//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Logika Umat Budhis  (Read 57201 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #105 on: 07 July 2010, 02:16:03 PM »
pertanyaannya, apakah setiap orang yang menambah istri itu hanya karena keinginannya sendiri? Jika "ya", kemukankanlah argumentasinya di sini!

Setiap detik dalam hidup kita, kita selalu dihadapkan kepada pilihan, kiri atau kanan, jalan atau berhenti, ambil atau tidak, terkadang dua pilihan, terkadang banyak pilihan. Namun tidak pernah tanpa pilihan. Hidup adalah memilih dan memutuskan.

Orang yg bunuh diri, selalu mempunyai pilihan untuk terus hidup atau membunuh dirinya.
Apalagi soal istri, kita selalu mempunyai pilihan: mengambil si wanita sebagai istri atau mengambil kemungkinan2 lainnya.

Apalagi seseorang seperti Muhammad yg sangat powerful, tidak ada yg bisa memaksa Beliau untuk mengambil banyak wanita menjadi istri. Beliau yg memutuskan sendiri. Beliau bahkan pada masa2 itu berkuasa untuk membuat banyak peraturan.

::



Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #106 on: 07 July 2010, 02:18:52 PM »
Quote from: deva19
Nabi Muhammad itu orang yang mencapai kesucian tertinggi.

Quote from: kutho
Dari mana premis-premisnya?

Quote from: hokben
bro deva19, pertanyaan ini terlewatkan atau sengaja dilewatkan?

terlewatkan. Sebenarnya, di thread lainnya saya sudah menjelaskan argumentasinya. Argumentasinya sebagai berikut :

Muhammad mencapai kesucian tertinggi

karena…

muhammad adalah yang telah mencapai nibbana

sedangkan…

setiap yang mencapai nibbana adalah yang telah mencapai kesucian tertinggi

muhammad adalah yang telah mencapai nibbana"

premis ini darimana ya?
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #107 on: 07 July 2010, 02:19:27 PM »

Anda punya 1 gelas air gula, yang tentu rasanya manis. Sehingga anda dapat menyatakan "segelas air gula tersebut rasanya manis".

Lalu, anda pindahkan 1/2 gelas ke gelas lainnya. Dan tentu saja, 1/2 gelas air gula itupun tetap rasanya manis. Oleh karena itu dapat anda nyatakan "1/2 gelas air gula tersebut rasanya manis". Tapi itu jangan ditafsirkan "berarti setengahnya lagi pahit".

Ini tidak berbeda dengan sang Buddha menyatakan bahwa pembunuhan adalah tercela. Bukan berarti boleh Anda tafsirkan karena tidak dikatakan "semua pembunuhan" berarti ada sebagian pembunuhan yang terpuji.

ya, betul bro. dalam literatur Islam, ada nabi yang mempunya istri lebih banyak, yaitu nabi dawud a.s .istrinya 100 orang, bro!

Tapi sebagaimana telah saya pertanyakan, mana yang benar :

1. pencerahan terhalangi oleh status kepemilikan
2. pencerahan terhalangi oleh kemelekatan
3. pencerahan terhalangi oleh nafsu seks

????

So what? Mau punya istri 1000 juga ngga masalah. Itu terserah si daudnya aja sepanjang dia sanggup. Itu bagian dr keyakinan Islam, sampai di situ umat buddha akan menghormati keyakinan muslimin. Yang menjadi masalah kan kalau kemudian mencoba menyama-nyamakan tanpa dasar yang jelas dan kuat.. Nabi M sendiri mengatakan 'la qum dinuqum waliyadin'. Jadi jalani aja jalan masing-masing ok?

Menjawab pertanyaan Anda:
Pencerahan (kearahatan) terhalangi oleh ke-3nya: status kepemilikan, kemelekatan dan hawa nafsu (bukan sekedar nafsu seks belaka)!
appamadena sampadetha

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #108 on: 07 July 2010, 02:37:28 PM »
Quote from: jerry
Ini tidak berbeda dengan sang Buddha menyatakan bahwa pembunuhan adalah tercela. Bukan berarti boleh Anda tafsirkan karena tidak dikatakan "semua pembunuhan" berarti ada sebagian pembunuhan yang terpuji.

ah... tapi kapan saya menafsirkan ajaran sang Budha bahwa karena beliau tidak menyatakan semua pembunuhan tercela, lalu saya anggap sang budha menyatakan "sebagian pembunuhan terpuji" ? tidak, bro. seumur hidup saya tidak pernah menyatakan demikian.

adapun, bila saya pernah menyatakan bahwa "sebagian pembunuhan itu terpuji", itu bukan menafsirkannya dari ajaran yang budha.

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #109 on: 07 July 2010, 02:38:28 PM »
BUDDHA bro.. not budha.. :P
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #110 on: 07 July 2010, 02:40:42 PM »
Quote from: jerry
So what? Mau punya istri 1000 juga ngga masalah. Itu terserah si daudnya aja sepanjang dia sanggup. Itu bagian dr keyakinan Islam, sampai di situ umat buddha akan menghormati keyakinan muslimin. Yang menjadi masalah kan kalau kemudian mencoba menyama-nyamakan tanpa dasar yang jelas dan kuat.. Nabi M sendiri mengatakan 'la qum dinuqum waliyadin'. Jadi jalani aja jalan masing-masing ok?

anda belum menyelami argumentasi saya dengan benar. lalu bagaimana sudah menyimpulkan semua itu "tanpa argumentasi yang kuat" ? kalau itu sekedar keyakinan anda, tanpa suatu aturan yang jelas bagaimana menentukan mana yang disebut argumentasi yang jelas dan mana yang bukan, nanti semua orang juga bisa bisa ngecap argumentasi semua orang itu lemah, tanpa kaidah, tanpa norma dan tanpa aturan yang diterapkan.

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #111 on: 07 July 2010, 02:46:06 PM »
Quote from: jerry
Menjawab pertanyaan Anda:
Pencerahan (kearahatan) terhalangi oleh ke-3nya: status kepemilikan, kemelekatan dan hawa nafsu (bukan sekedar nafsu seks belaka)!

anda belum sadar, padahal sdr. Reenzia sudah menyadari bahwa pencerahan tidak terhalangi oleh status kepemilikan. ketika Sang Budha mendapat pencerahan dibawah pohon bodhi, sebenarnya status beliau memiliki anak dan istri, ia adalah seorang ayah dan seorang suami.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #112 on: 07 July 2010, 02:51:44 PM »

Ini bahaya sekali. Nanti saya jelaskan: "saya tidak tertarik secara seksual kepada pria." Karena saya memang seorang heteroseksual.
Nanti Bro Deva19 bilang, "Bro Kainyn tidak mengatakan tidak tertarik secara seksual pada semua pria." Ini mengindikasikan saya ada tertarik secara seksual pada sebagian pria. Habislah reputasi saya.


reputasi anda masih 129 kok  :))
:)) Kalau angka reputasi di sini sih ga masalah. Kalau di dunia nyata bahaya tuh..


Malah nambah   :))
Iya, terima kasih pada siapapun yang barbaik hati.  :D

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #113 on: 07 July 2010, 02:59:12 PM »
Quote
‘Ini, para bhikkhu, adalah hal-hal mendasar, persoalan kecil dari praktik moral4 bagi orang-orang biasa5 untuk memuji Sang Tathàgata.6 Dan apakah hal-hal mendasar, persoalan kecil ini bagi orang-orang biasa untuk memuji Beliau?’
[Bagian singkat tentang Moralitas]7
[4] 1.8. ‘“Menghindari pembunuhan, Petapa Gotama berdiam dengan menjauhi8 pembunuhan, tanpa tongkat atau pedang, cermat, penuh belas kasih, bergerak demi kesejahteraan semua makhluk hidup.” Demikianlah orang-orang biasa akan memuji Sang Tathàgata. “Menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, Petapa Gotama berdiam dengan menjauhi mengambil apa yang tidak diberikan, hidup murni, menerima apa yang diberikan, menunggu apa yang diberikan, tanpa mencuri. Menghindari ketidaksucian, Petapa Gotama hidup jauh darinya, jauh dari praktik kehidupan sosial hubungan seksual. 9”’

9Brahmacariyà. adalah cara hidup suci yang tertinggi, yaitu hidup selibat. Dighanikaya-Atthakata menunjukkan bahwa hal ini termasuk menjauhi segala bentuk perilaku erotis selain hubungan seksual.

DN 1.1.9
Brahmajàla Sutta
Digha Nikaya, Sutta Pitaka

Quote
Dan memiliki pengikut yang murni,
Yang giginya rata terlihat seperti bulu sayap burung.
Sebagai raja, para pelayannya yang murni akan
Tunduk pada perintahnya, raja mereka.
Tanpa dipaksa, mereka akan
Bekerja demi kegembiraan dan kesejahteraan umum.
Tetapi jika ia berdiam, sebagai seorang pengembara,
Bebas dari kejahatan, semua nafsu ditaklukkan,
Menarik terbuka selubung; dengan kesakitan
Dan keletihan semua lenyap, ia akan melihat
Alam ini dan alam berikutnya, dan di sana
Orang-orang biasa dan yang meninggalkan keduniawian, yang berkumpul
Untuk menyingkirkan, seperti yang ia ajarkan,
Hal-hal kotor, hal-hal jahat yang ia cela.
Demikianlah para pengikutnya menjadi murni,
Karena ia mencabut keluar dari hati mereka
Kondisi-kondisi jahat dan kotor.”’

DN 30.2.31
Lakkhana Sutta, Digha Nikaya, Sutta Pitaka
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #114 on: 07 July 2010, 03:09:48 PM »

Quote
2. "Para bhikkhu, sebelum saya mencapai penerangan sempurna, ketika saya masih seorang Bodhisatva yang belum mencapai penerangan sempurna, terpikir olehku : 'Seandainya saya membagi pikiranku menjadi dua bagian?' Kemudian aku mulai menerapkan satu sisi pemikiran dengan keinginan-keinginan nafsu (kama), berpikir dengan kemauan jahat (byapada) serta berpikir dengan kekejaman (vihimsa), dan aku menerapkan sisi pemikiran yang lain dengan meninggalkan pemuasan nafsu indera (nekhamma), berpikir tanpa kemauan jahat (abyapada) serta berpikir tanpa kekejaman (avihimsa).

3. "Sementara saya hidup seperti itu, rajin, tekun dengan keteguhan hati, sebuah pikiran keinginan nafsu (kama) muncul kepadaku. Saya mengerti : 'Pikiran keinginan nafsu muncul padaku. Hal ini mengarah pada penderitaanku, penderitaan orang lain dan penderitaan kedua pihak; hal ini menghambat kebijaksanaan, menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah mencapai nibbana.' Ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaanku sendiri,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan orang lain,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan kedua pihak,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya mempertimbangkan: 'Ini menghambat kebijaksanaan, menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah mencapai nibbana,' hal itu mereda dalam diriku. Bilamana ada pikiran keinginan nafsu muncul dalam diriku, saya meninggalkannya, memindahkannya dan melenyapkannya.

...
6. "Para bhikkhu, apapun yang sering dipikir atau direnungkan oleh seorang bhikkhu, itu akan menjadi kecenderungan pikirannya. Bilamana ia sering memikirkan dan merenungkan pikiran nafsu indera, (berarti) ia telah meninggalkan 'pikiran pemuasan nafsu indera' (nekkhamma), mengembangkan pikiran keinginan nafsu, dan pikirannya cenderung pada pikiran keinginan nafsu. Bilamana ia sering memikirkan dan merenungkan pikiran kemauan jahat (byapada), (berarti) ia telah meninggalkan 'pikiran tanpa kemauan jahat (abyapada)', mengembangkan pikiran keinginan nafsu, dan pikirannya cenderung pada pikiran kemauan jahat. Bilamana ia sering memikirkan dan merenungkan pikiran kejam (vihimsa), (berarti) ia telah meninggalkan 'pikiran tanpa kekejaman (avihimsa)', mengembangkan pikiran keinginan nafsu, dan pikirannya cenderung pada pikiran kejam.
....
8. "Para bhikkhu, sementara saya rajin, tekun dengan keteguhan hati, 'pikiran bebas dari keinginan pemuasan nafsu' (nekkhamavitakka) muncul dan saya mengerti: 'Pikiran bebas dari keinginan pemuasan nafsu. Pikiran ini tidak mencelakakan saya, tidak mencelakakan orang lain, juga tidak mencelakakan saya maupun orang lain. Pikiran ini (memotivasikan) perkembangan kebijaksanaan (panna), tidak menyebabkan kesedihan, namun mengarah pada pencapaian nibbana (nibbanasamvattanika).'

Para bhikkhu, walaupun di waktu malam saya berpikir maupun merenung, saya tidak menemukan bahaya yang muncul dari 'pikiran bebas dari keinginan pemuasan nafsu indera'. Begitu pula, di waktu siang saya berpikir maupun merenung, saya tidak menemukan bahaya yang muncul dari 'pikiran bebas dari keinginan pemuasan nafsu'. Demikian pula, di waktu siang maupun malam ketika saya berpikir atau merenung, saya tidak menemukan bahaya yang muncul dari 'pikiran bebas dari keinginan pemuasan nafsu'.
...

14. Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap, dan mencapai ketenangan, saya mengarah batin (citta) pada 'pengetahuan tentang pelenyapan kotoran batin' (asavanamkhayanana). Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah sebab Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah lenyapnya Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Jalan untuk melenyapkan Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah sebab kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah lenyapnya kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Jalan untuk melenyapkan kekotoran-kekotoran batin."

Ketika saya mengetahui dan melihat seperti itu, batinku terbebas dari 'kekotoran-batin nafsu indera' (kamasava), 'kekotoran-batin untuk menjadi' (bhavasava) dan 'kekotoran-batin kebodohan' (avijjasava). Ketika terbebas, muncul pengetahuan: 'telah terbebas'. Saya memiliki pengetahuan: "Kelahiran telah dilenyapkan, kehidupan suci telah direalisasi, apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada lagi sesuatu di seberang sana."

Inilah pengetahuan ketiga yang saya capai pada masa ketiga di malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan (vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya bersinar. Begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat dan waspada.
...
16. Para bhikkhu, demikianlah saya telah membuka Jalan Mulia yang aman, damai dan meyenangkan, serta telah menutup Jalan Salah, dan telah membuang umpan Nandiraga, nafsu kemelekatan, juga telah melenyapkan betina pemikat, kebodohan, Avijja. Apapun yang harus dilakukan berdasarkan kasih sayang oleh seorang guru yang berkeinginan untuk mensejahterakan para siswanya, hal itu telah saya lakukan demi kasih sayangku pada kamu sekalian. Para bhikkhu, di sini banyak naungan pohon, tempat yang tenang, bermeditasilah. Jangan lalai (pamadattha), agar tidak menyesal nanti. Inilah pesanku pada kamu sekalian."

DVEDHAVITAKKA SUTTA
Sutta Pitaka Majjhima Nikaya

Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #115 on: 07 July 2010, 03:12:20 PM »
Bila seseorang hidup lengah,
maka nafsu keinginan tumbuh,
seperti tanaman Maluwa yang menjalar.
Ia melompat dari satu kehidupan ke kehidupan lain,
bagaikan kera yang senang mencari buah-buahan di dalam hutan. (334)

Dalam dunia ini,
siapapun yang dikuasai oleh nafsu keinginan rendah dan beracun,
penderitaannya akan bertambah seperti rumput Birana
yang tumbuh dengan cepat karena disirami dengan baik. (335)

Tetapi barangsiapa dapat mengatasi nafsu keinginan
yang beracun dan sukar dikalahkan itu,
maka kesedihan akan berlalu dari dalam dirinya,
seperti air yang jatuh dari daun teratai (336)

Kuberitahukan hal ini kepadamu:
Semoga engkau sekalian yang telah datang berkumpul di sini memperoleh kesejahteraan!
Bongkarlah nafsu keinginanmu,
seperti orang mencabut akar rumput Birana yang harum.
Jangan biarkan Mara menghancurkan dirimu berulang kali,
seperti arus sungai menghancurkan rumput ilalang yang tumbuh di tepi. (337)

Dhammapada, bait 334-337


pencerahan terhalangi oleh nafsu indra dan kemelekatan, dan lain-lain (keakuan, ketamakan, kebencian, dan banyak lagi saudaranya)
Kalau yg sudah tercerahkan sudah mencabut sampai ke akarnya, jadi sudah tidak ada nafsu indra
otomatis dia udah gak nafsu sama cewek
« Last Edit: 07 July 2010, 03:15:03 PM by xenocross »
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #116 on: 07 July 2010, 03:35:55 PM »
Argumentasinya sebagai berikut :

Muhammad mencapai kesucian tertinggi

karena…

muhammad adalah yang telah mencapai nibbana

sedangkan…

setiap yang mencapai nibbana adalah yang telah mencapai kesucian tertinggi
Pertama-tama, pencapaian kesucian seseorang, hanya diketahui secara pasti oleh dirinya dan seorang Samma Sambuddha. Sehingga pernyataan Muhammad telah mencapai nibbana tentunya tidak lebih dari dugaan pribadi.


Dalam Tevijja Sutta, Buddha menjelaskan tentang "kesamaan" Brahmana jaman sekarang  dan Brahma.
Brahmana sekarang:
Terbebani istri dan harta
penuh kebencian & permusuhan
tidak disiplin

Brahma:
Tidak terbebani istri dan harta
tanpa kebencian & permusuhan
disiplin

Melihat hal tersebut, maka bergabungnya Brahmana dan Brahma adalah mustahil.

Sekarang kita lihat perbandingan kasar lainnya.

Muhammad
-terikat istri dan harta
-membalas pedang dengan pedang, boleh menumpahkan darah kafir

Buddha
-tidak terikat istri dan harta
-tidak membalas pedang dengan pedang, bertahan seperti gajah bertahan dari hujan panah

Dari logika sederhana ini kita bisa melihat jalan yang mereka lalui adalah bukan jalan yang sama. Dengan berbedanya jalan, maka hasil yang diharapkan pun tidaklah sama.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #117 on: 07 July 2010, 03:44:13 PM »
LOCKED atau KARANTINA Thread ini, karena sudah membahas "sesuatu yang sensitif" dan tidak ada korelasi-nya dengan ajaran.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #118 on: 07 July 2010, 03:50:21 PM »
ada toh... Sang Jalan disamakan dgn jalan lain, ini perlu diluruskan

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #119 on: 07 July 2010, 05:34:22 PM »
Bro Deva yang baik, kalau tidak salah saya membaca tulisan bro Deva yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah mencapai kesucian tertinggi dan Nabi Muhammad telah mencapai Nibbana?

Boleh tahu dimana ayatnya dalam Al Qur'an maupun Hadits?

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

 

anything