//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!  (Read 77323 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #270 on: 22 June 2010, 01:18:27 PM »
Teman-teman sekalian, sebelum meneruskan topik ini saya ingin bertanya: menurut teman-teman sekalian, apakah bernamaskara kepada bhikkhu atau Buddharupam adalah tindakan yang berlandaskan LDM atau A_LDM?

 _/\_
begini deh,
aku ada = LDM
aku tidak ada = a-LDM

atau

aku ada = LDM dan a-LDM
aku tidak ada = tidak ada LDM dan a-LDM

dan ketika a-LDM khan semua LDM Sudah hilang trus apa yang mau di hilangkan lagi bukankah "sudah tanpa" LDM, tanpa a-LDM itu seperti apa?


Bro Ryu yang baik, tanya jawab saya dengan bro Sunkmanitu mungkin bisa menjadi bahan pemikiran bro Ryu. Mengenai hubungan aku dan LDM/A-LDM saya nggak ada yang cocok tuh.

Menurut saya: aku tak ada = mungkin LDM bisa juga A-LDM, atau tidak keduanya, jadi dalam keadaan apapun tak ada aku.

Perlu di cerna disini bahwa A-LDM hadir bukan berarti kemelekatan hilang. Kemelekatan itulah penyebab kelahiran kembali. LDM maupun A-LDM juga masih diliputi kemelekatan.

Untuk bro Sunkmanitu, rasanya kita sejalan kan? Tanya jawab itu saya lakukan karena pendapat saya sejalan dengan pendapat bro.

Quote
setahu saya 3 akar a-ldm yang menentukan kelahiran kembali. kalo yang berbakat jadi ariya biasanya punya 3 akar ini. setahu saya juga kalo udah ariya maka bukan ldm bukan a-ldm.

_/\_
ko Fabian yang baik, kalau seseorang sudah melakukan tindakan tanpa keserakahan, tanpa kebencian, tanpa kebodohan batin apakah dia masih akan terlahir kembali? apakah dia masih ada kemelekatan? bukankah akar LDM nya sudah terpotong sehingga tidak akan tumbuh lagi di masa depan/artinya tidak akan menanam karma baru?


Bro Ryu yang baik, Menurut saya masih tetap terlahir kembali, selama LDM belum dicabut ke akar-akarnya, setiap bentuk keinginan dari mereka yang belum terbebas sepenuhnya adalah kemelekatan dan masih berkondisi. Sehingga menyebabkan kelahiran kembali. Um

Contohnya bermeditasi, pencapaian Jhana akan mengakibatkan terlahir di alam Brahma. Apakah Jhana bersifat LDM atau A-LDM? Kenyataannya meditator terlahir di Alam Brahma disebabkan pencapaian Jhana yang A_LDM.

Sebenarnya LDM adalah akar, bila telah bangun dan menguat akan menyebabkan seseorang terlahir kembali di alam-alam rendah, tetapi LDM tidak muncul setiap saat (karena LDM juga anicca), tetapi walaupun tak muncul tetap bisa muncul sewaktu-waktu. Bila pada seseorang LDM jarang muncul dan bila muncul tidak kuat, maka kita sebut A-LDM
 
_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #271 on: 22 June 2010, 01:33:30 PM »
maksud saya komentar ini:
Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Karena itulah saya katakan A-LDM yang dimaksud adalah sisi lain dari LDM, masih terkondisi LDM, bukan keadaan bebas dari LDM (nibbana).


intinya, apakah alobha (tanpa keserakahan) bisa disejajarkan dg murah hati, adosa dapat disejajarkan dg cinta kasih & amoha dapat disejajarkan dg kebijaksanaan?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #272 on: 22 June 2010, 02:01:21 PM »
maksud saya komentar ini:
Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Karena itulah saya katakan A-LDM yang dimaksud adalah sisi lain dari LDM, masih terkondisi LDM, bukan keadaan bebas dari LDM (nibbana).


intinya, apakah alobha (tanpa keserakahan) bisa disejajarkan dg murah hati, adosa dapat disejajarkan dg cinta kasih & amoha dapat disejajarkan dg kebijaksanaan?
Dalam Putthujana:
KUSALA MULA =
Akar kebaikan atau akar dari perbuatan baik, adalah
1. tidak tamak atau dermawan (Alobha)
2. tidak membenci atau cinta kasih (Adosa)
3. tidak dungu atau kebijaksanaan (Amoha)

AKUSALA MULA =
Akar kejahatan atau akar perbuatan jahat adalah,
1. Lobha, secara etika berarti ketamakan, tetapi secara psikologis berarti terikatnya pikiran pada obyek-obyek. ........
2. Dosa secara etika berarti kebencian, tetapi secara psikologis berarti pukulan yang berat dari pikiran terhadap obyek, yaitu pertentangan atau konflik................
3. Moha, berarti kegelapan batin tau kurang pengertian. Juga disebut Avijja (ketidaktahuan) atau Annana (tidak berpengetahuan) atau Adassana (tidak nampak/ tidak mengerti)

Kalau Arahat:
KIRIYA CITTA:
Kesadaran dari tindakan karma, yang bebas: adalah sebutan untuk kesadaran semacam itu, seperti tak ada tindakan karma yang baik maupun yang buruk, juga akibat karma, adalah berfungsi bebas dari karma

Sumber: Kamus baru Buddha Dhamma
yaa... gitu deh

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #273 on: 22 June 2010, 02:39:28 PM »
^ pandangan, tradisi, pengetahuan, moralitas / ritual.

apapun itu?pandangan apapun,tradisi apapun,pengetahuan apapun,moralitas / ritual apapun,atau ada yang ekslusif disadbakan oleh Bhagava?seperti JM8 sebagai satu-satunya jalan[DN 16],dll

ketika itu, yg dikatakan adalah pandangan, tradisi, pengetahuan, moralitas/ritual secara umum. jadi tidak ada pengkhususan hanya pada JM8.

tentang JM8 adalah satu2nya Jalan ada di sutta lain yg tidak berhub. dg sutta ini...

bisa di contohkan maksud secara umum?

mis:
riky membahas bagaimana dari Medan ke Jakarta,
saya menjawab secara umum, dg bisa menggunakan sarana kapal laut, kapal udara, bus, mobil pribadi, dll...
itu contoh jawaban umum, bukan spesifik.
sebab tidak semua sarana tsb memiliki rute Medan ke Jakarta pula.

oke get the point,jadi DN 16 Mahaparinibbana sutta ,dinyatakan "gugur" sebagai sutta otentik Buddha,karena tidak ada jawaban spesifik atau ekslusif Buddha soal jalan menuju pembebasan akhir..Terima Kasih
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #274 on: 22 June 2010, 02:47:22 PM »
intinya, apakah alobha (tanpa keserakahan) bisa disejajarkan dg murah hati, adosa dapat disejajarkan dg cinta kasih & amoha dapat disejajarkan dg kebijaksanaan?
Tepat seperti yang dipost Bro hendrako.

LDM maupun A-LDM, disebut akar dari perbuatan.

Dalam Akusalamula Sutta (AN 3.70, menurut penomoran yang saya punya) yang dipost Bro ryu (page 15), dikatakan di bagian akusalamula:
lobhajā lobhanidānā lobhasamudayā lobhapaccayā aneke pāpakā akusalā dhammā sambhavanti
Lahir dari lobha, disebabkan lobha, muncul dari lobha, terkondisi oleh lobha, akusala dhamma timbul.
(Diulang untuk Dosa & Moha)

Begitu juga bagian kusalamula:
alobhajā alobhanidānā alobhasamudayā alobhapaccayā aneke kusalā dhammā sambhavanti.
Lahir dari alobha, disebabkan alobha, muncul dari alobha, terkondisi oleh alobha, kusala dhamma timbul.
(Diulang untuk Adosa & Amoha)

Dari kedua perbuatan itu, keduanya lahir, disebabkan, muncul dan terkondisi oleh sesuatu. Kita tahu bahwa yang lahir, disebabkan, muncul dan terkondisi adalah tidak kekal, hanyalah fenomena (dhamma). Karena itulah saya menyimpulkan perbuatan tersebut (baik kusala dhamma, apalagi akusala dhamma) BUKAN ada pada Arahat.

Kemudian yang saya tangkap pada sutta itu adalah bahwa seseorang bisa mencapai pembebasan tentu bukan dengan mengembangkan yang akusala, tetapi mengembangkan yang kusala.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #275 on: 22 June 2010, 02:48:42 PM »
oke get the point,jadi DN 16 Mahaparinibbana sutta ,dinyatakan "gugur" sebagai sutta otentik Buddha,karena tidak ada jawaban spesifik atau ekslusif Buddha soal jalan menuju pembebasan akhir..Terima Kasih
Itu tidak relevan.
Banyak sutta yang memang tidak membahas pembebasan akhir, tetapi tidaklah tepat kalau lalu kita sebut "tidak otentik".

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #276 on: 22 June 2010, 03:01:03 PM »
oke get the point,jadi DN 16 Mahaparinibbana sutta ,dinyatakan "gugur" sebagai sutta otentik Buddha,karena tidak ada jawaban spesifik atau ekslusif Buddha soal jalan menuju pembebasan akhir..Terima Kasih
Itu tidak relevan.
Banyak sutta yang memang tidak membahas pembebasan akhir, tetapi tidaklah tepat kalau lalu kita sebut "tidak otentik".

toh JM8 dianggap sebagai "satu-satu"nya jalan menuju pembebasan,padahal memang tidak dibahas soal pembebasan itu sendiri...ada pendapat lain?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #277 on: 22 June 2010, 03:18:14 PM »
nimbrung tambahan...

apakah para Buddha dan Arahatta sudah terbebas dari "keterkondisian"?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #278 on: 22 June 2010, 04:45:32 PM »
sepertinya harus di tutup threadnya nih ;D

sebagai penutup saya kutip sutta penutup dari saya ;D :


SAMMADITTHI SUTTA (9)

Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya I,
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Proyek Sarana Keagamaan Buddha Departemen Agama RI, 1993

Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika Arama, Savatthi. Bhikkhu Sariputta menyapa para bhikkhu: "Para bhikkhu."
"Avuso," jawab mereka. Bhikkhu Sariputta berkata:
"Para avuso mengatakan, 'Seseorang berpandangan benar'. Dalam cara apa siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada Dhamma serta hidup sesuai dengan dhamma."
"Memang, kami datang dari jauh untuk belajar dari Bhikkhu Sariputta. Setelah mendengarkan Dhamma ini, para bhikkhu akan mengingatnya."
"Para avuso, dengar dan perhatikanlah baik-baik apa yang akan saya sampaikan."
Para bhikkhu menjawab: "Baiklah avuso." Selanjutnya Bhikkhu Sariputta berkata:
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti hal-hal yang tidak bermanfaat (akusala), akar dari hal-hal yang tidak bermanfaat, hal-hal yang bermanfaat (kusala), akar dari hal-hal yang bermanfaat. Melalui cara ini, dia adalah orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah hal-hal yang tidak membawa manfaat, akar dari hal-hal yang tidak membawa manfaat; apakah hal-hal yang membawa manfaat, akar dari hal-hal yang membawa manfaat? Hal-hal yang tidak membawa manfaat itu adalah:
Membunuh makhluk-makhluk (panatipata)
Mengambil apa yang tidak diberikan (adinadana)
Melakukan pemuasan nafsu dengan cara yang salah (kamesumicha cara)
Berdusta (musavada)
Menfitnah (pisunavaca)
Mengucapkan kata-kata kasar (pharusavaca)
Pergunjingan (samphappalapa)
Keserakahan (abhijjha)
Kebencian (byapada)
Berpandangan salah (micchaditthi)
Inilah hal-hal yang tidak membawa manfaat (akusala).
Apakah akar dari hal yang tidak membawa manfaat (akusalamula)? Keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan (moha) adalah akar hal-hal yang tidak bermanfaat. Inilah akar dari hal yang tidak membawa manfaat (akusala).
Apakah hal yang membawa manfaat (kusala)? Hal yang membawa manfaat (menguntungkan) adalah:
Tidak membunuh makhluk-makhluk hidup
Tidak mengambil apa yang tidak diberikan
Tidak memuaskan nafsu dengah cara yang salah
Tidak berdusta
Tidak menfitnah
Tidak berkata kasar
Tidak bergunjing
Tidak serakah
Tidak membenci
Tidak memiliki pandangan salah
Inilah hal-hal yang membawa manfaat (kusala).
Apakah akar dari perbuatan yang membawa manfaat (keuntungan)? Tidak serakah (alobha), Tidak membenci (adosa), kebijaksanaan (amoha) adalah akar dari hal-hal yang bermanfaat (kusala).
Setelah siswa ariya telah mengerti sepenuhnya hal-hal yang tidak bermanfaat (akusala) serta akarnya dan hal-hal yang bermanfaat (kusala) serta akarnya, dia telah melenyapkan sepenuhnya sebab utama dari kecenderungan nafsu-nafsu, menolak, membasmi pandangan dan konsep tentang diri (atta). Dengan melenyapkan kegelapan batin (avijja) dan mengembangkan pengetahuan benar (vijja), maka dengan ini ia mengakhiri penderitaan (dukkha nirodha). Melalui cara ini, seorang siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang makanan yang menunjang kehidupan (ahara), munculnya, lenyapnya, jalan untuk melenyapkan ahara. Dengan cara ini, ia berpandangan benar, berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah makanan (ahara) yang menunjang kehidupan, sumbernya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Ada 4 (empat) jenis makanan yang menunjang kehidupan (cattaro ahara) untuk memelihara dan menunjang kelangsungan hidup makhluk-makhluk dan bagi mereka yang mencari pembaruan dalam kehidupan. Apakah keempat hal itu?
Keempat hal itu adalah:

   1. Makanan jasmani (Kabalimkarahara)
   2. Kesan-kesan (Phassahara)
   3. Kehendak pikiran (Manosancetana Ahara)
   4. Kesadaran (Vinnana Ahara)

Dengan munculnya keinginan (tanha), maka muncullah ahara. Dengan lenyapnya keinginan (tanha), maka lenyaplah ahara. Jalan utama untuk melenyapkan ahara hanyalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu:

   1. Pandangan Benar (Samma Ditthi)
   2. Pikiran Benar (Samma Sankappa)
   3. Ucapan Benar (Samma Vaca)
   4. Perbuatan Benar (Samma Kammanta)
   5. Penghidupan Benar (Samma Ajiva)
   6. Usaha Benar (Samma Vayama)
   7. Perhitungan Benar (Samma Sati)
   8. Konsentrasi Benar (Samma Samadhi)

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan sepenuhnya sebab utama (dukkha). Melalui cara ini, ia berpandangan benar... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang penderitaan (dukkha), sumber dari penderitaan (dukkha samudaya), lenyapnya penderitaan (dukkha nirodha) dan jalan untuk melenyapkan penderitaan (dukkha nirodha gaminipatipada). Dengan cara ini, ia berpandangan benar, berpandangan lurus, berkeyakinan teguh pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah penderitaan (dukkha), sumber dari penderitaan, lenyapnya penderitaan, jalan untuk melenyapkan penderitaan, kelahiran, usia tua, kesakitan, kematian, duka cita, ratap tangis, sakit, susah hati, putus asa, tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah penderitaan. Singkatnya, melekat pada lima kelompok kehidupan (pancakkhanda) adalah penderitaan. Inilah apa yang dinamakan penderitaan (dukkha).
Apakah sumber dari penderitaan? Keinginan (tanha) yang tiada hentinya, dan disertai kegembiraan dan nafsu menyukai ini dan itu, inilah yang dinamakan:

   1. Keinginan terhadap nafsu indra (kama tanha)
   2. Keinginan untuk menjadi kembali (bhava tanha)
   3. Keinginan untuk tidak menjadi kembali (vibhava tanha)

Inilah asal mula dari penderitaan (dukkha samudaya).
Apakah yang dimaksud lenyapnya penderitaan? Menyingkirkan, menghilangkan sedikit demi sedikit dan menghentikan, menyerahkan, melepaskan, membiarkan pergi dan menolak nafsu-nafsu keinginan (tanha). Inilah yang dinamakan penderitaan (dukkha nirodha).
Apakah Jalan untuk melenyapkan penderitaan? Jalan untuk melenyapkan penderitaan adalah Jalan Mulia berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu: pandangan benar ... konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti ... dia adalah orang yang berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira terhadap uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya kembali: "Avuso, tetapi apakah ada cara lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti usia tua (jara) dan kematian (marana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkan usia tua dan kematian. Dengan cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Tetapi apakah usia tua dan kematian, sumbernya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkan usia tua dan kematian? Dalam berbagai proses dari makhluk-makhluk, usia tua (jara), gigi yang patah (danta), rambut yang memutih (kesa), keriput, tua renta dan lemah tak berdaya -- inilah yang dinamakan usia tua.
Dalam berbagai proses dari makhluk-makhluk, mati kematian, meninggal dunia, perpisahan, kehilangan, ditinggalkan, berakhirnya waktu kehidupan, khandha-khandha terpisah -- inilah yang dinamakan kematian.
Jadi, inilah usia tua dan kematian yang disebut jara marana. Dengan adanya kelahiran, maka muncul usia tua dan kematian. Dengan tidak adanya kelahiran, maka tidak ada usia tua dan kematian. Jalan untuk mengakhiri usia tua dan kematian hanyalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga) yaitu: pandangan benar, ..., konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti akan hal ini ..."
"Avuso, sungguh baik," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.":
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kelahiran (jati), sebabnya, dan jalan untuk menghentikan kelahiran. Dengan cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kelahiran, sebab dari kelahiran, lenyapnya dan jalan untuk menghentikan kelahiran?
Dalam proses kehidupan setiap mahluk, kelahiran makhluk-makhluk, mereka terlahir, keguguran, penerus, perwujudan dari kelompok kehidupan (khanda), indera memiliki kesan. Inilah yang dinamakan kelahiran (jati). Dengan timbulnya penjadian (bhava) maka timbullah kelahiran (jati). Dengan lenyapnya bhava, maka lenyaplah kelahiran (jati). Jalan utama untuk menghentikan kelahiran hanyalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Athangika Magga) yaitu: pandangan benar, ... konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Avuso, sungguh baik," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi siswa ariya yang berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa yang mulia mengerti tentang penjadian (bhava), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar ... Inilah keyakinan-benar yang ia miliki. Apakah penjadian (bhava), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Ada tiga jenis dari penjadian (bhava), yaitu:

   1. Penjadian di alam yang penuh nafsu (Kama Bhava)
   2. Penjadian di alam Rupa Brahma (Rupa Bhava)
   3. Penjadian di alam Arupa Brahma (Arupa Bhava)

Dengan timbulnya kemelekatan (upadana) maka timbul penjadian (bhava). Dengan lenyapnya upadana, maka lenyap pula bhava. Jalan untuk melenyapkannya hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ... konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, sahabat adakah cara lain bagi siswa ariya yang berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kemelekatan (upadana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kemelekatan, apakah sebabnya dari kemelekatan, apakah lenyapnya kemelekatan, apakah jalan untuk melenyapkan kemelekatan? Ada 4 (empat) jenis kemelekatan, yaitu:

   1. Kemelekatan terhadap nafsu indera (Kamupadana)
   2. Kemelekatan terhadap pandangan salah (Ditthupadana)
   3. Kemelekatan terhadap upacara-upacara agama (Silabbatupadana)
   4. Kemelekatan terhadap adanya diri (atta) yang kekal (Attavadupadana).

Dengan munculnya keinginan (tanha), maka muncullah kemelekatan (upadana).
Jalan untuk melenyapkan kemelekatan (upadana) hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ... konsentrasi benar.

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #279 on: 22 June 2010, 04:46:07 PM »
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, sahabat adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang keinginan untuk mengulangi lagi (tanha), sebab lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah keinginan (tanha), apakah yang melenyapkan tanha, apakah jalan untuk melenyapkan tanha?
Ada enam jenis tanha, yaitu:

   1. Keinginan akan bentuk-bentuk (Rupa Tanha)
   2. Keinginan akan suara (Sabda Tanha)
   3. Keinginan akan aroma / bau (Gandha Tanha)
   4. Keinginan akan rasa / kecapan (Rasa Tanha)
   5. Keinginan akan sentuhan (photthabba Tanha)
   6. Keinginan akan obyek-obyek pikiran (Dhamma Tanha)

Dengan timbulnya perasaan (vedana), maka timbullah keinginan (tanha). Jalan untuk melenyapkan tanha hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ..., konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain di mana siswa yang mulia berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang harus ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang perasaan (vedana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah perasaan (vedana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Ada enam macam yang mengakibatkan timbulnya perasaan yaitu:

   1. Perasaan yang timbul karena mata melihat (Cakkhu samphasajja vedana)
   2. Perasaan yang timbul karena telinga mendengar (sota samphasajja vedana)
   3. Perasaan yang timbul karena hidung mencium (Ghana samphasajja vedana)
   4. Perasaan yang timbul karena lidah mengecap (Jivha samphasajja vedana)
   5. Perasaan yang timbul karena jasmani menyentuh (Kayasamphasajja vedana)
   6. Perasaan yang timbul karena pikiran (Manosamphasajja vedana)

Dengan timbulnya sentuhan (phassa), maka timbullah perasaan (vedana). Dengan lenyapnya kesan-kesan (phassa), maka lenyaplah perasaan (vedana). Jalan untuk melenyapkan perasaan hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ..., konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, sahabat adakah cara lain dimana siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kesan-kesan (phasa), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Ada enam hal yang menyebabkan sentuhan (phassa), yaitu:

   1. Mata melihat (cakkhusamphassa)
   2. Telinga mendengar (Sotasamphassa)
   3. Hidung mencium (Ghanasamphassa)
   4. Lidah mengecap (Jivhasamphassa)
   5. Jasmani menyentuh (Kayasamphassa)
   6. Pikiran berpikir (Manosamphassa)

Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang enam landasan indera (salayatana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah enam landasan indera (salayatana), sumbernya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya? Ada enam landasan yang mengakibatkan timbulnya enam landasan indera, yaitu:

   1. Landasan mata (Cakkhayatana)
   2. Landasan telinga (Sotayatana)
   3. Landasan mencium (Ghanayatana)
   4. Landasan lidah (Jivhayatana)
   5. Landasan menyentuh (Kayayatana)
   6. Landasan pikiran (Manayatana)

Dengan timbulnya jasmani dan batin (nama rupa), maka timbullah enam landasan indera (salayatana). Dengan lenyapnya jasmani dan batin, maka lenyaplah enam landasan indera (salayatana). Jalan untuk melenyapkan enam landasan indera hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu : pandangan benar,..., konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini...
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang jasmani dan batin (nama rupa), sumbernya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah jasmani dan batin (nama rupa), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya? Perasaan (vedana), pencerapan (sanna), kehendak (cetana), sentuhan (phassa) dan perhatian (manasikara), inilah yang dinamakan batin (nama).
Empat unsur (catu dhatu) dan bentuk yang berasal dari empat unsur utama (mahabhuta rupa) inilah yang dinamakan batin (rupa).
Dengan timbulnya kesadaran (vinnana), maka timbullah jasmani dan batin (nama rupa). Dengan lenyapnya kesadaran (vinnana), maka lenyaplah jasmani dan batin. Jalan untuk melenyapkan jasmani dan batin hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar ... konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kesadaran (vinnana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia adalah berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kesadaran (vinnana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya? Ada enam macam yang mengakibatkan timbulnya kesadaran, yaitu:

   1. Kesadaran yang timbul karena mata melihat (cakkhu vinnana).
   2. Kesadaran yang timbul karena telinga mendengar (sota vinana).
   3. Kesadaran yang timbul karena hidung mencium (ghana vinana).
   4. Kesadaran yang timbul karena lidah mengecap (jivha vinana).
   5. Kesadaran yang timbul karena jasmani menyentuh (kaya vinnana).
   6. Kesadaran yang timbul karena pikiran berpikir (mano vinnana).

Dengan timbulnya bentuk-bentuk kamma (sankhara), maka timbullah kesadaran (vinnana). Dengan lenyapnya bentuk-bentuk kamma (sankhara), maka lenyaplah kesadaran (vinnana). Jalan untuk melenyapkan kesadaran hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ... dan konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengar uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa yang mulia mengerti tentang bentuk-bentuk kamma (sankhara), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah bentuk-bentuk kamma (sankhara), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Ada tiga macam yang mengakibatkan timbulnya bentuk-bentuk kamma (sankhara), yaitu :

   1. Pembentukan badan jasmani (kaya sankhara)
   2. Pembentukan kata-kata (vaci sankhara)
   3. Pembentukan pikiran (citta sankhara)

Dengan timbulnya kegelapan batin (avijja), maka timbullah bentuk-bentuk kamma (sankhara). Dengan lenyapnya kegelapan batin (avijja), maka lenyaplah bentuk-bentuk kamma (sankhara). Jalan untuk melenyapkan bentuk-bentuk kamma hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ... dan konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ... "
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, sahabat adakah cara lain di mana siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kegelapan batin (avijja) sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kegelapan batin (avijja), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Tidak mengetahui adanya penderitaan (dukkha), sebab penderitaan, lenyapnya penderitaan, jalan untuk melenyapkan penderitaan. Dengan timbulnya noda (asava), maka timbullah kegelapan batin (avijja). Dengan lenyapnya noda (asava), maka lenyaplah kegelapan batin (avijja). Jalan untuk melenyapkan kegelapan batin hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar ... dan konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, sahabat adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kekotoran batin (asava), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kekotoran batin (asava), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkan kekotoran batin (asava) ?
Ada 3 (tiga) jenis kekotoran batin (asava), yaitu:

   1. Noda dari keinginan memuaskan nafsu indera (Kamasava).
   2. Noda dari keinginan untuk menjadi (Bhavasava).
   3. Noda dari ketidaktahuan (Avijjasava).

Dengan timbulnya kegelapan batin (avijja), maka timbullah kekotoran batin (asava). Dengan lenyapnya kegelapan batin (avijja), maka lenyaplah kekotoran batin (asava). Jalan untuk melenyapkan kekotoran batin hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ... dan konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang kekotoran batin, kekotoran batin serta akarnya, dia telah melenyapkan sepenuhnya sebab utama dari kecenderungan nafsu-nafsu, menolak, membasmi pandangan dan konsep tentang diri (atta). Dengan melenyapkan kegelapan batin (avijja) dan menumbuhkan pengetahuan benar (vijja), maka di sinilah ia mengakhiri penderitaan (dukkha nirodha). Melalui cara ini, seorang siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada Dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #280 on: 22 June 2010, 05:02:14 PM »
kalau ada yang mau melanjutkan silahkan, aye mundur dari diskusinya ya ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #281 on: 22 June 2010, 05:29:57 PM »
LDM maupun A-LDM, disebut akar dari perbuatan.

Dalam Akusalamula Sutta (AN 3.70, menurut penomoran yang saya punya) yang dipost Bro ryu (page 15), dikatakan di bagian akusalamula:
lobhajā lobhanidānā lobhasamudayā lobhapaccayā aneke pāpakā akusalā dhammā sambhavanti
Lahir dari lobha, disebabkan lobha, muncul dari lobha, terkondisi oleh lobha, akusala dhamma timbul.
(Diulang untuk Dosa & Moha)

Begitu juga bagian kusalamula:
alobhajā alobhanidānā alobhasamudayā alobhapaccayā aneke kusalā dhammā sambhavanti.
Lahir dari alobha, disebabkan alobha, muncul dari alobha, terkondisi oleh alobha, kusala dhamma timbul.
(Diulang untuk Adosa & Amoha)

Dari kedua perbuatan itu, keduanya lahir, disebabkan, muncul dan terkondisi oleh sesuatu. Kita tahu bahwa yang lahir, disebabkan, muncul dan terkondisi adalah tidak kekal, hanyalah fenomena (dhamma). Karena itulah saya menyimpulkan perbuatan tersebut (baik kusala dhamma, apalagi akusala dhamma) BUKAN ada pada Arahat.
ralat, Mula Sutta... (An 3.70 adalah MulaUposattha Sutta)

ini sama aja dg niddana sutta, kalau saya sih melihat disana alobha, adosa & amoha tidak dapat disejajarkan dg akar kebaikan... lanjutannya menurut saya juga mengindikasi itu adalah tindakan pada arahat

"In a person like this, evil, unskillful qualities born of greed... born of aversion... born of delusion have been abandoned, their root destroyed, made like a palmyra stump, deprived of the conditions of development, not destined for future arising. He dwells in ease right in the here-&-now — feeling unthreatened, placid, unfeverish — and is unbound right in the here-&-now.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #282 on: 22 June 2010, 05:33:31 PM »
Dari kedua perbuatan itu, keduanya lahir, disebabkan, muncul dan terkondisi oleh sesuatu. Kita tahu bahwa yang lahir, disebabkan, muncul dan terkondisi adalah tidak kekal, hanyalah fenomena (dhamma). Karena itulah saya menyimpulkan perbuatan tersebut (baik kusala dhamma, apalagi akusala dhamma) BUKAN ada pada Arahat.
oh ya, mengenai tindakan seorang arahat jg adalah sesuatu yg terkondisi. terkondisi karena tindakan tsb dilakukan dg alobha, adosa, amoha (yg terkondisi adalah tindakannya). hanya saja tidak ada definisi lain lagi apa itu alobha, adosa, amoha (demikian saya melihatnya), disini akar perbuatan arahat hanya bisa dijelaskan tidak ada keserakahan, kebencian & kebodohan bathin. apakah itu tidak terdefinisikan lagi di kotbah Buddha manapun.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #283 on: 22 June 2010, 05:41:29 PM »
^ pandangan, tradisi, pengetahuan, moralitas / ritual.

apapun itu?pandangan apapun,tradisi apapun,pengetahuan apapun,moralitas / ritual apapun,atau ada yang ekslusif disadbakan oleh Bhagava?seperti JM8 sebagai satu-satunya jalan[DN 16],dll

ketika itu, yg dikatakan adalah pandangan, tradisi, pengetahuan, moralitas/ritual secara umum. jadi tidak ada pengkhususan hanya pada JM8.

tentang JM8 adalah satu2nya Jalan ada di sutta lain yg tidak berhub. dg sutta ini...

bisa di contohkan maksud secara umum?

mis:
riky membahas bagaimana dari Medan ke Jakarta,
saya menjawab secara umum, dg bisa menggunakan sarana kapal laut, kapal udara, bus, mobil pribadi, dll...
itu contoh jawaban umum, bukan spesifik.
sebab tidak semua sarana tsb memiliki rute Medan ke Jakarta pula.

oke get the point,jadi DN 16 Mahaparinibbana sutta ,dinyatakan "gugur" sebagai sutta otentik Buddha,karena tidak ada jawaban spesifik atau ekslusif Buddha soal jalan menuju pembebasan akhir..Terima Kasih

justru di Mahaparinibbana Sutta lah dikatakan JM8 adalah "satu-satunya" jalan.
walau tidak ada sutta lain yg mendukung pernyataan ini bukan berarti sutta ini tidak otentik.

menurut saya justru tergantung pandangan masing2.
jika seseorang berpikir ada jalan lain selain JM8, maka sutta ini dianggap tidak otentik.
sebaliknya jika seseorang berpikir memang JM8 adalah satu2nya jalan, maka sutta ini adalah otentik.

saya sendiri tidak sanggup melibatkan diri dalam pembahasan "apakah JM8 adalah satu-satunya jalan."
jadi tidak bisa berkomentar mengenai sutta ini :)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #284 on: 22 June 2010, 05:45:02 PM »
ralat, Mula Sutta... (An 3.70 adalah MulaUposattha Sutta)

ini sama aja dg niddana sutta, kalau saya sih melihat disana alobha, adosa & amoha tidak dapat disejajarkan dg akar kebaikan... lanjutannya menurut saya juga mengindikasi itu adalah tindakan pada arahat

"In a person like this, evil, unskillful qualities born of greed... born of aversion... born of delusion have been abandoned, their root destroyed, made like a palmyra stump, deprived of the conditions of development, not destined for future arising. He dwells in ease right in the here-&-now — feeling unthreatened, placid, unfeverish — and is unbound right in the here-&-now.
Memang dari kemarin2, hal itu yang menjadi perbedaan pendapat kita.
Saya tidak setuju kalau tindakan Arahat memiliki "mula/akar". Mereka bertindak tanpa akar (sudah dicabut), hanya fungsional (kiriya) berdasarkan kecenderungan lampau (vasana). Sedangkan pembahasan A-LDM di kedua sutta tetap adalah "mula/akar" yang adalah muncul dan berkondisi dari satu sebab, yang berarti bukan perbuatan Arahat. 


oh ya, mengenai tindakan seorang arahat jg adalah sesuatu yg terkondisi. terkondisi karena tindakan tsb dilakukan dg alobha, adosa, amoha (yg terkondisi adalah tindakannya). hanya saja tidak ada definisi lain lagi apa itu alobha, adosa, amoha (demikian saya melihatnya), disini akar perbuatan arahat hanya bisa dijelaskan tidak ada keserakahan, kebencian & kebodohan bathin. apakah itu tidak terdefinisikan lagi di kotbah Buddha manapun.
Juga telah saya singgung sebelumnya, jika A-LDM hanyalah milik para Arahat, berarti perbuatan non Arahat seberapa pun baiknya (e.g. Jhana IV) juga adalah perbuatan yang berdasarkan akar LDM. Saya tidak melihat di sutta mana pun Jhana disebut sebagai Akusala yang membawa orang pada penderitaan. Oleh karena itu, saya mengatakan semua kebaikan yang menyebabkan orang berbahagia sebagai perbuatan berakar A-LDM. Namun selama masih berakar, masih berkondisi.


Mengenai penomoran sutta, khusus di Anguttara Nikaya III, penomoran di sutta saya nomornya lebih besar 1. Mungkin ada sutta yang dipisah. 3.69 di sutta yang saya punya adalah Aññatitthiya Sutta.

 

anything