"God is a deity in theist and deist religions and other belief systems, representing either the sole deity in monotheism, or a principal deity in polytheism."
"a person or thing of supreme value" maria webdict
ETIMOLOGI Tuhan dalam bahasa INDONESIA
Di dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dua konsep atau nama yang berhubungan dengan ketuhanan,
yaitu: Tuhan sendiri, dan Dewa.
Penganut monoteisme biasanya menolak menggunakan kata Dewa di Indonesia,
tetapi sebenarnya hal ini tidaklah berdasar. Sebab di Prasasti Trengganu, prasasti tertua di dalam bahasa Melayu
yang ditulis menggunakan Huruf Arab (Huruf Jawi) menyebut
Sang Dewata Mulia Raya.
Bagaimanapun, pada masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal, sementara Dewa dianggap mengandung arti salah satu dari banyak Tuhan sehingga cenderung mengacu kepada politeisme.
Secara filsafat, prestasi dalam pencarian Tuhan biasanya berujung pada penemuan eksistensi Tuhan saja, dan tidak sampai pada substansi tentang Tuhan. Dalam istilah filsafat eksistensi Tuhan itu dikenal sebagai absolut dan unik.
Absolut itu artinya keberadaanya mutlak bukannya relatif. Hal ini dapat dipahami, bahwa pernyataan semua kebenaran itu relatif itu tidak benar. Kalau semua itu relatif, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu relatif. Padahal yang relatif itu menjadi satu-satunya eksistensi realitas. Ibarat warna yang ada di seluruh jagat ini hanya putih, bagaimana kita bisa tahu putih padahal tidak ada pembanding selain putih. Dengan demikian tidak bisa disangkal adanya kebenaran itu relatif, dan secara konsisten tidak bisa disangkal pula adanya kebenaran mutlak itu.
Dalam gagasan Nietzsche, istilah "Tuhan" juga merujuk pada segala sesuatu yang dianggap mutlak kebenarannya. Jadi, di dalam hal ini ilmu pengetahuan (sains) bisa saja di-"Tuhan"-kan oleh manusia. Sedang Nietzsche berpendapat tiada "Kebenaran Mutlak"; yang ada hanyalah "Kesalahan yang tak-terbantahkan". Karenanya, dia berkata, "Tuhan telah mati".
"Kesalahan yang tak-terbantahkan" dengan "Kebenaran yang-tak terbantahkan" tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan. Sekiranya pemikiran Nietszhe ini dimanfaatkan untuk melanjutkan proses pencairan Tuhan, maka Tuhan itu suatu eksistensi yang tak terbantahkan. Dengan demikian eksistensi absolut, mutlak dan tak terbantahkan itu sama saja.
Jadi, persoalan umat manusia dalam proses pencairan Tuhan tiada lain proses penentuan peletakan dirinya kepada (segala) sesuatu yang diterimanya sebagai 'tak terbantahkan', atau mutlak, atau absolut. Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim Ph.D mendefiniskan Tuhan sebagai segala sesuatu yang dianggap penting dan dipentingkan sehingga dirinya rela didominirnya (Buku:Kuliah Tauhid).
Perbedaan Tuhan dengan dewa hanya
sekedar perbedaan terjemah bahasa,
meski masing-masing punya latar belakang perkembangan makna terkait dengan apresiasi masing-masing atas konsepsi Ketuhanannya. Namun secara universal keduanya menunjuk pada eksistensi yang sama, yaitu soal 'Yang Tak Terbantahkan'
============================
"Janganlah menyembah tuhan tuhan yang lain" ini didalam kitab kristiani tertuliskan makna yang sejenis seperti yang tertuliskan "janganlah menyembah tuhan tuhan yang lain"
sebenernya kalau mau jujur kata
seharusnya tertulis : "janganlah menyembah dewa dewa yang lain".
bangsa barat termasuk yunani dan negara bekas jajahan kerajaan Romawi kuno
meyakini keDewaan seperti yang bangsa cina dan india anut.
lantaran karena pengaruh ke kr****nan kuat dieropa,
maka ia ingin mengukuhkan ke Dewa an kristiani.
masalah ketuhanan yang mana yang benar?
ini sama juga disuruh percaya apa adanya dewa(i) Sri? dewa Phrtivi(du di kung)? atau dewa(i) Athena?
tetapi adanya suatu tipe(jenis/kelas) makluk yang supreme diluar batas manusia
entah lah kamu mau sebut tuhan, dewa, malaikat,Yehowa atau Yahweh, Allah(Lord/Bapa/Tuan) makluk khayangan maupun Divina(o)
toh asal kata Tuhan sendiri diambil dari kata Lord/Allah yang diartikan dibhs indonesia yah sebenarny
TUAN, cuma diplesein aja jadi Tuhan.
trus hurufnya dikapitalkan/huruf besar.
emangnya beda apa?
apakah dahulu kala Yesus saat berucap Tuhan
bibirnya di monyong monyongin sehingga manusia menuliskannya
dengan huruf besar?menjadi "Tuhan"?
trus saat mengucapkan "tuhan" (huruf kecil) bibirnya di mengok mengokin?
kan nggak bukan?
ini hanya permainan atau simbolis aja yah sebenernya
gak usah muluk muluk, itulah DEWA. ataupun dewa.
singkat kata, semua keistilahan makluk diluar manusia,
Tuhan(supaya lebih jelas, bibir kamu dimonyongin dulu saat berucapkan, karena pake huruf besar/kapital),
maupun dewa atau kedewataan,
semuanya memang diakui diagama, legenda dan mitos manapun.
bahwa adanya makluk diluar manusia. yang manusia sendiri belum 100 persen memahami.
lalu apakah harus disembah?
itu personal bangat.
kalo gak pengen sembah juga boleh.
jangan bilang karena siapa orang bisa berubah.
tapi atas dasar kehendak dan kesadaran diri sendiri lah yangingin berubah
maka dengan atau tanpa agamapun orang bisa jadi baik,
orang bisa jadi sukses, orang bisa jadi tercerahkan hidupnya.
agama atau sarana/media umum hanya sebagai penopang
maupun pendukung/support saja.
ada banyak orang yang ketempat ibadah tapi masih aja bejat
licik dan gak bener, suka makan teman, dsb.
tapi orang yang gak kenal agama pun bisa juga jadi baik ramah
dan tulus dalam persahabatan maupun dimasarakat.
=========================
buat umat Buddha sendiri?
dengan atau tanpa percaya akan kekuasaan adikuasa dari dewa, atau Tuhan yang Esa
itu masalah pribadi.
Buddhist diingatkan akan karma
itu yang lebih penting dibandingkan segala upacara maupun seremonial dan sembah menyembah.
ingat akan karma. merenungkan 3 fenomena alam:
"segala sesuatunya mengalami perubahan
segala sesuatu nya tidak sempurna
dan tiada satupun yang merupakan pemilikan kita"
serta meyakinin diri sama Buddha dengen perenungannya
Buddhanusati.
ini pun bisa menuntun kita kepada arti dari memeluk agama.