//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"  (Read 11094 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« on: 12 March 2014, 09:49:30 AM »
Lalu apakah efek dari latihan semacam ini (perhatian penuh) dalam kegiatan biasa sehari-hari.
Apakah benar, ini dapat menimbulkan kepekaan (cepat tanggap) dari sati ketika batin atau salah satu khanda sedang bekerja/bereaksi?
Misalnya timbul kejenuhan, kemarahan, atau kesenangan, maka sati akan lebih cepat menyadarinya dibandingkan sebelumnya?

Terima kasih kakak.

[gmod]Thread pembahasan dari Don't Look Down on the DEFILEMENTS They will laugh at you[/gmod]
« Last Edit: 14 March 2014, 04:23:35 PM by Shinichi »

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #1 on: 12 March 2014, 11:40:01 AM »
Sati lebih peka? Seharusnya iya...
Namun, sebaiknya lanjut lagi...

Goalnya bukan sekedar cepatnya reaksi sati...
Goalnya bukan untuk sekedar berlatih "sabar"

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #2 on: 12 March 2014, 12:51:20 PM »
Siap bos.
Jadi goalnya apa donk, boleh minta bocorannya?

Sebenarnya sih saat ini juga masih pemula, soal kepekaan sati juga masih kecil. Dalam satu hari paling sekian menit berada dalam kondisi satinya.

Thanks.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #3 on: 13 March 2014, 02:29:37 AM »
Instead of menahan emosi/marah...
Bukankah jauh lebih baik untuk tidak ada yg perlu ditahan?

Contoh,
Air digelas kaga sengaja jatoh... Kesel? Nyesel? Marah? Kecewa?

Bagaimana dengan kencing? Lega? Cuek? Natural? No Response batin?

Apa bedanya?


Dari pada sekedar eling/sati/sadar akan luapan emosi,
Bukankah jauh lebih baik mendalami bagaimana response batin itu muncul, dengan pemahaman akan...

Annica, dukkha, anatta
« Last Edit: 13 March 2014, 02:32:50 AM by Kemenyan »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #4 on: 13 March 2014, 07:39:40 AM »
Dalam pelatihan JMB8 ada upaya benar, yaitu berusaha melenyapkan kondisi tidak bermanfaat yang telah muncul, mencegah kondisi tidak bermanfaat yang belum muncul, mengembangkan kondisi bermanfaat yang telah muncul, dan memunculkan kondisi bermanfaat yang belum muncul. Dalam hal ini, kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dilenyapkan dengan mengembangkan kondisi yang berlawanan, misalnya kemarahan/kebencian dengan cinta kasih, nafsu dengan objek asubha, dst. Latihan perhatian benar harus dibarengi dengan upaya benar demikian....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #5 on: 13 March 2014, 06:10:35 PM »
JMB8 dibagi 3 kategori,
Panna, Sila, Samadhi

Saya kira,
Upaya benar yg dimaksud fall under category of samadhi.
Dimana upaya disini merujuk pada usaha, semangat untuk meluluhkan belenggu2 meditasi.

Seperti, malas, capek, nda yakin, etc

Dan bukan upaya untuk melawan natural/kodrat/alam/emosi
(dengan memberikan counter dari persepsi/sensasi pikiran)

Brahmavihara bukan merupakan metode meditasi untuk mengcounter emosi.
Emosi merupakan sensasi pikiran yg berakarkan persepsi akan atta.

Lepaskan atta, maka tidak ada emosi.
(tanpa perlu dicounter... "damn.. gw mesti sabar, jgn marah2, mesti metta")

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #6 on: 13 March 2014, 06:23:26 PM »
No no no,
Gw bukan bilang gue udah menguasai anatta sepenuhnya,
Hanya pada beberapa case.

Contoh:
Loket antrian...
Seberapa sering anda elus2 dada dan bersabar ketika didorong dari belakang?
kita mencoba bersabar dengan elus2 dada

Next, didorong lagi, lagi dan lagi...
Luapan emosi mulai mendorong keluar,
dan anda mencoba membendung dengan sabar...
Cape? Makan hati? Tidak puas?
dan rasa2nya ingin meledak?
Pasti! Sebab anda mencoba melawan alam (kodrat/natural)

Akan tetapi,
Kenapa kita kaga marah2 didorong2 di diskotik?

Dengan sedikit tweak pada pengertian akan penempatan diri,
Kita bisa sepenuhnya memusnahkan emosi, marah akan suatu kondisi.

Perenungan akan patticasamupada berdasarkan tilakhana (anicca, dukkha, anatta) yg dapat membawa ke pembebasan.
« Last Edit: 13 March 2014, 06:36:27 PM by Kemenyan »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #7 on: 13 March 2014, 07:34:09 PM »
MN 20 Vitakkasanthana Sutta:

3. (i) “Di sini, para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu sedang memperhatikan beberapa gambaran, dan karena gambaran itu, muncul dalam dirinya pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi, maka ia harus memperhatikan gambaran lain yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat.[3] Ketika ia memperhatikan gambaran lain yang bermanfaat, maka pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang tukang kayu terampil atau muridnya dapat mengetuk, melepas, dan mencabut pasak besar dengan menggunakan pasak kecil, demikian pula … ketika seorang bhikkhu memperhatikan gambaran lain yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat … pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi.

4. (ii) “Jika, sewaktu ia sedang memperhatikan gambaran lain yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat, masih muncul dalam dirinya pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi, maka ia harus memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran tersebut sebagai berikut: ‘Pikiran-pikiran ini tidak bermanfaat, tercela, berakibat pada penderitaan.’[4] Ketika ia memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran tersebut, maka pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang laki-laki atau perempuan, muda, belia, dan menyukai hiasan, akan ketakutan, malu, dan jijik jika mayat seekor ular atau seekor anjing atau manusia [120] digantungkan dilehernya, demikian pula … ketika seorang bhikkhu memeriksa pikiran-pikiran ini … pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi.

5. (iii) “Jika, sewaktu ia memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran tersebut, masih muncul dalam dirinya pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi, maka ia harus berusaha melupakan pikiran-pikiran itu dan tidak memperhatikannya. Ketika ia berusaha melupakan pikiran-pikiran itu dan tidak memperhatikannya, maka pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bagaikan seseorang dengan mata yang baik, yang tidak ingin melihat bentuk-bentuk yang ada dalam jarak pandangannya akan menutup matanya atau menatap ke arah lain, demikian pula … Ketika seorang bhikkhu berusaha melupakan pikiran-pikiran itu dan tidak memperhatikannya … pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi.

6. (iv) “Jika, sewaktu ia berusaha melupakan pikiran-pikiran itu dan tidak memperhatikannya, masih muncul dalam dirinya pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi, maka ia harus mengerahkan perhatian untuk menenangkan bentukan-pikiran dari pikiran-pikiran tersebut.[5] Ketika ia mengerahkan perhatian untuk menenangkan bentukan-pikiran dari pikiran-pikiran tersebut, maka pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bagaikan seseorang yang berjalan cepat akan mempertimbangkan: ‘Mengapa aku berjalan cepat? Bagaimana jika aku berjalan lambat?’ dan ia akan berjalan lambat; kemudian ia akan mempertimbangkan: ‘Mengapa aku berjalan lambat? Bagaimana jika aku berdiri?’ dan ia akan berdiri; kemudian ia akan mempertimbangkan: ‘Mengapa aku berdiri? Bagaimana jika aku duduk?’ dan ia akan duduk; kemudian ia akan mempertimbangkan: ‘Mengapa aku duduk? Bagaimana jika aku berbaring?’ dan ia akan berbaring. Dengan melakukan hal tersebut ia akan menggantikan setiap postur kasar dengan yang lebih halus. Demikian pula … Ketika seorang bhikkhu mengerahkan perhatian untuk menenangkan bentukan-pikiran dari pikiran-pikiran tersebut … pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi.

7. (v) “Jika, sewaktu ia mengerahkan perhatian untuk menenangkan bentukan-pikiran dari pikiran-pikiran tersebut, masih muncul dalam dirinya pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi, maka dengan mengertakkan giginya dan menekan lidahnya ke langit-langit mulutnya, ia harus menekan, mendesak, dan menggilas pikiran dengan pikiran.[6] [121] Ketika, dengan mengertakkan giginya dan menekan lidahnya ke langit-langit mulutnya, ia menekan, mendesak, dan menggilas pikiran dengan pikiran, maka pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan delusi ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang kuat yang menangkap seorang yang lebih lemah di kepala atau bahu dan menekannya, mendesaknya, dan menggilasnya, demikian pula … ketika, dengan mengertakkan giginya dan menekan lidahnya ke langit-langit mulutnya, seorang bhikkhu menekan, mendesak, dan menggilas pikiran dengan pikiran … pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi.

http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_20:_Vitakkasa%E1%B9%87%E1%B9%ADh%C4%81na_Sutta
« Last Edit: 13 March 2014, 07:39:28 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #8 on: 13 March 2014, 07:44:18 PM »
Metode vipassana seperti yang dikatakan mbah Menyan bisa juga dipakai, namun itu bagi yang sudah bisa merenungkan anicca, dukkha, anatta, tetapi kalo praktisi pemula kayaknya agak sulit apalagi yang metode dasar meditasinya adalah samatha/samadhi.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #9 on: 13 March 2014, 07:55:27 PM »
Metode vipassana seperti yang dikatakan mbah Menyan bisa juga dipakai, namun itu bagi yang sudah bisa merenungkan anicca, dukkha, anatta, tetapi kalo praktisi pemula kayaknya agak sulit apalagi yang metode dasar meditasinya adalah samatha/samadhi.
imo, kalau masih pemula, bagusnya melatih satipathana dulu. :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #10 on: 13 March 2014, 07:56:48 PM »
imo, kalau masih pemula, bagusnya melatih satipathana dulu. :)

Menurut sis, satipatthana itu samatha atau vipassana?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #11 on: 13 March 2014, 08:04:25 PM »
Metode vipassana seperti yang dikatakan mbah Menyan bisa juga dipakai, namun itu bagi yang sudah bisa merenungkan anicca, dukkha, anatta, tetapi kalo praktisi pemula kayaknya agak sulit apalagi yang metode dasar meditasinya adalah samatha/samadhi.
apa iya kesuksesan cara yang dikatakan mbah Menyan bergantung pada jenis meditasi? tidakkah bermodal sati saja udah cukup?

mengenai metode yang dibabarkan di Vitakkasanthana Sutta, apakah ada kemungkinan menghasilkan dampak negatif? karena metode tersebut saya pandang seperti usaha menolak/memerangi emosi yang muncul... seakan-akan mencharge bom waktu yang siap meledak kapanpun...

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #12 on: 13 March 2014, 08:19:40 PM »
apa iya kesuksesan cara yang dikatakan mbah Menyan bergantung pada jenis meditasi? tidakkah bermodal sati saja udah cukup?

IMO, metode mbah Menyan bukan sati (perhatian benar) semata, melainkan pandangan benar yang sudah tingkat lanjut....

Quote
mengenai metode yang dibabarkan di Vitakkasanthana Sutta, apakah ada kemungkinan menghasilkan dampak negatif? karena metode tersebut saya pandang seperti usaha menolak/memerangi emosi yang muncul... seakan-akan mencharge bom waktu yang siap meledak kapanpun...

Kenyataannya Bodhisatta sendiri menggunakan salah satu metode yang disebutkan dlm sutta tsb spt yg disebutkan dlm MN 19 Dvedhavitakka Sutta:

3. “Sewaktu Aku berdiam demikian, rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, [115] suatu pikiran keinginan indria muncul dalam diriKu. Aku memahaminya sebagai: ‘Pikiran keinginan indria ini telah muncul dalam diriKu. Ini mengarah pada penderitaanKu, pada penderitaan orang lain, dan pada penderitaan keduanya; pikiran ini menghalangi kebijaksanaan, menyebabkan kesulitan-kesulitan, dan menjauhkan dari Nibbāna.’ Ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaanKu,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaan orang lain,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘Ini mengarah pada penderitaan keduanya,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu; ketika Aku merenungkan: ‘pikiran ini menghalangi kebijaksanaan, menyebabkan kesulitan-kesulitan, dan menjauhkan dari Nibbāna,’ maka pikiran itu mereda dari dalam diriKu. Kapanpun pikiran keinginan indria muncul dalam diriKu, Aku meninggalkannya, melenyapkannya, mengusirnya.

http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_19:_Dvedh%C4%81vitakka_Sutta

IMO, tidak ada metode yang lebih baik, kedua metode (vipassana dan samatha) seharusnya digunakan secara seimbang:

“Dua hal, O para bhikkhu, berperan dalam pengetahuan sejati. Apakah dua ini? Ketenangan dan Pandangan Terang.

“Ketika ketenangan dikembangkan, manfaat apakah yang dialami seseorang? Pikiran terkembang. Ketika pikiran terkembang, manfaat apakah yang dialami seseorang? Semua nafsu ditinggalkan.  [4]

“Ketika pandangan terang dikembangkan, manfaat apakah yang dialami seseorang? Kebijaksanaan terkembang. Ketika kebijaksanaan terkembang, manfaat apakah yang dialami seseorang? Semua kebodohan ditinggalkan.  [5]

“Pikiran yang dikotori oleh nafsu adalah tidak terbebaskan; dan kebijaksanaan yang dikotori oleh kebodohan adalah tidak terkembang. Demikianlah, para bhikkhu, melalui meluruhnya nafsu maka ada kebebasan pikiran; dan melalui meluruhnya kebodohan ada kebebasan melalui kebijaksanaan.”  [6]

(AN 2: iii, 10; I 61)
« Last Edit: 13 March 2014, 08:36:13 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #13 on: 14 March 2014, 10:40:05 AM »
Menurut sis, satipatthana itu samatha atau vipassana?
Bukan keduanya om. Tapi mungkin pada tingkat yg lbh tinggi akhirnya akan mengarah ke vipassana.

Ada baiknya kt baca dulu bukunya sampai habis, setelah itu bru menyimpulkan. :)

Retret terakhir yang saya ikuti menggunakan metode ini.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pembahasan "Don't Look Down on the DEFILEMENTS"
« Reply #14 on: 14 March 2014, 12:38:47 PM »
Bukan keduanya om. Tapi mungkin pada tingkat yg lbh tinggi akhirnya akan mengarah ke vipassana.

Ada baiknya kt baca dulu bukunya sampai habis, setelah itu bru menyimpulkan. :)

Retret terakhir yang saya ikuti menggunakan metode ini.

Ok, hanya menanyakan pendapat sis saja, karena ada yang menganggap satipatthana sebagai metode vipassana. :)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa