Bandingkan dengan M: Setelah mendapat wangsit di gua Hira yang menurut Anda seharusnya telah tercerahkan dan menyebarkan Islam di Mekkah, setelah kematian Khadijah apa yg M perbuat? Semua kelakuan yg jelas dalam perspektif buddhis -- apalagi menurut sang Buddha -- adalah tidak valid sbg kelakuan seorang suci. Tidak perlu saya post kan hal2 yg mungkin menjurus ke SARA?
tak perlu sungkan untuk memposting kesalahan fahaman dan kesalahan kesimpulan anda di sini. Toh itu bagi diri anda sendiri, bukan buat saya. Saya menjunjung tinggi sang Budha dan ajarannya. Demi diriku yang telah merasakan pencerahan di dalam ajaran beliau. Tetapi, bila anda ingin menghina nabi kami, karena anda tidak pernah tahu bagaimana cara menyelami kebenaran ajaran Muhammad , maka itu terserah anda saja.
Sejak zaman dulu hingga sekarang, konspirasi tentang kejahatan dan kegilaan Muhammad selalu ada. Sang Budha berkata, "tidak ada manusia yang tidak pernah dipersalahkan."
konspirasi yang membuat Muhammad dianggap gila dan jahat, tidak hanya terjadi pada abad ini melainkan terjadi sejak zaman nabi muhammad itu sendiri. Dan konspirasi itu tidak berhenti hingga zaman sekarang.
Pada zaman nabi Muhammad ramai orang-orang kafir membicarakan bahwa Muhammad itu gila. Kabar itu sampailah ke telinga seorang tabib dari kalangan Bani Tsaqifah. Tabib tersebut merasa kasihan kepada Muhammad, sehingga ia menempuh perjalanan jauh untuk bertemu Muhammad, ingin mengobati kegilaannya.
Setelah bertemu dengan Muhammad, Tabib tersebut berkata, "Jika kamu gila, maka aku akan mengobatimu."
"aku tidak membutuhkan pengobatan mu. Apakah kamu membutuhkan sebuah bukti?"
"Ya", jawab Tabib tersebut.
"lihatlah pohon kurma itu." kata Nabi. Kemudian Muhammad memanggil pohon kurma tersebut. Seketika itu juga pohon kurma menghampirinya. Si Tabib merasa heran dan takjub.
Tabib itu berkata, "Apakah kamu dapat membuat pohon ini kembali ke tempatnya?"
Muhammad memerintahkan pohon tersebut kembali ke tempatnya. Dan pohon itupun kembali ke tempatnya semula.
walaupun demikian nyata mukjizat nabi diperlihatkan kepada kaum kafir, maka mereka tetap saja mengingkari. Terhadap mukjizat muhammad yang mereka lihat, mereka akan berkata, "ini adalah sihir yang nyata." dan menganggap Muhammad bersekutu dengan iblis yang pandai bermain sihir. Mereka sendiri yang meminta agar mukjizat diperlihatkan kepada mereka. Tetapi ketika mukjizat diperlihatkan, mereka tetap ingkar.
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.(Q.S 2:6)
karena kerasnya konspirasi tentang kegilaan Muhammad, sampai-sampai Allah swt menurunkan ayat sebagai berikut :
tidak ada penyakit gila sedikit pun pada Muhammad (kawanmu itu). Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (kaum kafir menghadapi) adzab yang keras(Q.S 34:46)
konspirasi tentang kegilaan Muhammad itu terus menyebar hingga ke Yunani, negeri yang jauh. Berita ini sampai ke telinga seorang filsuf dan Tabib Yunani. Seperti Tabib Bani Tsaqifah tadi, Tabib Yunani itupun tergerak untuk menempuh perjalanan jauh, demi mengobati Muhammad.
Tetapi, waktu itu Muhammad telah meninggal. Ia menanyakan tentang Muhammad, dan orang-orang mengatakan bahwa beliau telah wafat. Tetapi kemudian ia melihat seorang laki-laki yang wajahnya pucat dan kakinya lemah. Maka Tabib tersebut bertanya, "Siapakah pria ini?"
"itu adalah Abal Hasan, Sahabat dan menantu Muhammad."
maka Tabib itu mendatangi Imam Ali (Abal Hasan), dan berkata, "wahai Abal Hasan, telah sampai berita kepadaku tentang kawanmu yang gila. Aku datang untuk mengobatinya. Aku mencarinya, tetapi dia telah meninggal. kini aku melihat wajahmu pucat dan kakimu lemah. Biar aku mengobati mu.
Imam Ali tidak menerima tawaran obat dari Tabib tersebut, melainkan meminta racun yang menurut si Tabib dapat membunuh seorang manusia dalam waktu cepat. Si Tabib memberikan racun tersebut, dan Imam Ali menelannya. Si Tabib gemetaran, karena ia yakin bahwa racun itu akan membunuh Abal Hasan, hingga Tabib itu memejamkan matanya, takut melihat apa yang akan terjadi.
"bukalah matamu!" kata Imam Ali.
Tabib tersebut sangat heran, ketika melihat Imam Ali baik-baik saja.
Dan Imam Ali menunjukan bukti-bukti lain bahwa dirinya memang tidak membutuhkan pengobatan Tabib tersebut. Tabib tersebut bertanya, "Apakah Muhammad dapat melakukan seperti yang anda lakukan?"
Imam Ali menjawab, "Kepandaianku tak lain adalah kepandaianya. Kekuatanku tak lain adalah kekuatannya." Kemudian beliau menceritakan tentang kisah Tabib dari Bani Tsaqifah yang pernah mendatangi muhammad karena ingin mengobatinya sebagaimana yang diinginkan oleh Tabib Yunani tersebut.
Lihat dalam : Untaian Kecerdasan Imam Ali, hal 75.