DHAMMA VINAYA ADALAH GURU KITASekarang ini, ajaran-ajaran Sang Buddha sering disebut sebagai Tipitaka atau Tripitaka (Tiga Kumpulan), walaupun mereka disebut “Dhamma-Vinaya” oleh Sang Buddha di dalam khotbah-khotbahnya. Di Sutta Anguttara Nikaya 4.180, Sang Buddha secara khusus merujuk Dhamma sebagai Sutta (khotbah). Vinaya adalah peraturan kedisiplinan bhikkhu/bhikkhuni.
Di dalam Nikaya, juga dinyatakan bahwa Sutta adalah “Saddhamma” yang berarti “Dhamma yang asli”. Dhamma yang asli diwujudkan dalam Sutta kumpulan tertua Sang Buddha yang terdapat di dalam Digha, Majjhima, Samyutta dan Anguttara Nikaya, dan keenam buku dari Khuddaka Nikaya yang disebutkan di atas. Nikaya-Nikaya ini secara umum diterima oleh
semua aliran-aliran Buddhis sebagai ajaran-ajaran asli Sang Buddha, tidak seperti buku-buku lain yang kontroversial karena mereka mengandung beberapa pertentangan dengan Nikaya-Nikaya. Sutta kumpulan tertua di dalam Nikaya-Nikaya adalah sangat konsisten dan mengandung makna kebebasan dari penderitaan.
Di dalam Maha Parinibbana Sutta (Digha Nikaya Sutta 16), yang berisi detail kemangkatan Sang Buddha, Sang Buddha menasehati para bhikkhu: “Dhamma-Vinaya apapun yang telah aku tunjukkan dan rumuskan untuk kalian, itu akan menjadi Guru kalian ketika aku tiada.” Ini adalah pernyataan yang sangat penting dimana maknanya telah diabaikan oleh banyak umat Buddhis. Karena banyak umat Buddhis tidak pernah mendengar nasehat ini atau mengerti maknanya, mereka mencari kemana-mana seorang guru, guru yang bisa dibanggakan dan disombongkan tentang pencapaiannya, dll. Beberapa bahkan berkeliling separuh dunia atau
lebih di dalam pencarian mereka tersebut.
Orang-orang ini menciptakan sesosok kepribadiaan untuk dipuja berdasarkan kebaikan yang dirasakan dari guru tersebut daripada Dhamma-Vinaya itu sendiri. Di dalam beberapa kasus, setelah bertahun-tahun, guru mereka tiada dan meninggalkan mereka sendirian. Meskipun waktu berjalan, pengikut-pengikut tersebut tidak membuat banyak kemajuan dan telah gagal
merasakan intisari/pokok dari Dhamma. Mereka akan merasa kosong, kehilangan. Oleh sebab itu, kita harus selalu mengingat bahwa Dhamma-Vinaya adalah Guru kita yang Terutama.
Selanjutnya, di Digha Nikaya Sutta 16, Sang Buddha berkata: “para bhikkhu, jadilah pelita untuk diri kalian sendiri, jadilah pelindung untuk diri kalian sendiri, dengan tiadanya pelindung yang lain. Jadikan Dhamma sebagai pelita kalian, jadikan Dhamma sebagai pelindungmu, dengan tiadanya pelindung yang lain.“ Dengan kata lain, kita harus semata-mata tergantung pada diri kita sendiri dan pada kata-kata Sang Buddha.
diambil dari :
Artikel ini dialih bahasakan seizin Bhante Dhammavuddho Maha Thera
(Abbot dari Vihara Buddha Gotama, Perak, Malaysia)
www.vbgnet.orgDipublikasikan secara gratis oleh DPD PATRIA Sumut
Diterjemahkan oleh :
Yuliana Lie Pannasiri, BBA, MBA
Diedit oleh :
Andromeda Nauli, PhD
&
Nyanna Suriya Johnny, S.E