*pertanyaan tambahan,
pikiran tidak bisa diandalkan(karena sering mengelabui),perasaan/vedana tidak bisa diandalkan(karena sering "mendramatisir" kondisi)..
Pertanyaannya,lalu apa yg diandalkan??
?citta-kah??
Pikiran yang mengelabui adalah pikiran yang tidak terkendali, yang dikuasai oleh noda-noda. Jadi bukan kita tidak mengandalkan pikiran, tapi mengandalkan pikiran yang terkendali, yang tidak dikelabui oleh noda-noda pikiran. Perasaan pikiran juga muncul dari kontak pikiran dengan objek pikiran. Bagaimana objek pikiran ini muncul juga tergantung pada pikiran (terkendali atau tidak).
Misalnya kita mendengar musik, ada kontak antara telinga dan suara, dan menimbulkan perasaan telinga. Perasaan tersebut berhubungan lagi dengan pikiran yang memunculkan bentuk pikiran dan dipersepsi lagi. Prosesnya sangat cepat, bahkan tidak disadari. Misalnya ketika mendengar musik, orang bisa berjingkrakan, bergoyang, atau menangis. Ia tidak hanya sedang mendengar musik, tapi sedang terbawa oleh objek pikiran yang muncul ketika musik terdengar telinga.
Bagi seorang yang pikirannya terkendali, objek pikiran yang menipu tidaklah muncul, ataupun ketika muncul, ia sadari, maka ia tidak terbawa lebih jauh lagi dan terbuai dalam permainan pikiran & perasaan tersebut. Begitu juga dengan objek lainnya (mata, hidung, dsb), ketika pikiran terkendali, tidak cenderung pada kemelekatan, kebencian, dan kebodohan bathin, maka pikiran tersebut bisa diandalkan.
Citta
↑ Citta : lebih kurang sinonim dengan mano ‘pikiran’, tetapi lebih sering digunakan seperti ‘hati’ dalam bahasa Indonesia (mengetahui isi hati seseorang, dan sebagainya)
apakah citta bisa digolongkan ke vedana? Atau ke bentuk2 pikiran?
Citta bukan vedana, tapi proses jalannya persepsi tersebut. Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca dalam (Maha-)Satipatthana Sutta (DN 22 atau MN 10) bagian perenungan perasaan (vedanupassana) & pikiran (cittanupassana).
2. Om pernah menyinggung mengenai koan zen mengenai bendera dan pikiran yg bergerak,dan menyindir dgn bertanya "jika tidak ada yg menderita lalu siapa yg tercerahkan??"cmiiw
Mohon jelaskan lg..
Saya tidak ingat pernah bilang tentang itu, ada referensinya? Yang saya ingat adalah menyindir pemakaiannya yang salah, yaitu tentang pikiran bergerak & mengatakan salah, maka berarti salah; kalau pikiran bergerak & mengatakan benar, berarti benar. Jadi sebetulnya tidak ada yang benar & salah, semua hanyalah pikiran yang bergerak.
Pandangan lucu ini saya sindir dengan mengatakan tentang meditasi di tengah rel kereta. Kereta bukan bergerak atau tidak bergerak, semua hanyalah pikiran yang bergerak. Nanti kalau meditasi dan pikiran berhenti, saya mau lihat keretanya berhenti atau tidak.
Kalau soal tidak ada yang menderita, mungkin maksudnya dari 'anatta' jadi tidak ada makhluk/diri? Berarti sama saja tidak ada perbuatan jahat, tidak ada yang berbuat jahat. Sebaliknya juga tidak ada perbuatan baik, tidak ada yang berbuat baik. Jadi sama juga tidak ada yang menderita, tidak ada yang mengalami akhir dari penderitaan (=mencapai pencerahan). Sama saja antara penjahat dan Buddha.