//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma  (Read 97597 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #120 on: 25 February 2010, 11:36:03 AM »
Quote
Betul dilakukan oleh Sang Buddha karena dia mengetahui kondisi batin, tetapi itu bukan pokok permasalahannya. Pokok permasalahannya adalah pada entry point yg berkelanjutan yg telah saya jelaskan hingga pelepasan. Agga Savaka memang tidak melakukan seperti Sang Buddha lakukan, karena sifat dan cara untuk mencapai tujuan sifatnya case by case dan yg membantu solving problem dari tiap Agga savaka ataupun Savaka Buddha memiliki gaya cara tersendiri yg unik dan karena disini yg sempurna tokoh sentralnya adalah Buddha maka itu ditonjolkan. Dan kalau Anda mau perhatikan setiap Savaka Buddha juga punya cara sendiri untuk membantu muridnya untuk mencapai tujuan nibbana. Dan banyak hal cara dari 2500 arahat yg ada tidak tercatat semuanya bagaimana dengan detil mereka menggunakan cara2 unik untuk membantu muridnya.  Nah Saat ini jika Sang Buddha tidak ada maka boleh saja seseorang(umat awam) berimprovisasi untuk menyebarkan Dhamma dengan kriteria yang ada yakni kebuddhisan. Nah kalau masuk ranah kebihkhuan tentu masalah dan tatacara penyebarannya sudah beda lagi.. Jadi disini bukan karena siapa? tetapi bagaimana? apalagi jaman sekarang jarang yg tau batin org2 maka dilakukan saja hal2 yg lazim....kalau kungfu itu jangan digeneralisasi keadaan dan tidak ada hubungan dengan ajaran Sang Buddha pada case2 pada umumnya tetapi bisa saja pada case tertentu, misal dengan kungfu kita lumpuhkan perampok lalu perampok itu tiba2 takut dan insaf dan mau belajar dengan kita...nah hal ini mungkin sekalipun sangat2 jarang seperti cara Sang Buddha yang case by case. Makanya saya selalu katakan case by case solving problemnya itu beda dan dinamis yg penting selaras dengan Dhamma. Oleh karena itu apapun cara yg selaras dengan Dhamma dan bila kita belum melihatnya, terlalu dini kita membuat kesimpulan itu tidak benar.

Saya rasa masalahnya sudah sangat jelas ,bahwa hanya Buddha yang mampu membabarkan Dhamma secara tepat...Savaka Buddha tidak mampu..Itu point terpentingnya menurut saya dan sudah tak bisa dibantahkan lagi..Bahkan YM SARIPUTTA yang dianggap ranking nomer 2 setelah Buddha dari segi Kebijaksanaan,banyak kasus dimana Bhikkhu yang dibawah bimbingan YM SARIPUTTA sendiri,setelah mendapatkan objek meditasi dari YM SARIPUTTA beberapa bulan melatih objek meditasi tersebut,tidak mengalami kemajuan,kalau adapun hanya sedikit..Hingga YM SARIPUTTA membawa muridnya mengunjungi Buddha,untuk meminta bantuan Buddha..Itu sangat jelas sekali...Sekarang yang dilakukan oleh para Savaka Buddha bisanya adalah "menebak" apa yang sesuai dengan "muridnya"...dan saya yakin bahwa para Savaka Buddha ketika membabarkan Dhamma tidak sambil joget,tidak sambil ngelawak..."pembabaran dhamma" yang Agung bagaimana bisa disamakan dengan cara2 yang kurang etis seperti itu?sekarang itu aja jelas di TULIS DHAMMA TALK bukan JOKE TALK..kalau mau banyak pendengar..sebaiknya JANGAN BABARKAN DHAMMA,tapi buatlah JOKE IN DHAMMA..jadi sama2 enak bukan?

Yakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?

Ya pasti ngak joget dan ngelawak kek tukul kan...? kan pernah saya tulis ada batasan vinayanya.

Kalao joke in Dhamma ini sudah masuk ke persepsi. Jadi Kalau ada bhante ceramah lalu hadirin tertawa maka bhante itu melanggar vinaya?. Nah kembali kita melihat batasan2 kewajaran yg wajar sebagaimana adanya dan meneliti dhamma vinaya secara teliti dan benar dengan hati. Seperti case bhante Utammo, boleh saja bilang dia tidak joke, dan yg lain bilang ada jokenya karena hadirin hampir semuanya tertawa, lalu kalau begini bagaimana anda melihatnya?. Kalau tidak setuju bukan kah lebih baik tidak tertawa dan kalau perlu ngak usah ikut dhammadesananya? beres kan... ;D. Simple solution...Adakah hukuman sangha baginya? tidak ada sama sekali...ini study case supaya kita lihat batasannya sampai mana sih...supaya kita belajar Dhamma tidak pukul rata...ada hal2 yg sifatnya pukul rata ada yg sifatnya case by case. Makanya ada Dhamma dan vinaya keduanya. Bukan vinaya saja. Vinaya harus mengacu pada Dhamma. Jadi kembali kepada diri bro. Yang terbaik lihat kedalam kesempurnaan sila diri kita baru kita tahu apa yg terjadi sebenarnya diluar. Dhamma bukan diluar tapi didalam hati kita.

Saya pernah juga bertemu bhante yg saya hormati...kalau ceramah tutup mata dan ceramahnya hampir tidak ada titik koma, dengan mata tertutup dan hanya 15 menit kemudian ngintip dan tutup mata lagi. Ceramahnya mirip orang menghafal buku. Jadi auidence seperti apapun tancap gas terus. Nah ini gimana? bagi saya no problem...
« Last Edit: 25 February 2010, 11:42:28 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #121 on: 25 February 2010, 11:38:02 AM »
 [at]  Riky

Bolehkah anda memberikan definisi ngelawak, joke atau humor yang anda maksudkan, dan ini dikaitkan dengan dhamma talk yang anda dengar langsung ?

 _/\_
« Last Edit: 25 February 2010, 11:39:44 AM by CHANGE »

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #122 on: 25 February 2010, 11:38:43 AM »
Quote
"abg: pendekatannya dengan lagu, sharing(curhat) baru di sisipin dikit 2  dhamma"

tar abgnya jadinya hanya tahu curhat,Dhamma Nya kagak dapat..

bro riki maksud mengandeng abg dengan curhat karena di lihat dari kondisi psikologisnya bahwa pada sat itu mereka sangat rentan n emosinya yg di pakai dalam memutuskan sesuatu, jadi dengan kita mendengar curhatnya ini lalu kita memberikan solusi dengan buddha dhamma tentu disertai dengan sumber dhmma itu sendiri sehingga si abg itu maslahnya terselesaikan n ia dapat merenungi dhammanya. bukannya dengan itu ia belajar buddha dhamma jg

entah juga ya..selama saya menjadi tempat curhat puluhan teman saya,dari masalah keluarga,keuangan,cinta,persahabatan,kebencian,dan sebagainya..saya tidak melihat bahwa apa yang saya sampaikan dengan "cara pandangan Buddhisme" dengan "sutta Buddhisme" dengan "kebenaran Dhamma" itu dapat diterima oleh mereka...yang ada mereka hanya mengangap saya sebagai "tong sampah",untungnya saya diajari sebagai "tong sampah" yang bawahnya "bolong" sehingga "sampah2" yang di muntahkan oleh teman2 saya ke "saya" akan jatuh ke tong sampah dan keluar dari lubang yang ada di tong sampah tersebut..

selama pergaulan saya 19 tahun,dari TK sampai SMA,dan sekarang kuliah semester 1 ,saya tidak melihat bahwa orang2 yang curhat[bahkan sahabat terbaik saya sendiri yang sudah dari TK ampe SEKARANG sama SEKOLAH dan KULIAHAN,yang SUDAH AMAT SANGAT BASI berteman dengan dia] itu akan mendengarkan nasihat yang anda berikan,yang ada malah sebaliknya,mereka ingin anda menjadi "pendengar yang baik" bukan "pembicara yang baik"..pernahkah seseorang curhat kepada anda?apakah ketika dia curhat dia "benar2" ingin mendengar pendapat anda?atau dia ingin anda "mendengar" keluh kesahnya?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #123 on: 25 February 2010, 11:41:25 AM »
And then..mau nanya,banyak ceramah Dhamma yang diiringi lelucon,kadang leluconnya menurut saya berlebihan dan banyak teman saya yang ikutan dengan saya pigi dengar Dhamma Talk ,tidak ada yang ingat apa yang ingin disampaikan[DhammaNya],yang mereka ingat hanya bahwa Dhamma Talknya lucu,dibawakan oleh "pembicara yang lucu" dan mereka tertawa mengingat hal2 tersebut..Sebenarnya bermanfaatkah melakukan Dhammadesana dengan cara2 seperti itu?

Memang tidak dapat dipungkuri bahwa jangan terlalu kaku,karena nantinya umat akan bosan,tapi apakah dengan lelucon2 yang berlebihan maka umatnya bisa mengambil manfaat Dhamma itu sendiri?atau malah menjadi Ajang Lawak?

Kadang pembicaraannya serius,tiba2 menjadi lelucon,sehingga sering kali saya lihat ,orang tidak bisa membedakan antara yang serius dan lelucon..

Anumodana _/\_
bro riki again
sebuah dhamma desana yang di bawa kan dengan lelucon menurut sya sesuatu yg baik karena bukan hal gampang untuk membabarkan dhamma di hadapan bnyak orng n ketika suasana sudah tidak hidup harus memancing tawa dengan lelucon yg mengena, terkadang sudah berkali2 kita memancing lelucon pun tak ada yg tertawa malah suasana makin sepi n banyak yg tertidur. namun klo dalam dhammanya 50%nya adlah lelucon alangkah baiknya penceramah tersebut di beritahu untuk mengurangi leluconnya, namun hal mengenai lelucon pun harus di lihat dari segi usia mungkin bagi anda yg masih jiwa muda amat semangat dengan dhamma namun lain halnya dengan ai2 maupun apak2  cetiya yg membawa masalah di pundaknya dan berharap dengan k vihara menjadi lebih ringan bebanya, ini kenyataan yg terjadi khususnya di tempat saya klo penceramah yg serius maka akan banyak umat yg ceramah sendiri n tidur namu klo ada leluconnya malah umat
yg lebih memperhatikan ceramah
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #124 on: 25 February 2010, 11:46:09 AM »
Quote
Yakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?
dituliskan dengan sangat jelas didalam buku Dhamma,nanti saya obrak abrik dulu,apakah kalau tidak salah itu tercantum dalam Dhammapada Atthakatha atau Jataka versi 1 terbitan ITC,antara kedua buku itu,karena saya kurang ingat,terlalu banyak buku yang saya baca beberapa minggu ini...Bahkan disana Buddha menjelaskan kepada YM SARIPUTTA memberikan objek meditasi tersebut dan tidak cocok kepada muridnya,dikarenakan pada kehidupan yang lampau Bhikkhu tersebut selama 500 kelahiran terlahir sebagai tukang emas,dan Buddha membabarkan dhamma dan memberikan objek renungkan kepada Bhikkhu tersebut,dalam waktu yang singkat Bhikkhu tersebut menjadi tataran kesucian Arahatta..atau mungkin anda mau katakan cerita tersebut sebagai "dongeng"? :)
Mohon Bro Bond membaca ulang kembali apa yang saya tuliskan,jelas disana saya tuliskan bahwa bahkan seorang YM Sariputta pun tidak bisa secara TEPAT memberikan OBJEK MEDITASI kepada muridnya...
dan saya rasa tidak ada kalimat saya yang mengatakan bahwa,"para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?"[kalau memang saya ada berkata begitu,selama thread ini,dan ada kalimat yang "menjurus" atau terindikasi ke arah tersebut,silakan di quote kan ,saya akan mempertanggungjawabkan kalimat tersebut..Jika salah,saya akan berkata bahwa saya salah dan kurang sati..tanpa MEMBENARKAN kata2 saya,atau berdalih dan tidak mau mengalah dalam berdiskusi..terima kasih]

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #125 on: 25 February 2010, 11:47:21 AM »
Quote
"abg: pendekatannya dengan lagu, sharing(curhat) baru di sisipin dikit 2  dhamma"

tar abgnya jadinya hanya tahu curhat,Dhamma Nya kagak dapat..

bro riki maksud mengandeng abg dengan curhat karena di lihat dari kondisi psikologisnya bahwa pada sat itu mereka sangat rentan n emosinya yg di pakai dalam memutuskan sesuatu, jadi dengan kita mendengar curhatnya ini lalu kita memberikan solusi dengan buddha dhamma tentu disertai dengan sumber dhmma itu sendiri sehingga si abg itu maslahnya terselesaikan n ia dapat merenungi dhammanya. bukannya dengan itu ia belajar buddha dhamma jg

entah juga ya..selama saya menjadi tempat curhat puluhan teman saya,dari masalah keluarga,keuangan,cinta,persahabatan,kebencian,dan sebagainya..saya tidak melihat bahwa apa yang saya sampaikan dengan "cara pandangan Buddhisme" dengan "sutta Buddhisme" dengan "kebenaran Dhamma" itu dapat diterima oleh mereka...yang ada mereka hanya mengangap saya sebagai "tong sampah",untungnya saya diajari sebagai "tong sampah" yang bawahnya "bolong" sehingga "sampah2" yang di muntahkan oleh teman2 saya ke "saya" akan jatuh ke tong sampah dan keluar dari lubang yang ada di tong sampah tersebut..

selama pergaulan saya 19 tahun,dari TK sampai SMA,dan sekarang kuliah semester 1 ,saya tidak melihat bahwa orang2 yang curhat[bahkan sahabat terbaik saya sendiri yang sudah dari TK ampe SEKARANG sama SEKOLAH dan KULIAHAN,yang SUDAH AMAT SANGAT BASI berteman dengan dia] itu akan mendengarkan nasihat yang anda berikan,yang ada malah sebaliknya,mereka ingin anda menjadi "pendengar yang baik" bukan "pembicara yang baik"..pernahkah seseorang curhat kepada anda?apakah ketika dia curhat dia "benar2" ingin mendengar pendapat anda?atau dia ingin anda "mendengar" keluh kesahnya?

Anumodana _/\_
bro riki anda seharusnya segera memasang tarif untuk mereka yg curhat pada anda :)) :)) :))
memang ketika seseorang curhat kepada temannya terkadang hnya mau mereka menjadi pendengar tapa menerima masukan lain halnya klo mereka curhat kepada orng yg mereka hormati n memang mencari jalan keluar dari masalah mereka. n jg setelah anda mendengar mereka curhat yah anda kan tinggal menambahkan apa yg anda pikirkan sesuai buddha dhamma percaya/menerima mau pun tidak mereka kepada anda setidaknya anda sudah berusaha membantu mereka
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #126 on: 25 February 2010, 11:57:32 AM »
Quote
Betul dilakukan oleh Sang Buddha karena dia mengetahui kondisi batin, tetapi itu bukan pokok permasalahannya. Pokok permasalahannya adalah pada entry point yg berkelanjutan yg telah saya jelaskan hingga pelepasan. Agga Savaka memang tidak melakukan seperti Sang Buddha lakukan, karena sifat dan cara untuk mencapai tujuan sifatnya case by case dan yg membantu solving problem dari tiap Agga savaka ataupun Savaka Buddha memiliki gaya cara tersendiri yg unik dan karena disini yg sempurna tokoh sentralnya adalah Buddha maka itu ditonjolkan. Dan kalau Anda mau perhatikan setiap Savaka Buddha juga punya cara sendiri untuk membantu muridnya untuk mencapai tujuan nibbana. Dan banyak hal cara dari 2500 arahat yg ada tidak tercatat semuanya bagaimana dengan detil mereka menggunakan cara2 unik untuk membantu muridnya.  Nah Saat ini jika Sang Buddha tidak ada maka boleh saja seseorang(umat awam) berimprovisasi untuk menyebarkan Dhamma dengan kriteria yang ada yakni kebuddhisan. Nah kalau masuk ranah kebihkhuan tentu masalah dan tatacara penyebarannya sudah beda lagi.. Jadi disini bukan karena siapa? tetapi bagaimana? apalagi jaman sekarang jarang yg tau batin org2 maka dilakukan saja hal2 yg lazim....kalau kungfu itu jangan digeneralisasi keadaan dan tidak ada hubungan dengan ajaran Sang Buddha pada case2 pada umumnya tetapi bisa saja pada case tertentu, misal dengan kungfu kita lumpuhkan perampok lalu perampok itu tiba2 takut dan insaf dan mau belajar dengan kita...nah hal ini mungkin sekalipun sangat2 jarang seperti cara Sang Buddha yang case by case. Makanya saya selalu katakan case by case solving problemnya itu beda dan dinamis yg penting selaras dengan Dhamma. Oleh karena itu apapun cara yg selaras dengan Dhamma dan bila kita belum melihatnya, terlalu dini kita membuat kesimpulan itu tidak benar.

Saya rasa masalahnya sudah sangat jelas ,bahwa hanya Buddha yang mampu membabarkan Dhamma secara tepat...Savaka Buddha tidak mampu..Itu point terpentingnya menurut saya dan sudah tak bisa dibantahkan lagi..Bahkan YM SARIPUTTA yang dianggap ranking nomer 2 setelah Buddha dari segi Kebijaksanaan,banyak kasus dimana Bhikkhu yang dibawah bimbingan YM SARIPUTTA sendiri,setelah mendapatkan objek meditasi dari YM SARIPUTTA beberapa bulan melatih objek meditasi tersebut,tidak mengalami kemajuan,kalau adapun hanya sedikit..Hingga YM SARIPUTTA membawa muridnya mengunjungi Buddha,untuk meminta bantuan Buddha..Itu sangat jelas sekali...Sekarang yang dilakukan oleh para Savaka Buddha bisanya adalah "menebak" apa yang sesuai dengan "muridnya"...dan saya yakin bahwa para Savaka Buddha ketika membabarkan Dhamma tidak sambil joget,tidak sambil ngelawak..."pembabaran dhamma" yang Agung bagaimana bisa disamakan dengan cara2 yang kurang etis seperti itu?sekarang itu aja jelas di TULIS DHAMMA TALK bukan JOKE TALK..kalau mau banyak pendengar..sebaiknya JANGAN BABARKAN DHAMMA,tapi buatlah JOKE IN DHAMMA..jadi sama2 enak bukan?

Saya setuju sama Bro Riky. Murid Buddha memang sangat banyak. Tetapi walaupun mereka mengajar dengan cara mereka sendiri, mereka tidak berimprovisasi lebih dari kapasitas seorang Savaka, juga tidak dengan hal yang bertentangan dengan vinaya.

Saya juga setuju kalau memang itu case per case, tapi apakah penceramah dhamma biasa berceramah depan ribuan orang mengetahui keadaan bathin semua orang itu? Penceramah dhamma mungkin saja bahkan tidak mengerti satu pun kondisi bathin orang lain. Jika dia memiliki kebijaksanaan dalam dhamma, tidaklah mungkin dia berimprovisasi lebih dari kapasitasnya.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #127 on: 25 February 2010, 11:57:40 AM »
soalnya dnegan pandangan dahulu yg masih dekat dengan samawi yg banyak nyanyian n liat k budhism ga da nyanyian seakan akan budhisme itu pesimistis n tdk ada kesenangannya. bahkan ada temen g yg kr****n wkt derger lagu buddhis kaget ternyata ada lagu buddhis jg y.
Bagi saya, orang lain begitu, kita ga usah begitu. Misalnya sekarang ini 'kan di kalangan muda-mudi itu "berselingkuh" seperti jadi trend. Kalau ga punya selingkuhan, kurang "trendy". Yah, biarkan saja. Kekuatan dan daya tarik dari Buddha-dhamma adalah pelepasan, bukan kemelekatan inderawi. Jika demi hal-hal rendah kita malah menunjukkan sebaliknya, saat itulah Buddha-dhamma jadi kehilangan "jati diri"-nya.


Quote
alasan romo n ramani mereka tidak terikat vinaya hingga lebih mudah melakukan hal2 yg duniawi. namun untuk ramani ngebor secara peraturan k panditaan aja di larang untuk menari jadi slama ia tidak menari namun membuat acara meriah dengan meminta umat why not

Nah, kalau begitu saya kembalikan lagi pertanyaan ke Bro Lokkhitacaro. Jika menggunakan hal-hal yang menyenangkan nafsu indera, siapa yang akan "terjaring" dalam ceramah dhamma tersebut?

Saya berikan perumpamaan begini.
Anda adalah seorang kaya yang akan berdana. Lalu 1 penasihat anda menyarankan, "jika diadakan pesta yang menyenangkan indera, maka akan berkumpul banyak sekali orang dari berbagai penjuru yang akan menerima dana, dengan begitu dana akan terlaksana dengan baik." Lalu penasihat yang lain mengatakan, "jika dibuat sebuah tempat pemberian dana yang sederhana dan pantas, sesuai dengan moralitas dan nilai-nilai luhur, akan ada petapa, yang pantas menerima dana, datang menerima dana, namun jauh lebih sedikit."
Anda pilih yang mana? Mengapa?



Quote
kita mengikuti perkembangan jaman tentu juga harus berpatokan pada sila bukan ikut perkembangan membabarin dhama di diskotik namun bisa aja membabarkan dhama dengan pendekatan lagu mis yg sedang di gandrungi lagu house jadi lagu budhis di bikin remix. jadi anak muda jg tetap mendengarkan lagu budhis.

Tujuan dari mendengar lagu adalah menikmati keindahan objek suara. Keindahan objek suara menimbulkan perasaan senang dan akhirnya adalah kemelekatan.

Tujuan dari dhamma adalah menyadari objek sebagaimana adanya. Dengan menyadarinya, ia mengetahui timbul dan tenggelamnya perasaan. Dengan mengetahuinya, maka ia tidak lagi melekat pada objek tersebut.

Apakah ada kesamaan dari dua tujuan tersebut?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #128 on: 25 February 2010, 12:00:23 PM »
Bagian menengah tentang Moralitas

1.11. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, cenderung merusak benih-benih itu yang tumbuh dari akar-akar, dari tangkai, dari ruas-ruas, dari irisan, dari biji, Petapa Gotama menghindari perusakan demikian.” Demikianlah orang-orang biasa akan memuji Sang Tathāgata.’ [6]

1.12. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, cenderung menikmati barang-barang simpanan seperti makanan, minuman, pakaian, alat transportasi, tempat tidur, pengharum, daging, Petapa Gotama menjauhi kenikmatan demikian.”’

1.13. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana ... masih menikmati pertunjukan seperti tarian, nyanyian, musik, penampilan, pembacaan, musik-tangan, simbal dan tambur, pertunjukan sihir,16 akrobatik dan sulap,17 pertandingan gajah, kerbau, sapi, kambing, domba, ayam, burung puyuh, perkelahian dengan tongkat, tinju, gulat, perkelahian pura-pura, parade, pertunjukan manuver dan militer, Petapa Gotama menjauhi menikmati penampilan demikian.”’

1.14. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana masih menikmati permainan-permainan dan kegiatan sia-sia seperti catur delapan atau sepuluh baris,18 ‘catur di udara’,19 permainan jingkat, permainan biji-bijian, permainan dadu, melempar tongkat, ‘lukisan-tangan’, permainan bola, meniup melalui pipa mainan, permainan dengan bajak mainan, jungkir balik, permainan dengan kincir, pengukuran, kereta [7] dan busur mainan, menebak huruf,20 menebak pikiran,21 meniru penampilan cacat, Petapa Gotama menjauhi kegiatan sia-sia demikian.”’

1.15. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana masih menyukai tempat tidur yang tinggi dan lebar dan tempat duduk yang tinggi, alas duduk berhiaskan kulit binatang,22 dilapisi wol atau dengan berbagai macam penutup, penutup dengan bulu di kedua sisi atau di satu sisi, penutup sutra, berhiaskan dengan atau tanpa permata, permadani-kereta, -gajah, -kuda, berbagai selimut dari kulit-kijang, bantal bertenda, atau dengan bantal merah di kedua sisi, Petapa Gotama menjauhi tempat tidur tinggi dan lebar demikian.”’

1.16. ‘”Sementara beberapa petapa dan Brahmana masih menyukai bentuk-bentuk hiasan-diri dan perhiasan seperti melumuri tubuh dengan pengharum, memijat, mandi dengan air harum, menggunakan pencuci rambut, menggunakan cermin, salep, karangan bunga, wangi-wangian, bedak, kosmetik, kalung, ikat kepala, tongkat hiasan, botol, pedang, penghalang sinar matahari, sandal berhias, serban, permata, kipas ekor-yak, jubah berumbai, Petapa Gotama menjauhi hiasan-diri demikian.”’

1.17. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana masih menyukai pembicaraan yang tidak bermanfaat23 seperti tentang raja-raja, perampok-perampok, menteri-menteri, bala tentara, bahaya-bahaya, perang, makanan, minuman, pakaian, tempat tidur, karangan bunga, pengharum, sanak saudara, kereta, desa-desa, pasar-pasar dan kota-kota, negara-negara, perempuan-perempuan, [8] pahlawan-pahlawan, gosip-sumur dan –jalanan, pembicaraan tentang mereka yang meninggal dunia, pembicaraan yang tidak menentu, spekulasi tentang daratan dan lautan,24 pembicaraan tentang ke-ada-an dan ke-tiada-an,25 Petapa Gotama menjauhi pembicaraan demikian.”’

1.18. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana masih menyukai perdebatan seperti: ‘Engkau tidak memahami ajaran dan disiplin ini – Aku memahami!’, ‘Bagaimana engkau dapat memahami ajaran dan disiplin ini?’, ‘Jalanmu semuanya salah – jalanku yang benar’, ‘Aku konsisten – engkau tidak!’, ‘Engkau mengatakannya terakhir apa yang seharusnya engkau katakan pertama kali!’, ‘Apa yang lama engkau pikirkan telah terbantah!’, ‘Argumentasimu telah dipatahkan, engkau kalah!’, ‘Pergi, selamatkan ajaranmu – keluarlah dari sana jika engkau mampu!’, Petapa Gotama menjauhi perdebatan demikian.”’26

1.19. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana masih menyukai hal-hal seperti menjadi kurir dan penyampai pesan, seperti untuk raja, menteri, para mulia, Brahmana, perumah tangga, dan anak muda yang mengatakan: ‘Pergilah ke sini – pergilah ke sana! Bawalah ini ke sana – bawalah itu dari sana!’ Petapa Gotama menjauhi menjadi kurir demikian.”’

1.20. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana masih menyukai kebohongan, ucapan sia-sia, nasihat tersirat, meremehkan, dan selalu berusaha memperoleh keuntungan, Petapa Gotama menjauhi kebohongan demikian.” Demikianlah orang-orang biasa akan memuji Sang Tathāgata.’27

baca lengkapnya di http://dhammacitta.org/tipitaka/dn/dn.01.wlsh.html
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #129 on: 25 February 2010, 12:01:13 PM »
Quote
Yakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?
dituliskan dengan sangat jelas didalam buku Dhamma,nanti saya obrak abrik dulu,apakah kalau tidak salah itu tercantum dalam Dhammapada Atthakatha atau Jataka versi 1 terbitan ITC,antara kedua buku itu,karena saya kurang ingat,terlalu banyak buku yang saya baca beberapa minggu ini...Bahkan disana Buddha menjelaskan kepada YM SARIPUTTA memberikan objek meditasi tersebut dan tidak cocok kepada muridnya,dikarenakan pada kehidupan yang lampau Bhikkhu tersebut selama 500 kelahiran terlahir sebagai tukang emas,dan Buddha membabarkan dhamma dan memberikan objek renungkan kepada Bhikkhu tersebut,dalam waktu yang singkat Bhikkhu tersebut menjadi tataran kesucian Arahatta..atau mungkin anda mau katakan cerita tersebut sebagai "dongeng"? :)
Mohon Bro Bond membaca ulang kembali apa yang saya tuliskan,jelas disana saya tuliskan bahwa bahkan seorang YM Sariputta pun tidak bisa secara TEPAT memberikan OBJEK MEDITASI kepada muridnya...
dan saya rasa tidak ada kalimat saya yang mengatakan bahwa,"para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?"[kalau memang saya ada berkata begitu,selama thread ini,dan ada kalimat yang "menjurus" atau terindikasi ke arah tersebut,silakan di quote kan ,saya akan mempertanggungjawabkan kalimat tersebut..Jika salah,saya akan berkata bahwa saya salah dan kurang sati..tanpa MEMBENARKAN kata2 saya,atau berdalih dan tidak mau mengalah dalam berdiskusi..terima kasih]

Anumodana _/\_

Khuddaka Nikaya, Jataka 25, Tittha Jataka.


Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #130 on: 25 February 2010, 12:01:14 PM »
Quote
Yakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?

Ya pasti ngak joget dan ngelawak kek tukul kan...? kan pernah saya tulis ada batasan vinayanya.

Kalao joke in Dhamma ini sudah masuk ke persepsi. Jadi Kalau ada bhante ceramah lalu hadirin tertawa maka bhante itu melanggar vinaya?. Nah kembali kita melihat batasan2 kewajaran yg wajar sebagaimana adanya dan meneliti dhamma vinaya secara teliti dan benar dengan hati. Seperti case bhante Utammo, boleh saja bilang dia tidak joke, dan yg lain bilang ada jokenya karena hadirin hampir semuanya tertawa, lalu kalau begini bagaimana anda melihatnya?. Kalau tidak setuju bukan kah lebih baik tidak tertawa dan kalau perlu ngak usah ikut dhammadesananya? beres kan... ;D. Simple solution...Adakah hukuman sangha baginya? tidak ada sama sekali...ini study case supaya kita lihat batasannya sampai mana sih...supaya kita belajar Dhamma tidak pukul rata...ada hal2 yg sifatnya pukul rata ada yg sifatnya case by case. Makanya ada Dhamma dan vinaya keduanya. Bukan vinaya saja. Vinaya harus mengacu pada Dhamma. Jadi kembali kepada diri bro. Yang terbaik lihat kedalam kesempurnaan sila diri kita baru kita tahu apa yg terjadi sebenarnya diluar. Dhamma bukan diluar tapi didalam hati kita.

Saya pernah juga bertemu bhante yg saya hormati...kalau ceramah tutup mata dan ceramahnya hampir tidak ada titik koma, dengan mata tertutup dan hanya 15 menit kemudian ngintip dan tutup mata lagi. Ceramahnya mirip orang menghafal buku. Jadi auidence seperti apapun tancap gas terus. Nah ini gimana? bagi saya no problem...

Yup,,,, saya jg pernah mendengar ceramah Dhamma Bhante Uttomo, beliau toh tdk melawak ato ceritakan hal komedi gt beliau hanya memberikan kasus dalam pembahasan DHamma yg disampaikannya, hanya saja pendengar yg tertawa karena merasa gembira ataupun merasa ada yg lucu, padahal menurut saya itu biasa biasa saja, lagian ketawa mereka jg bukan ketawa dr awal sampai akhir tanpa berhenti,...

terus jg ada diskusi dgn Bhante jin, n byk org jg disana dengarkan, padahal Bhante jin diskusi Dhamma biasa dan menceritakan kasus yg berhubungan bukannya melawak atao berkomedi, toh tetap jg ada org yg ketawa karena merasa yg lucu, atao gembira ataopun kena batin org tersebut.. apakah hal demikian bisa disalahkan Bhantenya?

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #131 on: 25 February 2010, 12:02:22 PM »
Quote
Yakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?
dituliskan dengan sangat jelas didalam buku Dhamma,nanti saya obrak abrik dulu,apakah kalau tidak salah itu tercantum dalam Dhammapada Atthakatha atau Jataka versi 1 terbitan ITC,antara kedua buku itu,karena saya kurang ingat,terlalu banyak buku yang saya baca beberapa minggu ini...Bahkan disana Buddha menjelaskan kepada YM SARIPUTTA memberikan objek meditasi tersebut dan tidak cocok kepada muridnya,dikarenakan pada kehidupan yang lampau Bhikkhu tersebut selama 500 kelahiran terlahir sebagai tukang emas,dan Buddha membabarkan dhamma dan memberikan objek renungkan kepada Bhikkhu tersebut,dalam waktu yang singkat Bhikkhu tersebut menjadi tataran kesucian Arahatta..atau mungkin anda mau katakan cerita tersebut sebagai "dongeng"? :)

Disini letaknya ada keterbatasan mengetahui Dari YM Sariputta yg harus dicover oleh Sang Buddha. Tetapi tidak semua murid dibawah bimbingan YM Sariputta semuanya langsung ditangani Sang Buddha tetapi ada yg langsung oleh YM Sariputta dan mencapai tingkat Arahat juga. Disini saya hanya ingin memperjelas Entry point yg unik dari satu individu ke individu yg lain. Itu saja. Bukan masalah Sariputtanya

Mohon Bro Bond membaca ulang kembali apa yang saya tuliskan,jelas disana saya tuliskan bahwa bahkan seorang YM Sariputta pun tidak bisa secara TEPAT memberikan OBJEK MEDITASI kepada muridnya...
dan saya rasa tidak ada kalimat saya yang mengatakan bahwa,"para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?"[kalau memang saya ada berkata begitu,selama thread ini,dan ada kalimat yang "menjurus" atau terindikasi ke arah tersebut,silakan di quote kan ,saya akan mempertanggungjawabkan kalimat tersebut..Jika salah,saya akan berkata bahwa saya salah dan kurang sati..tanpa MEMBENARKAN kata2 saya,atau berdalih dan tidak mau mengalah dalam berdiskusi..terima kasih]

ini tulisan bro :
...Sekarang yang dilakukan oleh para Savaka Buddha bisanya adalah "menebak" apa yang sesuai dengan "muridnya


sehingga saya bertanya :

Yakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?



Anumodana _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #132 on: 25 February 2010, 12:05:09 PM »
Quote
Ya pasti ngak joget dan ngelawak kek tukul kan...? kan pernah saya tulis ada batasan vinayanya.

Kalau boleh tahu,apa sih batasan vinayanya?daritadi banyak member menulis harus ada batasan,harus ada batasan,tetapi saya tidak menangkap apa yang dimaksud dengan "batasan" yang dimaksudkan,dan banyak yang ABU-ABU..

Quote
Kalao joke in Dhamma ini sudah masuk ke persepsi. Jadi Kalau ada bhante ceramah lalu hadirin tertawa maka bhante itu melanggar vinaya?.
nah,anda sungguh aneh...adakah saya bilang melanggar Vinaya?saya sendiri bukan Ahli Vinaya,dan baru ada 1 buku tentang Vinaya[mungkin kalau ada orang yang disini mau kasih saya semua buku tentang Vinaya,saya siap menampung dan sangat berterima kasih kepada orang tersebut..]..

Sekali lagi saya katakan bahwa thread ini menyoroti tentang "Cara yang sesuai dalam pembabaran Dhamma" bukan menyoroti "pembabaran Dhamma yang melanggar Vinaya atau tidak Melanggar Vinaya.." bukan juga tentang "Oknum2 yang melanggar Dhamma Vinaya dalam membabarkan Dhamma"..
sekali lagi saya tuliskan,bahwa yang disoroti adalah "CARA atau TINGKAH LAKU"..Terima kasih saya ucapkan.. :)


Quote
Nah kembali kita melihat batasan2 kewajaran yg wajar sebagaimana adanya dan meneliti dhamma vinaya secara teliti dan benar dengan hati. Seperti case bhante Utammo, boleh saja bilang dia tidak joke, dan yg lain bilang ada jokenya karena hadirin hampir semuanya tertawa, lalu kalau begini bagaimana anda melihatnya?.
Kalau semuanya daritadi dibahas adalah batasan2 kewajaran yang wajar,apa sih batasannya?kalau anda menyuruh 'para pendengar'nya untuk meneliti nya sendiri..mending thread dilock saja..atau silakan saja semua orang membabarkan dhamma "semau gue",karena intinya "dhamma disampaikan dengan segala cara",pendengarnya mau mampus ya mampus sana saja..karena yang babarkan dhamma itu sudah ada mengandung Dhamma,caranya mau gimana terserah..yang salah itu "pendengar"nya..begitu ya?atau saya salah menafsirkan maksud anda..tolong di bantu yang lemah dan dungu ini didalam Dhamma Bhagava.. _/\_


Quote
Kalau tidak setuju bukan kah lebih baik tidak tertawa dan kalau perlu ngak usah ikut dhammadesananya? beres kan... ;D. Simple solution...
Nah,kalau begitu,..Bhantenya yang bersangkutkan tidak perlu berceramah saja sekaligus,ngapain promosi susah2 dan vihara ke vihara,dari lembar2 brosur dan dari mouth to mouth dan di bombadir,kalau intinya anda berkata,"Kalau tidak setuju bukan kah lebih baik tidak tertawa dan kalau perlu ngak usah ikut dhammadesannya.."[menurut saya ini sikap egois dan ingin menang sendiri...Padahal Buddha berkata dengan sangat JELAS,bahwa hidup DIDUNIA,tak terlepas dari PRO dan KONTRA,DICELA atau DIPUJI]

Quote
Adakah hukuman sangha baginya? tidak ada sama sekali...ini study case supaya kita lihat batasannya sampai mana sih...supaya kita belajar Dhamma tidak pukul rata...ada hal2 yg sifatnya pukul rata ada yg sifatnya case by case. Makanya ada Dhamma dan vinaya keduanya. Bukan vinaya saja. Vinaya harus mengacu pada Dhamma. Jadi kembali kepada diri bro. Yang terbaik lihat kedalam kesempurnaan sila diri kita baru kita tahu apa yg terjadi sebenarnya diluar. Dhamma bukan diluar tapi didalam hati kita.
Siapa bilang ada hukumnya?anda terlalu paranoid kayaknya.. :)
[Hello all member disini adakah yang berkata ada Sanksi bagi OKnum yang membabarkan Dhamma sambil ada selingan Joke?saya rasa saya tidak bilang ada SANkSi Vinaya deh??]
Kalau semuanya kembali ke diri sendiri,saya sudah bilang thread ini tidak perlu lagi,,di lock aja atau di remove aja..kalau INTInya semua kembali ke pendengar...Ini akan menjadi ALIBI yang sangat hebat,yang salah bisa dibenarkan..yang benar bisa disalahkan..karena akan banyak orang membabarkan Dhamma dengan "semau gue" dan berkata dengan enteng,"Intinya kembali ke pendengar"...Padahal jelas DHAMMA yang DIBABARKAN dengan SALAH bisa menghasilkn PANDANGAN YANG SALAH[dan jelas didalam sutta orang yang menyebabkan orang lain berpandangan salah hanya salah 1 diantara 2 alam yang akan ditujukan yaitu Niraya atau Tiracchana]..contoh saja LIHAT KASUS SAMAWATI,si MANGADIYA,yang salah MENGARTIKAN MAKSUD DARI BHAGAVA,dan MENDENDAM KEPADA BHAGAVA...jadi saya liat cara membabarkan Dhamma juga merupakan point penting didalam PENYAMPAIAN,sehingga ISInya tidak KABUR dan tidak menjadi sia-sia...Itu pun dilihat dari kasus SAMAWATI,MAGANDIYA, Buddha datang membabarkan Dhamma karena Cinta Kasih nya kepada orang tua MAGANDIYA yang akan memperoleh manfaat daripadaNya..

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #133 on: 25 February 2010, 12:06:06 PM »
 [at]  bond
Dalam Tittha Jataka, Sariputta sudah tidak tahu harus diapakan, maka dibawa ke Buddha Gotama.

Ini saya sering tulis untuk menunjukkan keterbatasan seorang Savaka, agar kita yang tentu saja jauh-jauh di bawah Savaka Ariya, lebih "tahu diri" bahwa kita lebih terbatas lagi dari Savaka.
Contoh lain yang saya sering pakai adalah Maha-panthaka, Mahasavaka yang terunggul dalam meditasi Arupa, masih tidak tahu apa yang harus dilakukan kepada adiknya, malah mengusirnya.
« Last Edit: 25 February 2010, 12:07:49 PM by Kainyn_Kutho »

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #134 on: 25 February 2010, 12:09:44 PM »
[at]  Riky

Bolehkah anda memberikan definisi ngelawak, joke atau humor yang anda maksudkan, dan ini dikaitkan dengan dhamma talk yang anda dengar langsung ?

 _/\_

Dhamma Talk Paramita Devi Ruang dan Waktu di Selecta yang lalu di medan..
Itu membabarkan Dhamma atau ngelawak?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...