//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Logika Umat Budhis  (Read 57168 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #120 on: 07 July 2010, 06:15:12 PM »
Syllogism in the history of logic

Main article: History of Logic
Syllogism dominated Western philosophical thought until The Age of Enlightenment in the 17th Century. At that time, Sir Francis Bacon rejected the idea of syllogism and deductive reasoning by asserting that it was fallible and illogical[4]. Bacon offered a more inductive approach to logic in which experiments were conducted and axioms were drawn from the observations discovered in them.
In the 19th Century, modifications to syllogism were incorporated to deal with disjunctive ("A or B") and conditional ("if A then B") statements. Kant famously claimed that logic was the one completed science, and that Aristotelian logic more or less included everything about logic there was to know. Though there were alternative systems of logic such as Avicennian logic or Indian logic elsewhere, Kant's opinion stood unchallenged in the West until 1879 when Frege published his Begriffsschrift (Concept Script). This introduced a calculus, a method of representing categorical statements — and statements which are not provided for in syllogism as well — by the use of quantifiers and variables. This led to the rapid development of sentential logic and first-order predicate logic subsuming syllogistic reasoning which was, therefore, after 2000 years, suddenly considered obsolete by many. The Aristotelian system is explicated in modern fora of academia primarily in introductory material and historical study.
One notable exception to this modern relegation, however, is the continued application of the intricate rules of Aristotelian logic, as taught by St. Thomas Aquinas, in the Roman Curia's Congregation for the Doctrine of the Faith, and the Apostolic Tribunal of the Roman Rota
.

http://en.wikipedia.org/wiki/Sylogism

Syllogisme dalam sejarah logika

Artikel utama: sejarah logika
Syllogisme mendominasi pemikiran filosfis barat hingga jaman pencerahan di abad ke 17. pada saat itu, Sir Francis Bacon menolak ide syllogism dan logika deduktif dengan bersikeras bahwa hal itu salah dan tak logis. Bacon menwarkan pendekatan yang lebih induktif dalam hal itu eksperimen dilakukan dan aksioma disimpulkan dari hasil observasi yang didapatkan.
 
pada abad ke 19, modifikasi terhadap syllogisme dilakukan dengan menambahkan disjunktif ("A atau B") dan pernyataan kondisional ("jika A maka B").  Pernyataan Kant yang terkenal bahwa logika adalah ilmu yang komplit, dan bahwa logika Aristoteles lebih atau kurang mencakup semua hal yang perlu diketahui mengenai logika.

Walaupun ada berbagai sistem logika alternatif seperti logika Avicennian atau logika India di berbagai tempat, pendapat Kant tetap teguh tanpa ada yang sanggup menentangnya di Barat, hingga tahun 1879 ketika Frege mempublikasikan "Begriffsschrift" (skrip konsep)nya. Ini memperkenalkan kalkulus, sebuah metode yang merepresentasikan pernyataan kategori - dan pernyataan-pernyataan lain yang juga tidak tersedia dalam syllogisme - dengan menggunakan variabel dan kuantifikasi

Ini mendorong perkembangan pesat logika sentensial. dan predikat orde pertama subsuming penalaran logika silogisme (first-order predicate logic subsuming syllogistic reasoning) selama 2000 tahun, secara tiba-tiba dianggap kuno oleh banyak orang. Sistem Aritoteles di dunia modern diterangkan dalam dunia akademis terutama sebagai pengantar dan studi historis.

Satu pengecualian yang perlu dicatat dalam penyerahan/relegasi modern, adalah penggunaan yang berlanjut hukum-hukum rumit logika Aristoteles, sebagaimana yang diajarkan oleh St. Thomas Aquinas, dalam persamuan Curia Romawi terhadap doktrin kepercayaan, dan pengadilan rasul dari Rota Romawi.
 
_/\_
« Last Edit: 07 July 2010, 06:18:39 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #121 on: 07 July 2010, 06:35:53 PM »
gua gak yakin nabi m masuk surga, kalau gak buat apa itu doa salawat nabi?

Kita semua ngak tau, Nabi M terlahir di alam mana. Yang pasti menurut kepercayaan umat islam Nabi M masuk surga.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #122 on: 07 July 2010, 06:45:38 PM »
gua gak yakin nabi m masuk surga, kalau gak buat apa itu doa salawat nabi?

Kita semua ngak tau, Nabi M terlahir di alam mana. Yang pasti menurut kepercayaan umat islam Nabi M masuk surga.
itu hak mereka.. gw sebagai umat Buddha juga tidak mau berkomentar mengenai Nabi Muhammad masuk surga / tidak.. Cuma gw akan berkomentar jika dikatakan Nabi Muhammad telah parinibbana menurut versi Buddhisme.
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #123 on: 07 July 2010, 06:55:14 PM »
Nabi M = Buddha = Sulit untuk terima.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #124 on: 07 July 2010, 06:55:44 PM »
walaupun demikian, tidak sepatutnya kita mengatakan bahwa sang Budha menyatakan "semua yang melakukan hubungan seks tidak bisa mencapai pencerahan sempurna". sebab, jika hal itu kita katakan, berarti kita tlah membuat kebohongan atas nama ajaran sang Budha.

memang tidak sepatutnya itu...karena dg melakukan hubungan seks bukan berarti tak bisa mencapai pencerahan sempurna...TAPI JIKA MASIH MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS PASTI BELUM MENCAPAI PENERANGAN SEMPURNA...

intinya : salah satu tanda telah mencapai penerangan sempurna adalah tidak lagi melakukan hubungan seksual

menurut saya, jika nabi M masih melakukan hubungan seksual berarti ia BELUM mencapai penerangan sempurna, bukannya TIDAK BISA
« Last Edit: 07 July 2010, 06:57:16 PM by Reenzia »

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #125 on: 07 July 2010, 06:59:36 PM »
Quote from: reenzia
cm sekedar memenangkan ego dg menggagalkan statement
"setiap yang memiliki istri berarti yang masih memiliki LDM"
sampai disitu memang benar
tapi sayang sekali sodara-sodara kurang memperhatikan aspek waktu
dalam pembahasan ini

bagaimana jika "setiap yang telah tercerahkan tidak lagi menambah istri" :D ??
ato "setiap yang masih menambah istri berarti masih ada LDM"

semua itu harus jelas argumentasinya. Tanpa argumentasi, tanpa asal usul suatu pemikiran, dapat dicurigai sebagai khayalan.

menambah istri >> masih memiliki keinginan >> lobha >> belum tercerahkan
Quote from: Reenzia
walaupun SEBELUM terlepas dari LDM sudah memiliki istri...
tapi bukankah jika SETELAH terlepas dari LDM, maka tak lagi memiliki keinginan menambah istri?
apa lagi berhubungan badan…

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17107.msg274708.html#msg274708

pertanyaannya, apakah setiap orang yang menambah istri itu hanya karena keinginannya sendiri? Jika "ya", kemukankanlah argumentasinya di sini!

jika ternyata itu adalah keinginan org lain, berarti ia berkeinginan memenuhi keinginan org lain
lagian 'istri/suami' itu kan hanya status...tergantung gimana pribadinya itu sendiri memandangnya...
mungkin aja dipaksakan menikah << contohnya, tapi jika org tersebut merasa memang dipaksa menikah dan memang merasa bertanggung jawab dll dll sebagai suami, berarti masih melekat donk?

qta gk perlu ngmgin status dlm msyarakat deh, soalnya kan pandangan org bs beda2
contohnya...pernikahan oleh org pedalaman, tentu tak ada surat nikah, apa itu sah secara hukum? tidak tentunya...tp apa itu sah bagi masyarakat mrk? tentu iya kan?

nah yg saya mksd disini itu bagaimana pribadi itu melihat hal tersebut, apakah dy masih merasa melekat dan memiliki tanggung jawab sosial dll pada org lain ato bahkan pada diri sendiri? walaupun status 'suami' itu pun dipaksa untuk melekat pada dirinya??
jika iya maka masih disebut melekat

tingkat kesucian seseorang tak bergantung pada status nya dalam masyarakat [suami/istri/janda/duda/single], profesi [pendeta/bhikku/pengacara/presiden], atau apapun itu yg mengkotakkan dia pada salah satu atau banyak
tapi pada bagaimana ia menyadari dan menyikapi fenomena dunia ini
« Last Edit: 07 July 2010, 07:12:26 PM by Reenzia »

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #126 on: 07 July 2010, 08:09:02 PM »
Quote from: Reenzia
walaupun SEBELUM terlepas dari LDM sudah memiliki istri...
tapi bukankah jika SETELAH terlepas dari LDM, maka tak lagi memiliki keinginan menambah istri?
apa lagi berhubungan badan…

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17107.msg274708.html#msg274708

pertanyaannya, apakah setiap orang yang menambah istri itu hanya karena keinginannya sendiri? Jika "ya", kemukankanlah argumentasinya di sini!
Ya juga tergantung adiknya yg dibawah... kalau adiknya sakit2an dan lemot gw rasa paling2
nambah suster... bukan nambah isteri gitu lho bro...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #127 on: 07 July 2010, 08:22:11 PM »
Quote from: Johan
Lagi melirik bro Deva19 menyuguhan judul....

Cara mudah Menjadi kaya dgn berpikir LOGIS!

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17107.msg274698.html#msg274698

ha..ha…ha…

boro-boro jadi kaya bro…

di Bandung, saya menyelenggarakan kursus ilmu logika bagi para mahasiswa yang kost di daerah saya. Itu semua gratis.  Semua biaya saya yang nanggung, sampai konsumsi nya segala. Selain itu, saya juga telah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menyebarkan Logika Aristotelianism ini di berbagai forum diskusi, termasuk di sini.

Sementara yang lain memikirkan strategi jitu berbisnis dan menghabiskan waktu-waktunya untuk mengumpulkan rupiah. Sedangkan saya seringkali menghabiskan waktu untuk mempelajari pelajaran kuno, ilmu logika yang tercipta sejak 400 SM. Untunglah segitu juga, saya gak sampai jatuh miskin.
Mungkin bisa diajarkan **1 pada ibu2 yg anaknya kekurangan gizi...
kalau kekurangan gizi kelak gimana mereka dpt berpikir dgn baik?

**1 = menangulangin masalah finansial sehingga cukup menghidupkan anaknya dgn baik...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #128 on: 07 July 2010, 09:46:02 PM »
Quote from: jerry
Ini tidak berbeda dengan sang Buddha menyatakan bahwa pembunuhan adalah tercela. Bukan berarti boleh Anda tafsirkan karena tidak dikatakan "semua pembunuhan" berarti ada sebagian pembunuhan yang terpuji.

ah... tapi kapan saya menafsirkan ajaran sang Budha bahwa karena beliau tidak menyatakan semua pembunuhan tercela, lalu saya anggap sang budha menyatakan "sebagian pembunuhan terpuji" ? tidak, bro. seumur hidup saya tidak pernah menyatakan demikian.

adapun, bila saya pernah menyatakan bahwa "sebagian pembunuhan itu terpuji", itu bukan menafsirkannya dari ajaran yang budha.
Kapan? Jangan bertanya pd saya, tanyakan pd diri Anda sendiri. Ada begitu banyak thread yg Anda sudah terlibat di dalamnya dan mencari sampah di antara tumpukan sampah jelas tidak menarik minat saya.

Setelah menafsirkan dari ajaran yg bukan buddha, Anda lalu menghubungkan dan menyatakan bahwa Sang Buddha tidak pernah menyatakan "semua" pembunuhan adalah tercela. Oleh karenanya Anda mencoba memasukkan ide tersirat bahwa ada jenis2 pembunuhan yg tidak tercela ke dalam celah pernyataan Sang Buddha.

Saya tanyakan untuk jelasnya. Kalau begitu apa maksud dari Anda mengatakan "Sang Buddha tidak pernah menyatakan semua pembunuhan adalah tercela" jika bukan untuk membuat implikasi kalimat -- meski tidak Anda nyatakan secara nyata -- bahwa ada pembunuhan yang tidak tercela?
Anda bermain kata-kata di sini dan jujur, saya tidak akan meladeni diskusi dengan orang yang suka berputar-putar dan bermain kata-kata.

Quote from: jerry
So what? Mau punya istri 1000 juga ngga masalah. Itu terserah si daudnya aja sepanjang dia sanggup. Itu bagian dr keyakinan Islam, sampai di situ umat buddha akan menghormati keyakinan muslimin. Yang menjadi masalah kan kalau kemudian mencoba menyama-nyamakan tanpa dasar yang jelas dan kuat.. Nabi M sendiri mengatakan 'la qum dinuqum waliyadin'. Jadi jalani aja jalan masing-masing ok?

anda belum menyelami argumentasi saya dengan benar. lalu bagaimana sudah menyimpulkan semua itu "tanpa argumentasi yang kuat" ? kalau itu sekedar keyakinan anda, tanpa suatu aturan yang jelas bagaimana menentukan mana yang disebut argumentasi yang jelas dan mana yang bukan, nanti semua orang juga bisa bisa ngecap argumentasi semua orang itu lemah, tanpa kaidah, tanpa norma dan tanpa aturan yang diterapkan.

Loh.. Jelas tanpa argumentasi yang kuat. Argumen yang Anda buat hanya dengan mengambil 1 potong isi dari totalitas yg ada dan lalu mencoba membuat kesimpulan berdasarkan 1 potong isi itu. Sementara ada demikian banyak bukti berdasarkan buddhisme bahwa M tidak mencapai nibbana apalagi tingkat kesucian, apalagi dikatakan menikmati kebahagiaan tertinggi. Bukti pertama yang paling jelas saja dalam Quran tidak ditemukan kalimat bahwa "M telah mencapai nibbana, menjadi arahat atau setingkat Buddha." Ini semua hanya tafsiran bid'ah Anda belaka yang jika dibawa kpd umat muslim, mayoritas akan menyangkalnya. Mencoba membawa TAQIYYA kembali, eh sobat??

Quote from: jerry
Menjawab pertanyaan Anda:
Pencerahan (kearahatan) terhalangi oleh ke-3nya: status kepemilikan, kemelekatan dan hawa nafsu (bukan sekedar nafsu seks belaka)!

anda belum sadar, padahal sdr. Reenzia sudah menyadari bahwa pencerahan tidak terhalangi oleh status kepemilikan. ketika Sang Budha mendapat pencerahan dibawah pohon bodhi, sebenarnya status beliau memiliki anak dan istri, ia adalah seorang ayah dan seorang suami.
Status kepemilikan itu menurut Anda bagaimana definisinya? Haruskah sang Buddha sebelum mencapai pencerahan harus pergi ke pengadilan agama dulu untuk menggugat cerai istri-anaknya?
Status kepemilikan itu menurut Sang Buddha tergantung bagaimana pikiran itu sendiri bukan sekedar berdasarkan sertifikat atau apapun. Karenanya selama pikiran masih menganggap terhadap apapun bahwa 'Ini aku. Ini milikku. Ini adalah diriku' maka pencerahan tidak akan mungkin dan merintangi tercapainya pencerahan. Dan sejak Sang Buddha meninggalkan istana dan menjalani kehidupan petapa, beliau tidak lagi menganggap bahwa beliau memiliki kewajiban sbg seorang suami dan ayah dari sebuah keluarga yang harus beliau cukupi kebutuhan duniawinya. Peacemind bahkan sudah memberi contoh kasus dari seorang yg perumah tangga ketika mencapai anagami tidak lagi dapat berhubungan secara seksual.

Bandingkan dengan M: Setelah mendapat wangsit di gua Hira yang menurut Anda seharusnya telah tercerahkan dan menyebarkan Islam di Mekkah, setelah kematian Khadijah apa yg M perbuat? Semua kelakuan yg jelas dalam perspektif buddhis -- apalagi menurut sang Buddha -- adalah tidak valid sbg kelakuan seorang suci. Tidak perlu saya post kan hal2 yg mungkin menjurus ke SARA?

appamadena sampadetha

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #129 on: 08 July 2010, 08:09:58 AM »
Quote from: jerry
Menjawab pertanyaan Anda:
Pencerahan (kearahatan) terhalangi oleh ke-3nya: status kepemilikan, kemelekatan dan hawa nafsu (bukan sekedar nafsu seks belaka)!

anda belum sadar, padahal sdr. Reenzia sudah menyadari bahwa pencerahan tidak terhalangi oleh status kepemilikan. ketika Sang Budha mendapat pencerahan dibawah pohon bodhi, sebenarnya status beliau memiliki anak dan istri, ia adalah seorang ayah dan seorang suami.

Sebelum tercerahkan, Gotama memang berstatus suami orang.

Namun setelah Tercerahkan (menjadi orang suci), beliau meninggalkan keduniawian dan hidup selibat.

Nah, jika dibanding dengan Muhammad, apakah Beliau tercerahkan setelah meninggalkan ke istri2nya tsb? ataukah Beliau mengambil istri2 tsb setelah tercerahkan?

Disini terlihat jelas perbedaannya Bro...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #130 on: 08 July 2010, 08:47:44 AM »
Waktu jalan2 di ladang, ehhh...ketemu yg ini :

Quote
Menurut hadist,

Hadist riwayat Ath-Thabrani dari Sa’ad bin Junadah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ زَوَّجَنِي فِي الْجَنَّةِ مَرْيَمَ بِنْتَ عِمْرَانَ وَامْرَأَةَ فِرْعَوْنَ وَأُخْتَ مُوْسى عَلَيْهِ السَّلاَمِ
“Sesungguhnya Allah menikahkan aku di surga dengan Maryam binti Imran, istri Fir’aun (Asiyah), dan dengan (Kultsum) saudara perempuannya Musa ‘alaihissalam.”

Gimana yah teori logika19nya ? Dikepalanya itu hny dipenuhi dgn nafsu kawin mulu.
Itu pencerahan ?

Offline tuwino gunawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 272
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #131 on: 08 July 2010, 10:14:21 AM »
pernah baca bukunya ajahn brahm yang menulis, kurang lebih : "semua arahat adalah impoten"
impoten bukan karena gangguan organ seksual, tetapi sudah tidak berminat lagi pada yang namanya hubungan seksual (seperti yang telah diuraikan dengan jelas pada posting2 diatas).

bagaimana dengan mister M????

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #132 on: 08 July 2010, 10:20:27 AM »
Waktu jalan2 di ladang, ehhh...ketemu yg ini :

Quote
Menurut hadist,

Hadist riwayat Ath-Thabrani dari Sa’ad bin Junadah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ زَوَّجَنِي فِي الْجَنَّةِ مَرْيَمَ بِنْتَ عِمْرَانَ وَامْرَأَةَ فِرْعَوْنَ وَأُخْتَ مُوْسى عَلَيْهِ السَّلاَمِ
“Sesungguhnya Allah menikahkan aku di surga dengan Maryam binti Imran, istri Fir’aun (Asiyah), dan dengan (Kultsum) saudara perempuannya Musa ‘alaihissalam.”

Gimana yah teori logika19nya ? Dikepalanya itu hny dipenuhi dgn nafsu kawin mulu.
Itu pencerahan ?
Menurut logikanya Bro Deva19, belum tentu menikah itu karena keinginan sendiri. Berarti di sini bisa saja ditafsirkan dinikahkan oleh Allah. Saya tidak tahu apakah itu kawin paksa atau bukan, tetapi itu mengindikasikan: menurut Ajaran Buddha, Nabi Muhammad belum mencapai nibbana (karena masih terlahir di alam Sorga). Juga bukan terlahir di Alam Brahma karena masih menikah.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #133 on: 08 July 2010, 10:21:41 AM »
Waktu jalan2 di ladang, ehhh...ketemu yg ini :

Quote
Menurut hadist,

Hadist riwayat Ath-Thabrani dari Sa’ad bin Junadah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ زَوَّجَنِي فِي الْجَنَّةِ مَرْيَمَ بِنْتَ عِمْرَانَ وَامْرَأَةَ فِرْعَوْنَ وَأُخْتَ مُوْسى عَلَيْهِ السَّلاَمِ
“Sesungguhnya Allah menikahkan aku di surga dengan Maryam binti Imran, istri Fir’aun (Asiyah), dan dengan (Kultsum) saudara perempuannya Musa ‘alaihissalam.”

Gimana yah teori logika19nya ? Dikepalanya itu hny dipenuhi dgn nafsu kawin mulu.
Itu pencerahan ?
Menurut logikanya Bro Deva19, belum tentu menikah itu karena keinginan sendiri. Berarti di sini bisa saja ditafsirkan dinikahkan oleh Allah. Saya tidak tahu apakah itu kawin paksa atau bukan, tetapi itu mengindikasikan: menurut Ajaran Buddha, Nabi Muhammad belum mencapai nibbana (karena masih terlahir di alam Sorga). Juga bukan terlahir di Alam Brahma karena masih menikah.



mungkinkah Yakkha atau Asura?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika Umat Budhis
« Reply #134 on: 08 July 2010, 10:52:29 AM »
Waktu jalan2 di ladang, ehhh...ketemu yg ini :

Quote
Menurut hadist,

Hadist riwayat Ath-Thabrani dari Sa’ad bin Junadah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ زَوَّجَنِي فِي الْجَنَّةِ مَرْيَمَ بِنْتَ عِمْرَانَ وَامْرَأَةَ فِرْعَوْنَ وَأُخْتَ مُوْسى عَلَيْهِ السَّلاَمِ
“Sesungguhnya Allah menikahkan aku di surga dengan Maryam binti Imran, istri Fir’aun (Asiyah), dan dengan (Kultsum) saudara perempuannya Musa ‘alaihissalam.”

Gimana yah teori logika19nya ? Dikepalanya itu hny dipenuhi dgn nafsu kawin mulu.
Itu pencerahan ?
Menurut logikanya Bro Deva19, belum tentu menikah itu karena keinginan sendiri. Berarti di sini bisa saja ditafsirkan dinikahkan oleh Allah. Saya tidak tahu apakah itu kawin paksa atau bukan, tetapi itu mengindikasikan: menurut Ajaran Buddha, Nabi Muhammad belum mencapai nibbana (karena masih terlahir di alam Sorga). Juga bukan terlahir di Alam Brahma karena masih menikah.



mungkinkah Yakkha atau Asura?
Kalau tinjauannya menurut Agama Buddha, mungkin saja.


 

anything