//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 588839 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #570 on: 10 June 2011, 03:37:01 PM »
mudah2 an yg 'suci' dan 'pintar' itu bkn saya..  ;)

oh, jd dldm buddha mempercayai adanya galaksi lain dng kehidupannya msg2 y?
apa ini termasuk mempercayai adanya alien? (mahluk asing dg berbagai wujudnya)

nah, kl mendapat 'pencerahan' itu berarti sdh mjd Buddha kah? kl sdh mjd Buddha di bumi ini, apa mjd Buddha jg di bumi lain?

trmksh.  :)
Iya, Buddhisme percaya adanya kehidupan di luar bumi, tapi tidak dijelaskan apakah bentuk/modelnya mirip di sini atau bagaimana.

Pencerahan itu bukan 'didapat' (karena memang bukan seperti prinsip wahyu), tapi 'dicapai' (karena diusahakan oleh diri sendiri).
Dalam Buddhisme, pencerahan adalah memahami dhamma yang mutlak, yaitu mengenai dukkha dan akhir dari dukkha. Dhamma ini berlaku di mana saja di semua alam. Maka ketika dikatakan mencapai pencerahan, tidak akan terlahir lagi di alam manapun, galaksi manapun juga.

Offline Trick or Treat

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 28
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #571 on: 10 June 2011, 03:41:07 PM »
oh.. bgt.. Thx bgt..

hm, 1 lg.. apa bedanya Hindu dan Buddha?

mengapa ada peleburan spt Hindu Dharma ? bs kah hal ini terjadi sebaliknya? (mis. Buddha-Hindu)

Tmksh.  :)

NB: Anjati itu apa y?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #572 on: 10 June 2011, 04:02:59 PM »
oh.. bgt.. Thx bgt..

hm, 1 lg.. apa bedanya Hindu dan Buddha?

mengapa ada peleburan spt Hindu Dharma ? bs kah hal ini terjadi sebaliknya? (mis. Buddha-Hindu)

Tmksh.  :)

NB: Anjati itu apa y?
Definisi Hindu itu terlalu luas karena menyangkut cara hidup yang sangat luas. Tapi kalau Hindu secara umum, berbeda dengan Buddhisme itu misalnya dalam hal "atman/atta" di mana dalam Hinduisme dipahami ada satu substansi yang ketika mencapai moksha (pencerahan versi Hindu), maka akan bergabung dengan Maha-atman. Karena dikenal 'atman', maka teori kelahiran kembalinya juga berbeda. Dalam Hinduisme dikenal sebagai reinkarnasi yang kalau diibaratkan seperti mutiara yang terbungkus 'kulit' yang berbeda. Di satu inkarnasi seseorang bisa berbeda dengan inkarnasi lain, tapi memiliki inti yang tetap sama. Kalau dalam Buddhisme, tidak ada 'mutiara' tersebut, semua hanyalah kumpulan yang berproses. Hal lain yang cukup berbeda adalah Buddhisme menolak sistem kasta. Buddha memang membagi 4 kelompok (kasta) perumahtangga, tapi tidak menganggap satu kelompok lebih mulia. Buddha mengatakan seseorang lebih mulia karena moralitas dan kebijaksanaannya, bukan karena kelahiran atau status di masyarakat.

Untuk meditasi ketenangan (samatha) dan moralitas secara umum, Hinduisme dan Buddhisme sangat mirip karena memang Buddhisme muncul di antara masyarakat Hinduisme.

"Anjati" saya tidak tahu. Barangkali Anjali (merangkapkan tangan di dada sebagai tanda penghormatan seperti:  _/\_ )?

Offline Trick or Treat

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 28
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #573 on: 10 June 2011, 04:49:04 PM »
oh.. TQ2.. wah, mkn tau lbh dlm nih... ;D

tp, saya krg paham ttg 'mutiara yg dibungkus' bisa kasih contohnya seperti apa?

trmksh.  _/\_ (Anjali y? ^^)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #574 on: 10 June 2011, 05:18:31 PM »
oh.. TQ2.. wah, mkn tau lbh dlm nih... ;D

tp, saya krg paham ttg 'mutiara yg dibungkus' bisa kasih contohnya seperti apa?

trmksh.  _/\_ (Anjali y? ^^)
Kalau saya menggambarkan, atman itu seperti batu baterai. Batu baterai bisa masuk ke senter, maka senter itu menyala; bisa juga dimasukkan ke bel, maka bel itu berbunyi. Senter menyala dan bel berbunyi itu seperti hidup dalam satu inkarnasi. Berbeda bentuk, namun tetap 'baterai' yang sama yang berpindah ke kehidupan lain.

Kalau dalam Buddhisme, kelahiran kembali itu seperti padi yang menjadi beras, beras jadi nasi, nasi jadi bubur, dst. Padi berproses menjadi beras, maka tidak ada bagian dari beras yang bisa disebut sebagai padi. Begitu pula nasi berasal dari beras, tapi ketika telah menjadi nasi, tidak ada bagian yang bisa disebut sebagai beras. Tidak ada suatu inti yang tetap.

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #575 on: 11 June 2011, 10:12:41 AM »
Tanya om,bagaimana cara mengenalkan/mengajarkan buddhism kepada mereka yg kurang berpendidikan/pas2an pendidikannya?

Thank sebelumnya
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline Trick or Treat

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 28
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #576 on: 11 June 2011, 10:54:49 AM »
Thx. Kainyn_kutho..

sebenernya msh banyak list bingungnya di otak.. tp saya takut malahan jd kesel.. Hehehe...

jd yg ini aja deh.. msh nyambung sm yg kmrn... kl bedanya sama Buddha dg Kong hu chu juga Taoisme apa? koq, tmn saya yg Biddhsit, ada yg ikut imlek an jg?


Trmksh.  :)
« Last Edit: 11 June 2011, 11:08:37 AM by Trick or Treat »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #577 on: 11 June 2011, 11:29:53 AM »
Tanya om,bagaimana cara mengenalkan/mengajarkan buddhism kepada mereka yg kurang berpendidikan/pas2an pendidikannya?

Thank sebelumnya
Bodoh dalam hal intelektual bukan berarti bodoh dalam pemahaman. Kalau untuk yang bodoh dalam pemahaman (seperti keras kepala, 'cangkir penuh'), maka menurut saya itu tidak bisa dijangkau dengan orang biasa.

Kalau hanya masalah kurang pendidikan, itu tidak masalah. Tidak semua orang sekolah, tidak semua orang kerja, tidak semua orang menikah, dsb, namun setiap orang pasti menjalani hidup, mengalami apa yang membuatnya bahagia dan sedih. Pengenalan dhamma bisa dimulai dari sudut pandangnya dalam menjalankan hidup tersebut, seputar apa yang ia pahami. Jangan berikan istilah-istilah sulit/membingungkan, tapi bahaslah dengan bahasa apa adanya yang dimengerti. Menurut saya, selama orang itu tidak bodoh pemahaman atau bodoh spiritual, hanya bodoh secara intektual tidak terlalu menyulitkan.

Menurut saya juga, walaupun orangnya sesuai, tapi tidak selalu waktunya sesuai untuk mengenalkan dhamma. Kalau orang tidak dalam kondisi siap menerima, maka yang terjadi adalah penolakan. Yang bisa kita lakukan adalah sebatas mengembangkan ketertarikannya akan dhamma. Jika tertarik, maka dengan sendirinya ia akan menyelidiki. Dengan cara begini, orang tidak akan merasa 'terindoktrinasi'.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #578 on: 11 June 2011, 11:47:49 AM »
Thx. Kainyn_kutho..

sebenernya msh banyak list bingungnya di otak.. tp saya takut malahan jd kesel.. Hehehe...
Sama-sama.
Kalau masih bingung, tanya saja terus, jadi saya juga belajar memahami pertanyaan orang lain.


Quote
jd yg ini aja deh.. msh nyambung sm yg kmrn... kl bedanya sama Buddha dg Kong hu chu juga Taoisme apa? koq, tmn saya yg Biddhsit, ada yg ikut imlek an jg?
Saya juga kurang tahu (=sudah banyak lupa) tentang Kong Hu Cu & Taoisme. Kalau Kong Hu Cu, fokusnya adalah kemanusiaan, bagaimana seseorang menjadi manusia yang baik, berguna bagi keluarga dan negara. Nilai-nilai yang diajarkan juga universal seperti seseorang harus menjunjung tinggi kebenaran, punya integritas, dan lain-lain. Jadi selain dari ritual (yang adalah pengaruh budaya setempat), nilai-nilainya seharusnya bisa diterima oleh siapapun (yang menjunjung tinggi kebaikan juga, tentunya), termasuk Buddhis.

Taoisme seingat saya ada menyinggung tentang macro-cosmos (keseimbangan semesta secara keseluruhan) dan micro-cosmos (manusia). Taoisme juga mengutamakan 3 hal yang menurut saya sangat sejalan dengan Buddhisme: belas kasih, moderasi (sifat tidak berlebihan/ekstrem), dan kerendahan hati. Tujuan dari Taoisme itu memahami keseimbangan semesta itu lewat pemahaman akan dirinya, dengan begitu maka kita menjadi bagian dari "Tao" itu sendiri.




Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #579 on: 11 June 2011, 11:55:22 AM »
[at] Kainyn_Kutho

Penjelasan "kenapa teman saya yang Biddhsit ikut Imlekan juga" belum nih. :D

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #580 on: 11 June 2011, 12:00:24 PM »
[at] Kainyn_Kutho

Penjelasan "kenapa teman saya yang Biddhsit ikut Imlekan juga" belum nih. :D
Thanks sudah diingatkan.

Quote
koq, tmn saya yg Biddhsit, ada yg ikut imlek an jg?
Imlek itu bukan ritual dan tidak ada hubungannya dengan agama/kepercayaan, tapi perayaan dimulainya musim semi, saat orang mulai bertanam. Perayaan ini adalah tradisi setempat, dan sama sekali tidak bertentangan dengan Ajaran Buddha, maka tidaklah heran seorang Buddhist merayakan imlek.




Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #581 on: 11 June 2011, 07:56:31 PM »
*pertanyaan tambahan,
pikiran tidak bisa diandalkan(karena sering mengelabui),perasaan/vedana tidak bisa diandalkan(karena sering "mendramatisir" kondisi)..
Pertanyaannya,lalu apa yg diandalkan??
?citta-kah??
Citta
Quote
↑ Citta : lebih kurang sinonim dengan mano ‘pikiran’, tetapi lebih sering digunakan seperti ‘hati’ dalam bahasa Indonesia (mengetahui isi hati seseorang, dan sebagainya)
apakah citta bisa digolongkan ke vedana? Atau ke bentuk2 pikiran?

2. Om pernah menyinggung mengenai koan zen mengenai bendera dan pikiran yg bergerak,dan menyindir dgn bertanya "jika tidak ada yg menderita lalu siapa yg tercerahkan??"cmiiw
Mohon jelaskan lg..


**btw,harap yg ber ID upasaka dan lainnya juga ikut memberikan pandangannya [todong mode on] ;D
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #582 on: 12 June 2011, 03:47:37 PM »
Quote from: Mr.Jhonz
*pertanyaan tambahan,
pikiran tidak bisa diandalkan(karena sering mengelabui),perasaan/vedana tidak bisa diandalkan(karena sering "mendramatisir" kondisi)..
Pertanyaannya,lalu apa yg diandalkan??
?citta-kah??

Pikiran (akal sehat / logika) dan perasaan tidak bisa dipercaya begitu saja; bukan tidak bisa diandalkan. Kita perlu menggunakan keduanya. Dan Karena pikiran dan perasaan sangat subjektif, kita perlu menguji mereka dari berbagai sisi untuk lebih memastikan keobjektifannya.


Quote from: Mr.Jhonz
Citta
apakah citta bisa digolongkan ke vedana? Atau ke bentuk2 pikiran?

Perasaan dan bentukan-bentukan kehendak adalah bagian dari pikiran.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #583 on: 13 June 2011, 12:02:27 PM »
*pertanyaan tambahan,
pikiran tidak bisa diandalkan(karena sering mengelabui),perasaan/vedana tidak bisa diandalkan(karena sering "mendramatisir" kondisi)..
Pertanyaannya,lalu apa yg diandalkan??
?citta-kah??
Pikiran yang mengelabui adalah pikiran yang tidak terkendali, yang dikuasai oleh noda-noda. Jadi bukan kita tidak mengandalkan pikiran, tapi mengandalkan pikiran yang terkendali, yang tidak dikelabui oleh noda-noda pikiran. Perasaan pikiran juga muncul dari kontak pikiran dengan objek pikiran. Bagaimana objek pikiran ini muncul juga tergantung pada pikiran (terkendali atau tidak).

Misalnya kita mendengar musik, ada kontak antara telinga dan suara, dan menimbulkan perasaan telinga. Perasaan tersebut berhubungan lagi dengan pikiran yang memunculkan bentuk pikiran dan dipersepsi lagi. Prosesnya sangat cepat, bahkan tidak disadari. Misalnya ketika mendengar musik, orang bisa berjingkrakan, bergoyang, atau menangis. Ia tidak hanya sedang mendengar musik, tapi sedang terbawa oleh objek pikiran yang muncul ketika musik terdengar telinga.

Bagi seorang yang pikirannya terkendali, objek pikiran yang menipu tidaklah muncul, ataupun ketika muncul, ia sadari, maka ia tidak terbawa lebih jauh lagi dan terbuai dalam permainan pikiran & perasaan tersebut. Begitu juga dengan objek lainnya (mata, hidung, dsb), ketika pikiran terkendali, tidak cenderung pada kemelekatan, kebencian, dan kebodohan bathin, maka pikiran tersebut bisa diandalkan.

Quote
Citta
Quote
↑ Citta : lebih kurang sinonim dengan mano ‘pikiran’, tetapi lebih sering digunakan seperti ‘hati’ dalam bahasa Indonesia (mengetahui isi hati seseorang, dan sebagainya)
apakah citta bisa digolongkan ke vedana? Atau ke bentuk2 pikiran?
Citta bukan vedana, tapi proses jalannya persepsi tersebut. Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca dalam (Maha-)Satipatthana Sutta (DN 22 atau MN 10) bagian perenungan perasaan (vedanupassana) & pikiran (cittanupassana).

Quote
2. Om pernah menyinggung mengenai koan zen mengenai bendera dan pikiran yg bergerak,dan menyindir dgn bertanya "jika tidak ada yg menderita lalu siapa yg tercerahkan??"cmiiw
Mohon jelaskan lg..
Saya tidak ingat pernah bilang tentang itu, ada referensinya? Yang saya ingat adalah menyindir pemakaiannya yang salah, yaitu tentang pikiran bergerak & mengatakan salah, maka berarti salah; kalau pikiran bergerak & mengatakan benar, berarti benar. Jadi sebetulnya tidak ada yang benar & salah, semua hanyalah pikiran yang bergerak.
Pandangan lucu ini saya sindir dengan mengatakan tentang meditasi di tengah rel kereta. Kereta bukan bergerak atau tidak bergerak, semua hanyalah pikiran yang bergerak. Nanti kalau meditasi dan pikiran berhenti, saya mau lihat keretanya berhenti atau tidak.

Kalau soal tidak ada yang menderita, mungkin maksudnya dari 'anatta' jadi tidak ada makhluk/diri? Berarti sama saja tidak ada perbuatan jahat, tidak ada yang berbuat jahat. Sebaliknya juga tidak ada perbuatan baik, tidak ada yang berbuat baik. Jadi sama juga tidak ada yang menderita, tidak ada yang mengalami akhir dari penderitaan (=mencapai pencerahan). Sama saja antara penjahat dan Buddha.


Offline Trick or Treat

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 28
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #584 on: 13 June 2011, 03:56:20 PM »
seputar pikiran jg... kita kenal dg Hipnotis-hipnoterapi, pandangan Buddha pada fenomena ini bagaimana?  :)

Trmksh.

 

anything