jadi ibaratnya, seorang biksu mau ngomong asal, yang penting maknanya nyampe ga apa2?
soal manfaat rasanya menceritakan hal yang benar lebih baik daripada menceritakan kebohongan, kalau misalnya si biksu bilang cerita itu hanyalah perumpamaan rasanya tidak apa2, tapi kalau si biksu menceritakan seakan2 itu kebenaran bukannya jadi sebuah kebohongan.
kok argumen anda melebar kesana kemari....
pertama mengenai contoh anda tadi sudah jelas kan, itu parable.
sekarang apa itu contohnya "ngomong asal, yg penting maknanya nyampe"?
trus dimana itu biksu menceritakan seakan2 itu kebenaran? saya ulang, itu parable, ilustrasi dan jelas bukan cerita nyata.
itu hanyalah ajaran master djoe, saya tidak setuju.
kalau dari awal sudah kurang bagus rasanya kedepannya juga walau ada kemungkinan jadi bagus tetap saja awalnya yang tidak bagus menjadi "kotoran"
sama seperti kasus buda hidup, walaupun katanya ajarannya bagus tapi tetap kalau tidak didasari dengan kebaikan rasanya menjadi seperti "kotoran"
lho, anda melebar ke sana kemari... kok larinya ke buddha hidup?
apakah konsep buddha hidup bisa membuat transformasi batin dari dosa menjadi adosa, lobha menjadi alobha dan moha menjadi amoha?