung ke tangan para korban bencana.

Wajah setiap korban selamat dari terpaan angin topan terlihat kuyu, namun batin mereka sangat terharu, sedikit tidak percaya bahwa pada hari ke-13 setelah bencana, mereka akhirnya mendapatkan bahan bantuan untuk pertama kalinya. Lebih tidak percaya lagi melihat orang yang memberikan bantuan, malah membungkukkan badan terhadap mereka sambil mengucapkan terima kasih.

Tempat ini terus disirami hujan selama beberapa hari terakhir, namun hujan yang turun hari ini bagai air embun pagi yang menyegarkan, tidak lagi terasa sakit di hati. Di bawah siraman hujan lebat, insan Tzu Chi membentangkan lembaran plastik untuk membentuk koridor tempat berjalannya para penerima bantuan, sama sekali tidak peduli akan diri sendiri yang telah basah kuyup. Bahkan ada seorang insan Tzu Chi yang terlihat membuka topi untuk menutupi tubuh seorang bayi dalam bopongan ibunya, sambil mengantarkan mereka pulang ke tempat penampungan. Sebuah wujud perlakuan kasih seperti terhadap darah daging sendiri.

Setiap KK korban mendapatkan sebuah ember plastik, di dalamnya penuh dengan kacang kuning, minyak makan, obat nyamuk, obat salep dan jaket hujan, semua barang ini memang sangat dibutuhkan.

Pertama kali dalam sejarah, bendera Tzu Chi berkibar di negeri Myanmar, namun semua ini hanya merupakan langkah awal, sebab masih banyak korban yang sedang menderita kelaparan di negeri yang dilanda bencana ini, penuh dambaan atas cinta kasih dari sesama manusia lainnya.

Rilis | Global | Shwebaukan


10


sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_statues_by_height


100m and over

1. Foshan Jinfo (depicts Vairocana Buddha); Lushan, Henan, China. 128 m (420 ft) including the 20 m (66 ft) lotus throne. Placed on a 25 m (82 ft) pedestal/building. 153 m (502 ft) total monument height. Completed in 2002

2.Ushiku Daibutsu (depicts Amitabha Buddha); Ushiku, Ibaraki Prefecture, Japan. 110 m (328 ft) including the 10 m (33 ft) lotus throne. Placed on a 10 m (33 ft) pedestal/building. 120 m (394 ft) total monument height. Completed 1995

3. Nanshan Haishang Guanyin (depicts Avalokitesvara); Sanya, Hainan, China. 108 m (354 ft). Completed in 2005

50m - 99m

4. Grand Buddha at Ling Shan (depicts Gautama Buddha); Wuxi, Jiangsu Province, China. 88 m (289 ft). Completed in 1996

5. Dai Kannon of Kita no Miyako park (depicts Avalokitesvara); Ashibetsu, Hokkaidō, Japan. 88 m (289 ft). Completed in 1989

6. Awaji Kannon (depicts Avalokitesvara); Awaji Island, Hyōgo Prefecture, Japan. 80 m (262 ft) standing on a 20 m pedestal/building. 100 m (328 ft) total height

7. Great Standing Maitreya Buddha; Beipu, Hsinchu County, Taiwan, China. 72 m (236 ft)

8. Leshan Giant Buddha (depicts Maitreya); Leshan, China. 71 m (233 ft). Constructed between 713 - 803.

9. Jibo Kannon of Narita-san temple (depicts Avalokitesvara); Kurume, Fukuoka prefecture, Japan. 62 m

10. Guanyin of Mount Xiqiao; (depicts Avalokitesvara) Nanhai district, Foshan, Guangdong, China. 62 m (200 ft) with a 15 m pedestal. 77 m (252 ft) total height.

11. Aizu Jibo Dai-Kannon (depicts Avalokitesvara); Aizuwakamatsu, Fukushima, Japan. 57 m (187 ft)

12. Tokyo Wan Kannon (depicts Avalokitesvara); Futtsu, Chiba, Japan. 56 m (183.7 ft).

13. Usami Dai-Kannon (depicts Avalokitesvara); Izu Peninsula, Itō, Shizuoka, Japan. 50 m


34m - 49m

14. Ten Directions Samantabhadra Bodhisattva; Mount Emei, Sichuan province, China. 48 m

15. Guanyin of Lianhuashan; Lianhuashan, Guangzhou, Guangdong, China. 40.8 m (134 ft)

16. Standing Amitabha Buddha of Fo Guang Shan; Kaohsiung, Taiwan, ROC. 40 m (132 ft

17. Rong Xian Buddha; Rong Xian, Sichuan province, China. 37 m (121 ft)

18. Statue of Padmasambhava in Namchi (depicts the Guru Rinpoche); Namchi, India. 36 m (118 ft).

19. Bodhisattva Kannon of Tazawako; Tazawako, Akita prefecture, Japan. 35 m (115 ft)

20. Tian Tan Buddha; Ngong Ping, Lantau Island, Hong Kong. 34 m (112 ft). Completed in 1993


11

hiii... ini link gambar Patung Buddha   yang masuk dalam Top 10 Highest Monuments around the World

http://www.archibase.net/archinews/14805.html

Top 10 Highest Monuments around the World [Pics]

1. Ushiku Daibutsu, Ushiku, Japan
2. Buddhist statue of Guanyin, Sanya, China
8. Statue of Lanshan Buddha, Lanshan, China
9. Buddha of Bamyan, Afghanistan

12
Tibetan / Tiga jenis ( tujuan praktek Dharma )
« on: 12 January 2008, 09:40:04 AM »


1.   Jenis pertama adalah

mereka yang tujuan hidupnya adalah memperoleh standar kehidupan yang lebih baik,
lebih banyak kenyamanan dan kebahagiaan duniawi.

Mereka disebut " orang-orang berkepribadian kecil ".

Mereka mengikuti pengertian berikut
" Jika aku melakukan kebajikan, aku akan dapat imbalannya,
oleh karena itu agar bisa mendapatkan hidup yang lebih baik dan nyaman,
menjadi beruntung dan kaya bukan hanya dalam kehidupan sekarang
tapi juga kehidupan - kehidupan selanjutnya
aku harus selalu berusaha berperilaku baik
dan mengakumulasi perbuatan - perbuatan baik "

Orang-orang ini melakukan hal- hal benar, tapi motivasi mereka terbatas pada ambisi duniawi.



2. Jenis kedua atau manusia tingkat menengah mempunyai tujuan yang lebih tinggi,

mereka mengetahui bahwa dimanapun mereka berada, apapun yang mereka lakukan, mereka masih dalam samsara
dan bahwa seberapapun baik dan nyamannya kondisi mereka saat ini,
kondisi itu tidak akan pernah memberikan mereka kepuasan penuh.

Oleh karena itu  mereka melangkah lebih jauh dan berusaha keluar dari samsara
dan mencabut akar -akar ketidak bahagiaan tapi hanya demi diri sendiri.


3. Jenis ketiga adalah manusia jenis terbesar,

bukan hanya menginginkan keluar dari lingkaran samsara mereka
yang dipenuhi dengan masalah dan kebingungan.

Tapi mereka juga ingin membantu semua mahluk lain terbebas juga.
Niat mereka,
tujuan mereka,
begitu besar dan tidak terbatas,
makanya mereka disebut manusia agung.




Sumber : Buku  Path to Buddhahood : Teachings on Gapompa's Jewel Ornament of Liberation ditulis oleh Ringu Tulku Rinpoche diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Jimmy Lominto

13
*Kerja Keras Membawa Berkah*

Bagian pertama (06:10)


Bagian kedua (05:43)


Sekilas :
Master bercerita tentang kehidupan sederhana sepasang suami istri Bi
Lian yang sekarang sudah menjadi komite, pada masa sebelumnya pernah
berniat melakukan bunuh diri dikarenakan penderitaan yang harus
ditanggung. Tetapi niat tersebut dibatalkan setelah membaca tulisan
Master bahkan mulai belajar melihat segala sesuatu dari sudut kebaikan
dan sumber kebajikan.
Suami istri Bi Lian ini mempunyai seorang putri yang baru saja menikah
dan kebetulan pasangan baru ini adalah pasangan Tzu Ching.


14
Hi teman-teman :)

Ada pengumuman baru neh untuk kalian semua yg tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan recycle dan belajar membuat kertas daur ulang yang akan diadakan pada :

Hari    : Minggu
Tanggal : 29 Juli 2007
Waktu   : 08.30 - 14.00
Tempat  : Balai Warga Rumah Susun Cinta Kasih I Cengkareng
          (belakang poliklinik, depan dapur umum)
PIC     : Asen, Ridwan

Bagi teman-teman yang ingin mengikutinya harap konfirmasikan terlebih dahulu melalui :


2. toykino [at] gmail. com (Asen)
3. Friendster : http://www.friendst er.com/tzuchingi ndonesia


Info lebih lanjut and harap diperhatikan ^^:

1. Berpakaian seragam (biru putih) bagi Tzu Ching
   Abu-abu putih untuk belum mempunyai seragam
   Bebas, rapi dan bersepatu untuk yang baru pertama kali

2. Membawa alat makan sendiri

3. PENTING!!! : Membawa freepass yaitu sampah kering yang bisa
   didaur ulang
   contoh: plastik, koran, kertas bekas print, botol air minum dll

4. Harap datang tepat waktu

5. Dipersilahkan bagi yang ingin mengajak teman-temannya.

Ditunggu ya semuanya, C U there....

PS : Yang kelupaan bawa freepass bakal disuruh keliling rusun nyari sampah (pengalaman baru lho) T_T

Gan en,
Tzu Ching

15
Engaged Buddhism / Pelatihan Relawan Tzu Chi
« on: 24 July 2007, 07:58:36 PM »
pelatihan relawan Tzuchi

tempat : sekolah cinta kasih - rumah susun cinta kasih cengkareng

tgl           : 5 agustus 2007

mulai jam  : 07.30 pagi - selesai

pendaftaran paling lambat tanggal 31 juli 2007

Pages: [1]
anything