Bagaimana saya bisa mengatakan seseorang "dibohongi" sementara saya sendiri belum merealisasikan ajaran, juga tidak mampu membuktikan "kebohongan" ajaran lain?
Kalau dari sudut pandang saya, ada dua jenis orang: yang bisa melihat dhamma dan yang tidak bisa melihat dhamma. Jika seseorang bisa melihat dhamma, alangkah baiknya dia mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin yang ia lihat. Bagi yang tidak bisa melihat dhamma, alangkah baiknya dia tidak menambah keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin yang sudah ada.
Jadi, jika seseorang tidak bisa melihat suatu kebenaran sebagai kebenaran, ia akan bergembira dalam kebohongan dan ilusi. Tidak ada yang bisa saya lakukan tentang hal itu. Tetapi setidaknya jika ia berbahagia dan tidak menambah kebencian dan dendam, saya pun berbahagia untuknya, ketimbang ia bergembira dalam kebohongan dan ilusi ++ benci & dendam.
saudara kaiyin,
kalau anda belum merealisasikan itu hak anda, tapi kenapa anda bisa mengatakan protes akan cara saya?...kalau bs sebagai bahan koreksi saya minta kutipan dari cara saya yang salah dimata anda.
masalah kutipan "semoga semua makhluk berbahagia"
memang betul kata anda, tetapi sekarang mungkin posisi saya dan anda berbeda...saya mungkin merealisasikan beberapa kebenaran sebagai kebenaran dan ilusi sebagai ilusi...
jika anda sebagai saya, mengetahui seseorang itu berbahagia karena di bohongi...
salahkah jika berniat mengutarakan kebenaran pada dirinya? > saya rasa tidak salah...tergantung sikon (situasi dan kondisi pada waktu itu)
saya jadi teringat percakapan buddha dengan pangeran ( well walau tidak seperti asli nya, ini kira-kira lah soalnya juga lupa-lupa ingat ), mengenai bayi...
jika ada Bayi menelan sebuah biji besar yang dapat membuat nya mati menderita, dengan cara apakah pangeran menolong-nya....
dengan memasukkan jari atau tangan saya..
kemudian buddha berkata, tetapi itu akan membuat bayi tersebut menderita....
pangeran kemudian berkata, tetapi saya lakukan itu bukan dengan kebencian, tetapi sebagai metta.
buddha pun berkata,...........................
kadang-kadang seperti terjadi pada upali dan nigantha,upali memang tidak berniat mencelakai guru-nya....akan tetapi karena pandangan konsep yang bertolak belakang....kadang memang tidak menutup kemungkinan terjadi hal-hal itu..
sama hal nya membahas dhamma dan ajaran lain.....walau katanya telah mencari kebenaran bukan pembenaran tidak menutup adanya emosi atau lainnya keluar..
akan tetapi dilakukan itu bukan semata-mata demi kesombongan....
jadi yang anda katakan bahwa tidak berbuat apa-apa...oke-oke saja..
tetapi yang saya katakan bahwa berbuat sesuatu...saya rasa oke-oke saja.....
saudara kaiyin,perumpamaan anda tentang pelangi itu
perumpamaan secara samuthi...jelas saja bagi semua orang berbeda-beda....
saya sependapat dengan saudara bond,
salam metta.