//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!  (Read 76911 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #180 on: 21 June 2010, 09:56:39 AM »
[at] kain, mengenai brahma vihara, bukannya dikomentar ada disebut sebagai karma terang mengakibatkan terang.

Jadi Brahma-Vihara yang merupakan kamma terang dengan akibat terang, termasuk LDM atau A-LDM?


tergantung, selama ada LDM yang sekecil apapun sehingga timbulnya kelahiran baru maka masih di liputi LDM, ketika :
Berakhirnya kesadaran tumimbal lahir mengakibatkan berhentinya batin dan jasmani.

Berakhirnya batin dan jasmani mengakibatkan berhentinya enam landasan indria.

Berakhirnya enam landasan indria mengakibatkan berhentinya kontak.

Berakhirnya kontak mengakibatkan berhentinya perasaan.

Berakhirnya perasaan mengakibatkan berhentinya keinginan.

Berakhirnya nafsu keinginan mengakibatkan berhentinya nafsu kemelekatan.

Berakhirnya nafsu kemelekatan mengakibatkan berhentinya kamma.

Berakhirnya kamma mengakibatkan berhentinya kelahiran.

Berakhirnya kelahiran mengakibatkan berhentinya usia tua, kematian, kesedihan, keluh kesah, kesakitan, kesedihan dan ratap tangis.

Berakhirnya usia tua, kematian, kesedihan, keluh kesah, kesakitan, kesedihan dan ratap tangis maka berakhirlah tumimbal lahir.

Demikianlah seluruh rangkaian penderitaan berakhir.

itulah a-LDM   CMIIW


Yang di atas adalah Nibbana bukan A-LDM.

Kelihatannya yang jadi masalah dalam diskusi ini adalah pengertian A-LDM.
A-LDM adalah lawan dari LDM
Dana x Lobha
Metta karuna x Dosa
Vijja / Panna x Moha
yaa... gitu deh

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #181 on: 21 June 2010, 10:05:42 AM »
[at] kain, mengenai brahma vihara, bukannya dikomentar ada disebut sebagai karma terang mengakibatkan terang.

Jadi Brahma-Vihara yang merupakan kamma terang dengan akibat terang, termasuk LDM atau A-LDM?


tergantung, selama ada LDM yang sekecil apapun sehingga timbulnya kelahiran baru maka masih di liputi LDM, ketika :
Berakhirnya kesadaran tumimbal lahir mengakibatkan berhentinya batin dan jasmani.

Berakhirnya batin dan jasmani mengakibatkan berhentinya enam landasan indria.

Berakhirnya enam landasan indria mengakibatkan berhentinya kontak.

Berakhirnya kontak mengakibatkan berhentinya perasaan.

Berakhirnya perasaan mengakibatkan berhentinya keinginan.

Berakhirnya nafsu keinginan mengakibatkan berhentinya nafsu kemelekatan.

Berakhirnya nafsu kemelekatan mengakibatkan berhentinya kamma.

Berakhirnya kamma mengakibatkan berhentinya kelahiran.

Berakhirnya kelahiran mengakibatkan berhentinya usia tua, kematian, kesedihan, keluh kesah, kesakitan, kesedihan dan ratap tangis.

Berakhirnya usia tua, kematian, kesedihan, keluh kesah, kesakitan, kesedihan dan ratap tangis maka berakhirlah tumimbal lahir.

Demikianlah seluruh rangkaian penderitaan berakhir.

itulah a-LDM   CMIIW


Yang di atas adalah Nibbana bukan A-LDM.

Kelihatannya yang jadi masalah dalam diskusi ini adalah pengertian A-LDM.
A-LDM adalah lawan dari LDM
Dana x Lobha
Metta karuna x Dosa
Vijja / Panna x Moha
yang sedang didiskusikan adalam LDM vs a-LDM
kamma gelap, terang, terang dan gelap, bukan terang dan bukan gelap.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #182 on: 21 June 2010, 10:49:02 AM »
Saya setuju dengan Bro Kainyn tentang LDM dan A-LDM.

Selama masih ada LDM maka A-LDM masih ada
Selama masih ada A-LDM maka LDM masih ada
Pada saat LDM tidak ada maka A-LDM pun tidak ada
Pada saat A-LDM tidak ada maka LDM pun tidak ada

LDM dan A-LDM adalah "Binnary opposition"
Sama halnya dengan apabila ada yg disebut dengan terang, maka otomatis, dan harus ada yang namanya gelap. Apabila tidak ada yang namanya gelap, tidak ada juga yang dinamakan terang, dan sebaliknya.

Namun sejauh pengertian saya, A-LDM adalah jalan yang mengarah dan mendekati Nibbana, Namun A-LDM bukan Nibbana itu sendiri. Sebaliknya LDM adalah jalan yang menjauhi Nibbana. Jadi A-LDM diperlukan dalam proses menuju Nibbana.
Ya, betul. Pendapat saya sesuai dengan pendapat Bro hendrako. Mungkin sedikit perbedaan adalah menurut saya, baik LDM atau A-LDM tidak bisa dikatakan menjauhi/mendekati nibbana. Nibbana adalah di luar keterkondisian dua sisi koin tersebut.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #183 on: 21 June 2010, 10:54:24 AM »
tergantung, selama ada LDM yang sekecil apapun sehingga timbulnya kelahiran baru maka masih di liputi LDM, ketika :
Berakhirnya kesadaran tumimbal lahir mengakibatkan berhentinya batin dan jasmani.

Berakhirnya batin dan jasmani mengakibatkan berhentinya enam landasan indria.

Berakhirnya enam landasan indria mengakibatkan berhentinya kontak.

Berakhirnya kontak mengakibatkan berhentinya perasaan.

Berakhirnya perasaan mengakibatkan berhentinya keinginan.

Berakhirnya nafsu keinginan mengakibatkan berhentinya nafsu kemelekatan.

Berakhirnya nafsu kemelekatan mengakibatkan berhentinya kamma.

Berakhirnya kamma mengakibatkan berhentinya kelahiran.

Berakhirnya kelahiran mengakibatkan berhentinya usia tua, kematian, kesedihan, keluh kesah, kesakitan, kesedihan dan ratap tangis.

Berakhirnya usia tua, kematian, kesedihan, keluh kesah, kesakitan, kesedihan dan ratap tangis maka berakhirlah tumimbal lahir.

Demikianlah seluruh rangkaian penderitaan berakhir.

itulah a-LDM   CMIIW

OK. Maka kembali lagi ke Nidana Sutta:

"Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan."

Seperti saya katakan sebelumnya, ketika LDM lenyap, bukan A-LDM timbul, namun A-LDM juga ditinggalkan.


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #184 on: 21 June 2010, 11:14:46 AM »
tergantung, selama ada LDM yang sekecil apapun sehingga timbulnya kelahiran baru maka masih di liputi LDM, ketika :
Berakhirnya kesadaran tumimbal lahir mengakibatkan berhentinya batin dan jasmani.

Berakhirnya batin dan jasmani mengakibatkan berhentinya enam landasan indria.

Berakhirnya enam landasan indria mengakibatkan berhentinya kontak.

Berakhirnya kontak mengakibatkan berhentinya perasaan.

Berakhirnya perasaan mengakibatkan berhentinya keinginan.

Berakhirnya nafsu keinginan mengakibatkan berhentinya nafsu kemelekatan.

Berakhirnya nafsu kemelekatan mengakibatkan berhentinya kamma.

Berakhirnya kamma mengakibatkan berhentinya kelahiran.

Berakhirnya kelahiran mengakibatkan berhentinya usia tua, kematian, kesedihan, keluh kesah, kesakitan, kesedihan dan ratap tangis.

Berakhirnya usia tua, kematian, kesedihan, keluh kesah, kesakitan, kesedihan dan ratap tangis maka berakhirlah tumimbal lahir.

Demikianlah seluruh rangkaian penderitaan berakhir.

itulah a-LDM   CMIIW

OK. Maka kembali lagi ke Nidana Sutta:

"Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan."

Seperti saya katakan sebelumnya, ketika LDM lenyap, bukan A-LDM timbul, namun A-LDM juga ditinggalkan.


bagaimana urutannya kalau begini :
LDM=>a-LDM=>Nibbana
LDM=>JMB8=>Nibbana

sesuai dengan CULAVEDALLA SUTTA :
# Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana, Kalandakanivapa, Rajagaha. Pada ketika itu upasaka Visakha pergi menemui Bhikkhuni Dhammadinna, sesudah memberi hormat kepadanya, ia duduk di tempat yang tersedia. Setelah duduk ia bertanya:

(Perwujudan)

# "Bhante, perwujudan, perwujudan telah dikatakan. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan perwujudan oleh Sang Bhagava?"
"Saudara Visakha, kemelekatan pada khandha-khandha (kelompok-kelompok) itu dinamakan perwujudan oleh Sang Buddha, yaitu: kemelekatan pada khandha jasmani (rupakhandha), kemelekatan pada khandha perasaan (vedanakhandha), kemelekatan pada khandha pencerapan (sannakhandha) kemelekatan pada khandha bentuk-bentuk pikiran (sankharakhandha) dan kemelekatan pada khandha kesadaran (vinnanakhandha). Kelima khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan ini disebut perwujudan oleh Sang Bhagava."
Dengan berkata: "Baik," upasika Visakha menjadi gembira karena kata-kata Bhikkhuni Dhammadinna itu, menyetujui kata-kata itu, selanjutnya ia bertanya:

# "Bhante, asal mula perwujudan, asal mula perwujudan telah dikatakan. Apa yang dimaksud dengan asal mula perwujudan oleh Sang Bhagava."
"Saudara Visakha, itu adalah keinginan untuk terlahir kembali yang disertai kesenangan dan nafsu indera, kesenangan di sini dan di sana, yaitu: keinginan nafsu indera (kamatanha), keinginan untuk menjadi (bhavatanha) dan keinginan untuk tak menjadi (vibhavatanha). Inilah yang dimaksud dengan asal mula perwujudan oleh Sang Bhagava."

# "Bhante, lenyapnya perwujudan, lenyapnya perwujudan telah dikatakan. Apakah yang dimaksud dengan lenyapnya perwujudan oleh Sang Bhagava?"
"Saudara Visakha, itu adalah sisa-sisa dari keinginan yang memudar, lenyap, dilepaskan, dibiarkan dan ditolak. Inilah yang dimaksud dengan lenyapnya perwujudan oleh Sang Bhagava."

# "Bhante, jalan menuju pelenyapan perwujudan, jalan menuju pelenyapan perwujudan, telah dikatakan. Apakah yang dimaksud dengan jalan menuju pelenyapan perwujudan oleh Sang Bhagava?"
"Saudara Visakha, itu adalah jalan berunsur delapan, yaitu: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar."

# "Bhante, apakah kemelekatan itu sama dengan lima khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan, atau apakah kemelekatan itu adalah sesuatu yang terpisah dari lima khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan?"
"Saudara Visakha, kemelekatan itu adalah tidak sama dengan lima khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan, juga tidak merupakan sesuatu yang terpisah dari lima khandha unsur yang dipengaruhi oleh kemelekatan. Itu adalah keinginan dan nafsu indera yang terdapat dalam lima khandha ini dipengaruhi oleh kemelekatan itulah kemelekatan."

(Timbulnya perwujudan)

# "Bhante, bagaimana pandangan salah tentang adanya aku yang kekal (sakhayaditthi) terjadi?"
"Saudara Visakha, orang awam yang tidak belajar, tidak menghormat terhadap orang-orang mulia (ariya), tidak mempunyai pengetahuan dhamma dan tidak melaksanakan dhamma; tidak hormat kepada orang-orang benar (sappurisa), tidak mempunyai pengetahuan dengan dhamma mereka dan tidak melaksanakan dhamma mereka, melihat jasmani itu sebagai pribadi, pribadi memiliki jasmani, jasmani di dalam pribadi atau pribadi di dalam jasmani. Ia melihat perasaan sebagai pribadi, pribadi memiliki perasaan, perasaan ada dalam pribadi atau pribadi ada dalam perasaan. Ia melihat pencerapan sebagai pribadi, pribadi memiliki pencerapan, pencerapan di dalam pribadi atau pribadi di dalam pencerapan.
Ia melihat bentuk-bentuk pikiran sebagai pribadi, pribadi memiliki bentuk-bentuk pikiran, bentuk-bentuk pikiran di dalam pribadi atau pribadi di dalam bentuk-bentuk pikiran melihat kesadaran sebagai pribadi, pribadi memiliki kesadaran, kesadaran di dalam pribadi atau pribadi di dalam kesadaran.
Itulah bagaimana pandangan salah tentang adanya aku yang kekal (sakhayaditthi) terjadi."

# "Bhante, bagaimana agar pandangan salah tentang adanya aku yang kekal tidak terjadi?"
"Saudara Visakha, siswa ariya yang terpelajar, menghormat terhadap orang-orang mulia (ariya), mempunyai pengetahuan dhamma dan melaksanakan dhamma; menghormat kepada orang-orang benar (sappurisa), mempunyai pengetahuan dengan dhamma mereka dan melaksanakan dhamma mereka, tidak melihat jasmani itu sebagai pribadi, pribadi memiliki jasmani, jasmani di dalam pribadi atau pribadi di dalam jasmani. Ia tidak melihat perasaan sebagai pribadi, pribadi memiliki perasaan, perasaan ada dalam pribadi atau pribadi ada dalam perasaan. Ia tidak melihat pencerapan sebagai pribadi, pribadi memiliki pencerapan, pencerapan di dalam pribadi atau pribadi di dalam pencerapan. Ia tidak melihat bentuk-bentuk pikiran sebagai pribadi, pribadi memiliki bentuk-bentuk pikiran, bentuk-bentuk pikiran di dalam pribadi atau pribadi di dalam bentuk-bentuk pikiran. Ia tidak melihat kesadaran sebagai pribadi, pribadi memiliki kesadaran, kesadaran di dalam pribadi atau pribadi di dalam kesadaran. Itulah bagaimana pandangan salah tentang adanya aku yang kekal (sakhayaditthi) tidak terjadi."

(Delapan jalan mulia)

# "Bhante, apakah jalan mulia berunsur delapan?"
"Saudara Visakha, jalan mulia berunsur delapan adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar"

# "Bhante, apakah jalan mulia berunsur delapan berkondisi atau tidak berkondisi?"
"Saudara Visakha, jalan mulia berunsur delapan adalah berkondisi."

# "Bhante, apakah tiga kelompok dimasukkan oleh jalan mulia berunsur delapan, atau jalan mulia berunsur delapan dimasukkan oleh tiga kelompok?"
"Saudara Visakha, tiga kelompok tidak dimasukkan oleh jalan mulia berunsur delapan, tetapi jalan mulia berunsur delapan dimasukkan oleh tiga kelompok. Setiap ucapan benar, setiap perbuatan benar dan setiap mata pencaharian benar: dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok Moral (Sila), setiap usaha benar, setiap kesadaran benar, setiap konsentrasi benar; dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok Meditasi (Samadhi), setiap pandangan benar dan setiap pikiran benar: dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok Kebijaksanaan (Panna)."

(Konsentrasi)

# "Bhante, apakah yang dimaksud dengan konsentrasi, apakah tanda meditasi, apa perlengkapan meditasi, bagaimana mengembangkan meditasi?"
"Saudara Visakha, suatu pemusatan pikiran adalah meditasi, empat dasar perhatian (satipatthana) adalah tanda meditasi, empat usaha benar (sammappadhana) adalah perlengkapan meditasi: pengulangan berulang-ulang kali, pengembangannya dan mengusahakan meditasi adalah yang dimaksud dengan mengembangkan meditasi (samadhibhavana)."

(Proses)

# "Bhante, ada beberapa banyak proses (sankhara) yang ada?"
"Saudara Visakha, ada tiga buah proses: proses jasmani/badan (kayasankhara), proses bicara/verbal (vacisankhara) dan proses berpikir."

# "Bhante, tetapi apa yang dimaksud dengan proses jasmani, proses bicara serta proses berpikir?"
"Saudara Visakha, menarik nafas dan mengeluarkan nafas adalah proses jasmani, usaha untuk mencari ide (vitakha) dan ide telah ada (vicara) adalah proses berbicara, sedangkan pencerapan (sanna) dan perasaan (vedana) adalah proses berpikir."

# "Bhante, tetapi mengapa menarik dan mengeluarkan nafas merupakan proses jasmani, mengapa usaha menangkap obyek dan obyek telah tertangkap merupakan proses berbicara, mengapa pencerapan dan perasaan merupakan proses berpikir?"
"Saudara Visakha, menarik dan mengeluarkan nafas itu menjadi bagian dari jasmani; ini adalah hal-hal yang terikat dengan jasmani, itulah sebabnya maka tarik dan keluar nafas merupakan proses jasmani. Setelah terlebih dahulu 'ide dicari' dan 'ide ada' merupakan proses berbicara. Pencerapan dan perasaan terikat pada pikiran, ini adalah hal-hal yang terikat dengan pikiran, itulah sebabnya mengapa pencerapan dan perasaan itu merupakan proses berpikir."

(Pencapaian pelenyapan)

# "Bhante, bagaimana lenyapnya pencerapan dan perasaan (sannavedaniyatanirodha) dapat terjadi?"
"Saudara Visakha, apabila seorang bhikkhu sedang mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan, tidak muncul pikiran 'saya akan mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan' atau 'saya sedang mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan'; 'saya telah mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan'; tetapi agaknya pikirannya sudah lebih dahulu dikembangkan begitu bijaksananya sehingga batinnya mengarah ke keadaan itu."

# "Bhante, ketika seorang bhikkhu sedang mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan, dhamma-dhamma manakah yang terjadi terlebih dahulu padanya: proses jasmani, proses berbicara atau proses berpikir?"
"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu sedang dalam pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, yang pertama-tama lenyap adalah proses berbicara, lalu proses jasmani, akhirnya proses berpikir."

# "Bhante, bagaimana caranya bangun dari pelenyapan pencerapan, dan perasaan, terjadi?"
"Saudara Visakha, ketika seorang sedang bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, tidak akan pikiran: 'Saya akan bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan' atau 'Saya bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan' atau 'Saya telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan'; tetapi agaknya pikirannya telah terlebih dahulu dikembangkan begitu bijaksananya sehingga mengarah ke keadaan itu."

# "Bhante, ketika seorang bhikkhu sedang bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, hal-hal mana yang timbul pertama kali padanya: proses jasmani, proses berbicara atau proses berpikir?"
"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu sedang bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, pertama-tama yang timbul adalah proses berpikir, lalu proses jasmani, kemudian proses berbicara."

# "Bhante, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, ada berapa banyak jenis kontak yang menyentuhnya?"
"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, ada tiga jenis kontak yang menyentuh padanya: kontak kosong (sunnato phassa), kontak tanpa tanda (animitta phassa) dan kontak tanpa keinginan (appanihita phassa)."

# "Bhante, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, kepada apakah pikirannya cenderung bersandar dan tertuju?"
"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, pikirannya itu cenderung bersandar dan tertuju pada pengasingan."

(Perasaan)

# "Bhante, ada berapa banyak perasaan?"
"Saudara Visakha, ada tiga macam perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan dan perasaan tidak menyakitkan maupun tidak menyenangkan.

# "Bhante, tetapi apa yang dinamakan perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan dan bukan perasaan menyenangkan maupun bukan menyakitkan?"
"Saudara Visakha, apa pun yang dirasakan badan maupun mental sebagai menyenangkan dan memuaskan adalah perasaan menyenangkan. Apa pun dirasakan oleh badani dan mental sangat menyakitkan dan melukai adalah perasaan menyakitkan. Apa pun yang dirasakan badan dan mental sebagai yang tidak memuaskan juga tidak atau melukai adalah perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan."

# "Bhante, apakah perasaan menyenangkan dari kebajikan menyenangkan dan dari kebajikan menyakitkan? Apakah perasaan menyakitkan dari kebajikan menyakitkan dan dari kebajikan menyenangkan? Apakah perasaan bukan menyenangkan maupun menyakitkan dari kebajikan menyenangkan dan dari kebajikan menyakitkan?"
"Saudara Visakha, perasaan menyenangkan adalah kebajikan menyenangkan karena keberadaannya dan kebajikan menyakitkan dari perubahan. Perasaan menyakitkan adalah menyakitkan dalam kebajikan karena keberadaannya dan kebajikan menyenangkan dari perubahan. Perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan adalah menyenangkan dalam kebajikan pengetahuan dan menyakitkan dalam kebajikan ingin pengetahuan."

(Kecenderungan Laten)

# "Bhante, kecenderungan laten (anusaya) apakah yang ada pada perasaan menyenangkan? Kecenderungan laten apakah yang ada pada perasaan menyakitkan? Kecenderungan laten apakah yang ada pada perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan?"
"Saudara Visakha, kecenderungan laten yang ada pada perasaan menyenangkan adalah keserakahan (lobha). Kecenderungan laten yang ada pada perasaan menyakitkan adalah ketidaksenangan (dosa). Kecenderungan laten yang ada pada perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan adalah kebodohan (moha)."

# "Bhante, apakah kecenderungan laten keserakahan mendasari dalam semua perasaan menyenangkan? Apakah kecenderungan laten ketidaksenangan mendasari dalam semua perasaan menyakitkan? Apakah kecenderungan laten kebodohan mendasari dalam semua perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan?"
"Saudara Visakha, kecenderungan laten keserakahan tidak mendasari dalam semua perasaan menyenangkan. Kecenderungan laten ketidaksenangan tidak mendasari semua perasaan menyakitkan. Kecenderungan laten kebodohan tidak mendasari dalam semua perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan."

# "Bhante, apakah yang dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan ? Apa yang dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyakitkan dan apa yang dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan yang bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan?"
"Saudara Visakha, kecenderungan laten keserakahan dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan. Kecenderungan laten ketidaksenangan dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan. Kecenderungan laten kebodohan dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan."

# "Bhante, apakah kecenderungan laten keserakahan dapat ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan menyenangkan ? Apakah kecenderungan laten ketidaksenangan dapat ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan menyakitkan? Apakah kecenderungan laten kebodohan dapat ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan?"
"Saudara Visakha, bukan berhubungan dengan semua perasaan menyenangkan, maka kecenderungan laten keserakahan dapat ditinggalkan, bukan berhubungan dengan semua perasaan menyakitkan maka kecenderungan laten ketidaksenangan dapat ditinggalkan, bukan berhubungan dengan semua perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan maka kecenderungan laten kebodohan dapat ditinggalkan. Seorang bhikkhu, jauh dari nafsu indera, jauh dari akusala dhamma, ia mencapai dan berada dalam Jhana I yang disertai vitakha usaha pikiran untuk menangkap obyek, vicara (obyek telah tertangkap oleh pikiran), kegiuran (piti) dan kebahagiaan (sukha) yang muncul karena ketenangan: dengan ini ia meninggalkan keserakahan dan kecenderungan laten keserakahan tidak ada. Seorang bhikkhu berpikir: 'Kapan saya akan masuk dan berada dalam keadaan yang telah dicapai dan ditinggali oleh para ariya ?' Maka dengan cara ini ia mengembangkan cinta-kasih untuk pembebasan tertinggi (anuttara vimokha), kesedihan muncul dengan cinta-kasih sebagai kondisinya: dengan itu ia meninggalkan ketidaksenangan dan kecenderungan laten ketidaksenangan tidak ada.
Dengan meninggalkan kesenangan dan kesedihan dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan duka cita mental, seorang bhikkhu mencapai dan berada dalam Jhana IV dengan 'bukan kesakitan maupun bukan menyenangkan', perhatian yang murni karena keseimbangan batin: dengan itu ia meninggalkan kebodohan, dan kecenderungan laten kebodohan tidak ada."

# "Bhante apa lawan dari perasaan menyenangkan?"
"Saudara Visakha, perasaan menyakitkan adalah lawan dari perasaan menyenangkan."
"Bhante, apa lawan dari perasaan menyakitkan."
"Saudara Visakha, perasaan menyenangkan adalah lawan dari perasaan menyakitkan."
"Bhante, apa lawan dari perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan?"
"Saudara Visakha, kebodohan adalah lawan dari perasaan bukan menyenangkan maupun bukan perasaan menyedihkan."
"Bhante, apa lawan dari kebodohan?"
"Saudara Visakha, pengetahuan benar adalah lawan dari kebodohan."
"Bhante, apa lawan dari pengetahuan sejati?"
"Saudara Visakha, pembebasan adalah lawan dari pengetahuan sejati."
"Bhante, apa lawan dari pembebasan?"
"Saudara Visakha, Nibbana adalah lawan dari pembebasan."
"Bhante, apa lawan dari Nibbana?"
"Saudara Visakha, anda telah bertanya terlalu jauh. Anda tak dapat menemukan kesimpulan rantai pertanyaan; karena kehidupan suci (brahmacari) yang menembus Nibbana, menuju Nibbana. Jika anda mau, anda dapat menemui Sang Bhagava dan tanyakan kepada Beliau arti dari hal ini. Ketika beliau menjawab, anda harus mengingatnya."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #185 on: 21 June 2010, 11:37:16 AM »
bagaimana urutannya kalau begini :
LDM=>a-LDM=>Nibbana
LDM=>JMB8=>Nibbana

sesuai dengan CULAVEDALLA SUTTA :
# Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana, Kalandakanivapa, Rajagaha. Pada ketika itu upasaka Visakha pergi menemui Bhikkhuni Dhammadinna, sesudah memberi hormat kepadanya, ia duduk di tempat yang tersedia. Setelah duduk ia bertanya:

(Perwujudan)

# "Bhante, perwujudan, perwujudan telah dikatakan. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan perwujudan oleh Sang Bhagava?"
"Saudara Visakha, kemelekatan pada khandha-khandha (kelompok-kelompok) itu dinamakan perwujudan oleh Sang Buddha, yaitu: kemelekatan pada khandha jasmani (rupakhandha), kemelekatan pada khandha perasaan (vedanakhandha), kemelekatan pada khandha pencerapan (sannakhandha) kemelekatan pada khandha bentuk-bentuk pikiran (sankharakhandha) dan kemelekatan pada khandha kesadaran (vinnanakhandha). Kelima khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan ini disebut perwujudan oleh Sang Bhagava."
Dengan berkata: "Baik," upasika Visakha menjadi gembira karena kata-kata Bhikkhuni Dhammadinna itu, menyetujui kata-kata itu, selanjutnya ia bertanya:

# "Bhante, asal mula perwujudan, asal mula perwujudan telah dikatakan. Apa yang dimaksud dengan asal mula perwujudan oleh Sang Bhagava."
"Saudara Visakha, itu adalah keinginan untuk terlahir kembali yang disertai kesenangan dan nafsu indera, kesenangan di sini dan di sana, yaitu: keinginan nafsu indera (kamatanha), keinginan untuk menjadi (bhavatanha) dan keinginan untuk tak menjadi (vibhavatanha). Inilah yang dimaksud dengan asal mula perwujudan oleh Sang Bhagava."

# "Bhante, lenyapnya perwujudan, lenyapnya perwujudan telah dikatakan. Apakah yang dimaksud dengan lenyapnya perwujudan oleh Sang Bhagava?"
"Saudara Visakha, itu adalah sisa-sisa dari keinginan yang memudar, lenyap, dilepaskan, dibiarkan dan ditolak. Inilah yang dimaksud dengan lenyapnya perwujudan oleh Sang Bhagava."

# "Bhante, jalan menuju pelenyapan perwujudan, jalan menuju pelenyapan perwujudan, telah dikatakan. Apakah yang dimaksud dengan jalan menuju pelenyapan perwujudan oleh Sang Bhagava?"
"Saudara Visakha, itu adalah jalan berunsur delapan, yaitu: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar."

# "Bhante, apakah kemelekatan itu sama dengan lima khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan, atau apakah kemelekatan itu adalah sesuatu yang terpisah dari lima khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan?"
"Saudara Visakha, kemelekatan itu adalah tidak sama dengan lima khandha yang dipengaruhi oleh kemelekatan, juga tidak merupakan sesuatu yang terpisah dari lima khandha unsur yang dipengaruhi oleh kemelekatan. Itu adalah keinginan dan nafsu indera yang terdapat dalam lima khandha ini dipengaruhi oleh kemelekatan itulah kemelekatan."

(Timbulnya perwujudan)

# "Bhante, bagaimana pandangan salah tentang adanya aku yang kekal (sakhayaditthi) terjadi?"
"Saudara Visakha, orang awam yang tidak belajar, tidak menghormat terhadap orang-orang mulia (ariya), tidak mempunyai pengetahuan dhamma dan tidak melaksanakan dhamma; tidak hormat kepada orang-orang benar (sappurisa), tidak mempunyai pengetahuan dengan dhamma mereka dan tidak melaksanakan dhamma mereka, melihat jasmani itu sebagai pribadi, pribadi memiliki jasmani, jasmani di dalam pribadi atau pribadi di dalam jasmani. Ia melihat perasaan sebagai pribadi, pribadi memiliki perasaan, perasaan ada dalam pribadi atau pribadi ada dalam perasaan. Ia melihat pencerapan sebagai pribadi, pribadi memiliki pencerapan, pencerapan di dalam pribadi atau pribadi di dalam pencerapan.
Ia melihat bentuk-bentuk pikiran sebagai pribadi, pribadi memiliki bentuk-bentuk pikiran, bentuk-bentuk pikiran di dalam pribadi atau pribadi di dalam bentuk-bentuk pikiran melihat kesadaran sebagai pribadi, pribadi memiliki kesadaran, kesadaran di dalam pribadi atau pribadi di dalam kesadaran.
Itulah bagaimana pandangan salah tentang adanya aku yang kekal (sakhayaditthi) terjadi."

# "Bhante, bagaimana agar pandangan salah tentang adanya aku yang kekal tidak terjadi?"
"Saudara Visakha, siswa ariya yang terpelajar, menghormat terhadap orang-orang mulia (ariya), mempunyai pengetahuan dhamma dan melaksanakan dhamma; menghormat kepada orang-orang benar (sappurisa), mempunyai pengetahuan dengan dhamma mereka dan melaksanakan dhamma mereka, tidak melihat jasmani itu sebagai pribadi, pribadi memiliki jasmani, jasmani di dalam pribadi atau pribadi di dalam jasmani. Ia tidak melihat perasaan sebagai pribadi, pribadi memiliki perasaan, perasaan ada dalam pribadi atau pribadi ada dalam perasaan. Ia tidak melihat pencerapan sebagai pribadi, pribadi memiliki pencerapan, pencerapan di dalam pribadi atau pribadi di dalam pencerapan. Ia tidak melihat bentuk-bentuk pikiran sebagai pribadi, pribadi memiliki bentuk-bentuk pikiran, bentuk-bentuk pikiran di dalam pribadi atau pribadi di dalam bentuk-bentuk pikiran. Ia tidak melihat kesadaran sebagai pribadi, pribadi memiliki kesadaran, kesadaran di dalam pribadi atau pribadi di dalam kesadaran. Itulah bagaimana pandangan salah tentang adanya aku yang kekal (sakhayaditthi) tidak terjadi."

(Delapan jalan mulia)

# "Bhante, apakah jalan mulia berunsur delapan?"
"Saudara Visakha, jalan mulia berunsur delapan adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar"

# "Bhante, apakah jalan mulia berunsur delapan berkondisi atau tidak berkondisi?"
"Saudara Visakha, jalan mulia berunsur delapan adalah berkondisi."

# "Bhante, apakah tiga kelompok dimasukkan oleh jalan mulia berunsur delapan, atau jalan mulia berunsur delapan dimasukkan oleh tiga kelompok?"
"Saudara Visakha, tiga kelompok tidak dimasukkan oleh jalan mulia berunsur delapan, tetapi jalan mulia berunsur delapan dimasukkan oleh tiga kelompok. Setiap ucapan benar, setiap perbuatan benar dan setiap mata pencaharian benar: dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok Moral (Sila), setiap usaha benar, setiap kesadaran benar, setiap konsentrasi benar; dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok Meditasi (Samadhi), setiap pandangan benar dan setiap pikiran benar: dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok Kebijaksanaan (Panna)."

(Konsentrasi)

# "Bhante, apakah yang dimaksud dengan konsentrasi, apakah tanda meditasi, apa perlengkapan meditasi, bagaimana mengembangkan meditasi?"
"Saudara Visakha, suatu pemusatan pikiran adalah meditasi, empat dasar perhatian (satipatthana) adalah tanda meditasi, empat usaha benar (sammappadhana) adalah perlengkapan meditasi: pengulangan berulang-ulang kali, pengembangannya dan mengusahakan meditasi adalah yang dimaksud dengan mengembangkan meditasi (samadhibhavana)."

(Proses)

# "Bhante, ada beberapa banyak proses (sankhara) yang ada?"
"Saudara Visakha, ada tiga buah proses: proses jasmani/badan (kayasankhara), proses bicara/verbal (vacisankhara) dan proses berpikir."

# "Bhante, tetapi apa yang dimaksud dengan proses jasmani, proses bicara serta proses berpikir?"
"Saudara Visakha, menarik nafas dan mengeluarkan nafas adalah proses jasmani, usaha untuk mencari ide (vitakha) dan ide telah ada (vicara) adalah proses berbicara, sedangkan pencerapan (sanna) dan perasaan (vedana) adalah proses berpikir."

# "Bhante, tetapi mengapa menarik dan mengeluarkan nafas merupakan proses jasmani, mengapa usaha menangkap obyek dan obyek telah tertangkap merupakan proses berbicara, mengapa pencerapan dan perasaan merupakan proses berpikir?"
"Saudara Visakha, menarik dan mengeluarkan nafas itu menjadi bagian dari jasmani; ini adalah hal-hal yang terikat dengan jasmani, itulah sebabnya maka tarik dan keluar nafas merupakan proses jasmani. Setelah terlebih dahulu 'ide dicari' dan 'ide ada' merupakan proses berbicara. Pencerapan dan perasaan terikat pada pikiran, ini adalah hal-hal yang terikat dengan pikiran, itulah sebabnya mengapa pencerapan dan perasaan itu merupakan proses berpikir."

(Pencapaian pelenyapan)

# "Bhante, bagaimana lenyapnya pencerapan dan perasaan (sannavedaniyatanirodha) dapat terjadi?"
"Saudara Visakha, apabila seorang bhikkhu sedang mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan, tidak muncul pikiran 'saya akan mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan' atau 'saya sedang mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan'; 'saya telah mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan'; tetapi agaknya pikirannya sudah lebih dahulu dikembangkan begitu bijaksananya sehingga batinnya mengarah ke keadaan itu."

# "Bhante, ketika seorang bhikkhu sedang mencapai pelenyapan pencerapan dan perasaan, dhamma-dhamma manakah yang terjadi terlebih dahulu padanya: proses jasmani, proses berbicara atau proses berpikir?"
"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu sedang dalam pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, yang pertama-tama lenyap adalah proses berbicara, lalu proses jasmani, akhirnya proses berpikir."

# "Bhante, bagaimana caranya bangun dari pelenyapan pencerapan, dan perasaan, terjadi?"
"Saudara Visakha, ketika seorang sedang bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, tidak akan pikiran: 'Saya akan bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan' atau 'Saya bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan' atau 'Saya telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan'; tetapi agaknya pikirannya telah terlebih dahulu dikembangkan begitu bijaksananya sehingga mengarah ke keadaan itu."

# "Bhante, ketika seorang bhikkhu sedang bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, hal-hal mana yang timbul pertama kali padanya: proses jasmani, proses berbicara atau proses berpikir?"
"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu sedang bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, pertama-tama yang timbul adalah proses berpikir, lalu proses jasmani, kemudian proses berbicara."

# "Bhante, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, ada berapa banyak jenis kontak yang menyentuhnya?"
"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, ada tiga jenis kontak yang menyentuh padanya: kontak kosong (sunnato phassa), kontak tanpa tanda (animitta phassa) dan kontak tanpa keinginan (appanihita phassa)."

# "Bhante, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, kepada apakah pikirannya cenderung bersandar dan tertuju?"
"Saudara Visakha, ketika seorang bhikkhu telah bangun dari pencapaian pelenyapan pencerapan dan perasaan, pikirannya itu cenderung bersandar dan tertuju pada pengasingan."

(Perasaan)

# "Bhante, ada berapa banyak perasaan?"
"Saudara Visakha, ada tiga macam perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan dan perasaan tidak menyakitkan maupun tidak menyenangkan.

# "Bhante, tetapi apa yang dinamakan perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan dan bukan perasaan menyenangkan maupun bukan menyakitkan?"
"Saudara Visakha, apa pun yang dirasakan badan maupun mental sebagai menyenangkan dan memuaskan adalah perasaan menyenangkan. Apa pun dirasakan oleh badani dan mental sangat menyakitkan dan melukai adalah perasaan menyakitkan. Apa pun yang dirasakan badan dan mental sebagai yang tidak memuaskan juga tidak atau melukai adalah perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan."

# "Bhante, apakah perasaan menyenangkan dari kebajikan menyenangkan dan dari kebajikan menyakitkan? Apakah perasaan menyakitkan dari kebajikan menyakitkan dan dari kebajikan menyenangkan? Apakah perasaan bukan menyenangkan maupun menyakitkan dari kebajikan menyenangkan dan dari kebajikan menyakitkan?"
"Saudara Visakha, perasaan menyenangkan adalah kebajikan menyenangkan karena keberadaannya dan kebajikan menyakitkan dari perubahan. Perasaan menyakitkan adalah menyakitkan dalam kebajikan karena keberadaannya dan kebajikan menyenangkan dari perubahan. Perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan adalah menyenangkan dalam kebajikan pengetahuan dan menyakitkan dalam kebajikan ingin pengetahuan."

(Kecenderungan Laten)

# "Bhante, kecenderungan laten (anusaya) apakah yang ada pada perasaan menyenangkan? Kecenderungan laten apakah yang ada pada perasaan menyakitkan? Kecenderungan laten apakah yang ada pada perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan?"
"Saudara Visakha, kecenderungan laten yang ada pada perasaan menyenangkan adalah keserakahan (lobha). Kecenderungan laten yang ada pada perasaan menyakitkan adalah ketidaksenangan (dosa). Kecenderungan laten yang ada pada perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan adalah kebodohan (moha)."

# "Bhante, apakah kecenderungan laten keserakahan mendasari dalam semua perasaan menyenangkan? Apakah kecenderungan laten ketidaksenangan mendasari dalam semua perasaan menyakitkan? Apakah kecenderungan laten kebodohan mendasari dalam semua perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan?"
"Saudara Visakha, kecenderungan laten keserakahan tidak mendasari dalam semua perasaan menyenangkan. Kecenderungan laten ketidaksenangan tidak mendasari semua perasaan menyakitkan. Kecenderungan laten kebodohan tidak mendasari dalam semua perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan."

# "Bhante, apakah yang dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan ? Apa yang dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyakitkan dan apa yang dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan yang bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan?"
"Saudara Visakha, kecenderungan laten keserakahan dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan. Kecenderungan laten ketidaksenangan dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan. Kecenderungan laten kebodohan dapat ditinggalkan sehubungan dengan perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan."

# "Bhante, apakah kecenderungan laten keserakahan dapat ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan menyenangkan ? Apakah kecenderungan laten ketidaksenangan dapat ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan menyakitkan? Apakah kecenderungan laten kebodohan dapat ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan?"
"Saudara Visakha, bukan berhubungan dengan semua perasaan menyenangkan, maka kecenderungan laten keserakahan dapat ditinggalkan, bukan berhubungan dengan semua perasaan menyakitkan maka kecenderungan laten ketidaksenangan dapat ditinggalkan, bukan berhubungan dengan semua perasaan bukan menyakitkan maupun bukan menyenangkan maka kecenderungan laten kebodohan dapat ditinggalkan. Seorang bhikkhu, jauh dari nafsu indera, jauh dari akusala dhamma, ia mencapai dan berada dalam Jhana I yang disertai vitakha usaha pikiran untuk menangkap obyek, vicara (obyek telah tertangkap oleh pikiran), kegiuran (piti) dan kebahagiaan (sukha) yang muncul karena ketenangan: dengan ini ia meninggalkan keserakahan dan kecenderungan laten keserakahan tidak ada. Seorang bhikkhu berpikir: 'Kapan saya akan masuk dan berada dalam keadaan yang telah dicapai dan ditinggali oleh para ariya ?' Maka dengan cara ini ia mengembangkan cinta-kasih untuk pembebasan tertinggi (anuttara vimokha), kesedihan muncul dengan cinta-kasih sebagai kondisinya: dengan itu ia meninggalkan ketidaksenangan dan kecenderungan laten ketidaksenangan tidak ada.
Dengan meninggalkan kesenangan dan kesedihan dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan duka cita mental, seorang bhikkhu mencapai dan berada dalam Jhana IV dengan 'bukan kesakitan maupun bukan menyenangkan', perhatian yang murni karena keseimbangan batin: dengan itu ia meninggalkan kebodohan, dan kecenderungan laten kebodohan tidak ada."

# "Bhante apa lawan dari perasaan menyenangkan?"
"Saudara Visakha, perasaan menyakitkan adalah lawan dari perasaan menyenangkan."
"Bhante, apa lawan dari perasaan menyakitkan."
"Saudara Visakha, perasaan menyenangkan adalah lawan dari perasaan menyakitkan."
"Bhante, apa lawan dari perasaan bukan menyenangkan maupun bukan menyakitkan?"
"Saudara Visakha, kebodohan adalah lawan dari perasaan bukan menyenangkan maupun bukan perasaan menyedihkan."
"Bhante, apa lawan dari kebodohan?"
"Saudara Visakha, pengetahuan benar adalah lawan dari kebodohan."
"Bhante, apa lawan dari pengetahuan sejati?"
"Saudara Visakha, pembebasan adalah lawan dari pengetahuan sejati."
"Bhante, apa lawan dari pembebasan?"
"Saudara Visakha, Nibbana adalah lawan dari pembebasan."
"Bhante, apa lawan dari Nibbana?"
"Saudara Visakha, anda telah bertanya terlalu jauh. Anda tak dapat menemukan kesimpulan rantai pertanyaan; karena kehidupan suci (brahmacari) yang menembus Nibbana, menuju Nibbana. Jika anda mau, anda dapat menemui Sang Bhagava dan tanyakan kepada Beliau arti dari hal ini. Ketika beliau menjawab, anda harus mengingatnya."
Menurut Bro ryu, bagian mana dari Cula-Vedalla Sutta yang menjelaskan LDM=> A-LDM => Nibbana atau pun LDM => JMB 8 => Nibbana?

Kalau menurut saya, tetap bukan LDM => A-LDM.
Keduanya adalah adalah keberadaan yang sama. Seorang yang belum mencapai kesucian, dari A-LDM juga bisa jatuh ke LDM lagi. Terus begitu tanpa henti.

Lalu kalau ke JMB8, saya pikir ini definisi setiap orang dan cara pandangnya berbeda, terlalu luas. Mungkin kita bahas di kesempatan lain saja.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #186 on: 21 June 2010, 12:28:23 PM »

Menurut Bro ryu, bagian mana dari Cula-Vedalla Sutta yang menjelaskan LDM=> A-LDM => Nibbana atau pun LDM => JMB 8 => Nibbana?

Kalau menurut saya, tetap bukan LDM => A-LDM.
Keduanya adalah adalah keberadaan yang sama. Seorang yang belum mencapai kesucian, dari A-LDM juga bisa jatuh ke LDM lagi. Terus begitu tanpa henti.

Lalu kalau ke JMB8, saya pikir ini definisi setiap orang dan cara pandangnya berbeda, terlalu luas. Mungkin kita bahas di kesempatan lain saja.

di bagian kecenderungan laten disebutkan kecenderungan2 yang mengakibatkan seseorang terlahir kembali, dan aye rasa itu termasuk LDM.
Seseorang yang telah terbebas dari LDM otomatis dia berada dalam a-LDM dan JMB8 adalah penuntunnya untuk mencapai nibbana. CMIIW
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #187 on: 21 June 2010, 12:31:34 PM »
OK. Maka kembali lagi ke Nidana Sutta:

"Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan."

Seperti saya katakan sebelumnya, ketika LDM lenyap, bukan A-LDM timbul, namun A-LDM juga ditinggalkan.


kadang bingung, tindakan yang di tinggalkan itu apa LDM atau a-LDM atau dua2nya,

dan yang terpotong akarnya itu yang mana apa LDM atau a-LDM atau dua2nya
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #188 on: 21 June 2010, 12:40:04 PM »
Lenyapnya lobha dosa dan moha adalah kebebasan.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #189 on: 21 June 2010, 12:56:32 PM »
[at]  tesla

Saya mau tanya yang terakhir.

Bro tesla mengatakan tidak ada 2 A-LDM. A-LDM adalah absennya LDM. Dengan kata lain, LDM hilang, kondisi yang muncul adalah A-LDM.
[...]
jadi tidak ada 2 macam a-LDM, yg mana a-LDM pertama adalah benih kebaikan, sedangkan a-LDM kedua adalah absennya LDM. yg ada hanya a-LDM sbg absennya LDM.

Nidana Sutta mengatakan:
"Any action performed with non-delusion — born of non-delusion, caused by non-delusion, originating from non-delusion: When delusion is gone, that action is thus abandoned, its root destroyed, made like a palmyra stump, deprived of the conditions of development, not destined for future arising."

Jadi di sutta dikatakan ketika LDM hilang, bukan A-LDM yang muncul, namun A-LDM pun lenyap, ditinggalkan. Otomatis, itu mengartikan A-LDM ada sewaktu LDM masih ada.
di sutta ini saya melihat, kalimat ke2 menjelaskan kalimat pertama. jadi bukan ada 2 jenis action di sini, hanya ada 1 action.
"when delusion is gone" memperjelas bahwa action that performed with non-delusion, delusion is gone here.
sedang pendapat bro Kainyn disini ada 2 tahapan:
1, action performed with non-delusion (but delusion is still here) ---> dilakukan oleh non-arahat
2, when delusion is gone, that action thus abadoned (delusion is gone here) ---> dilakukan oleh arahat

Quote
Kemudian Bro tesla mengatakan Sutta itu menjelaskan kamma secara tindakan, bukan benih.
[...]
pertama, "kamma" berupa benih / akar yg akan berbuah di masa depan. dalam konteks ini, arahat tidak lagi menanam kamma, setiap tindakannya hanyalah fungsional/kiriya.

kedua, "kamma" dalam arti sebenarnya adalah tindakan. kamma sendiri bukanlah akar/benih. oleh karena itu di sutta niddana sutta dijelaskan, yg menjadi akar sebuah tindakan adalah LDM. disisi lain ada juga tindakan yg tanpa didasari oleh LDM.
[...]
Tetapi ketika saya singgung tentang tindakan yang sama, metta-bhavana yang sama, bro tesla menyinggung kamma dalam konteks benih, di mana tindakan masih ada, tidak ditinggalkan, namun tidak ada lagi "si pelaku" yang menanam kamma.

metta bhavana adalah tindakannya, bukan benihnya. benih tidak dapat diukur dari tindakan yg tampak di permukaan.
ketika membahas arahat dg belum-arahat, tindakannya masih bisa terlihat sama. arahat maupun non-arahat sama2 dapat melakukan tindakan metta-bhavana. jadi saya melihat metta bhavana sebagai tindakan (bukan benih). penjelasan benih itu hanya memperjelas bahwa arahat tidak lagi melakukan dgn LDM, yg mana LDM itu adalah benihnya. jadi arahat tidak menanam benih lagi.

disini perbedaan pemahaman kita tentang sutta ini adalah di kata "that action is thus abandoned". jika bro Kainyn melihat arti kata tindakan itu ditinggalkan sbg tindakan itu tidak dilakukan (alias batal), sedangkan saya tidak demikian. menurut saya, tindakan tsb tetap dilakukan, namun hanya begitu saja.

Quote
[...] melainkan setiap tindakan arahat hanya begitu saja. tindakan tsb murni hanya tindakan itu saja & tidak berlanjut thd si pelaku tindakan. dg kata lain, tindakan seorang non-arahat, setelah tindakan itu ada yg berlanjut, lebih kurang seperti ada pelaku yg memiliki tindakan tsb.
Maka saya melihat sebetulnya sutta itu tidak mungkin menyinggung secara tindakan, karena jika demikian, berarti semua tindakan adalah ditinggalkan oleh Arahat, termasuk misalnya metta bhavana. Saya yakin Bro tesla juga tidak menganggap begitu.
tindakan tetap dilakukan, namun hanya sebatas tindakan itu. di sini yg saya katakan, ketika sebuah tindakan dilakukan oleh seorang arahat, tindakan tsb hanyalah tindakan, tidak ada pelaku yg memiliki tindakan tsb, sedang disisi lain, seorang non-arahat, ketika melakukan suatu tindakan , dirinya menjadi pemilik tindakan tsb.

Quote
Kemudian jika sutta itu mengacu pada benih, maka dengan sendirinya definisi A-LDM sebagai absennya LDM tidak sesuai, sebab A-LDM dalam sutta itu dikatakan lenyap ketika LDM lenyap. Berarti sebelum LDM lenyap, A-LDM itu ada (dan menghasilkan benih).

Bagaimana menurut Bro tesla?

saya sudah menjelaskan perbedaan pandangan kita, dan saya pun mengerti pandangan bro Kainyn. menurut saya perbedaan ini bukan hal yg fundamental krn hanya masalah definisi. kurang lebih saya rangkum sbg berikut

pendapat bro Kainyn (cmiiw):
1. non-arahat dpt melakukan tindakan berdasarkan LDM & a-LDM (namun masih dg ada LDM). di sini, baik tindakan LDM & aLDM akan memberikan akibat di masa depan
2. arahat melakukan tindakan berdasarkan a-LDM (dan sudah tidak ada LDM). di sini tindakan tsb tidak memberikan akibat di masa depan lagi.

pendapat tesla:
1. non-arahat melakukan tindakan berdasarkan LDM, tindakan baik seperti metta-bhavana dimana dilakukan dg masih adanya LDM saya kategorikan sbg tindakan berdasarkan LDM juga. oleh karenanya, baik tindakan yg baik maupun yg jahat selagi masih berdasarkan LDM akan menghasilkan akibat di masa depan.
2. setuju dg bro Kainyn.

menurut saya, yg paling sederhana saja, tindakan apapun, baik dan buruk, yg dilakukan dari orang biasa sampai dg anagami, pasti masih berdasarkan pada delusion (moha).
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #190 on: 21 June 2010, 01:04:52 PM »
pendapat bro Kainyn (cmiiw):
1. non-arahat dpt melakukan tindakan berdasarkan LDM & a-LDM (namun masih dg ada LDM). di sini, baik tindakan LDM & aLDM akan memberikan akibat di masa depan
2. arahat melakukan tindakan berdasarkan a-LDM (dan sudah tidak ada LDM). di sini tindakan tsb tidak memberikan akibat di masa depan lagi.

pendapat tesla:
1. non-arahat melakukan tindakan berdasarkan LDM, tindakan baik seperti metta-bhavana dimana dilakukan dg masih adanya LDM saya kategorikan sbg tindakan berdasarkan LDM juga. oleh karenanya, baik tindakan yg baik maupun yg jahat selagi masih berdasarkan LDM akan menghasilkan akibat di masa depan.
2. setuju dg bro Kainyn.

menurut saya, yg paling sederhana saja, tindakan apapun, baik dan buruk, yg dilakukan dari orang biasa sampai dg anagami, pasti masih berdasarkan pada delusion (moha).
menurut aye, bro kainyn berpendapat arahat tidak ada LDM dan a-LDM (sudah meninggalkan keduanya karena itu merupakan dualitas)




menurut aye :
1. seseorang yang belum terbebas berarti masih ada LDM (kadang ada seseorang merasa telah masul dalam a-LDM padahal dia masih LDM)
2. seseorang yang sudah terbebas berarti dia a-LDM, telah lepas dari keinginan untuk terlahir kembali.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #191 on: 21 June 2010, 01:30:38 PM »
Saya setuju dengan Bro Kainyn tentang LDM dan A-LDM.

Selama masih ada LDM maka A-LDM masih ada
Selama masih ada A-LDM maka LDM masih ada
Pada saat LDM tidak ada maka A-LDM pun tidak ada
Pada saat A-LDM tidak ada maka LDM pun tidak ada

LDM dan A-LDM adalah "Binnary opposition"
Sama halnya dengan apabila ada yg disebut dengan terang, maka otomatis, dan harus ada yang namanya gelap. Apabila tidak ada yang namanya gelap, tidak ada juga yang dinamakan terang, dan sebaliknya.

Namun sejauh pengertian saya, A-LDM adalah jalan yang mengarah dan mendekati Nibbana, Namun A-LDM bukan Nibbana itu sendiri. Sebaliknya LDM adalah jalan yang menjauhi Nibbana. Jadi A-LDM diperlukan dalam proses menuju Nibbana.
Ya, betul. Pendapat saya sesuai dengan pendapat Bro hendrako. Mungkin sedikit perbedaan adalah menurut saya, baik LDM atau A-LDM tidak bisa dikatakan menjauhi/mendekati nibbana. Nibbana adalah di luar keterkondisian dua sisi koin tersebut.


Benar, Nibbana adalah diluar dari dua sisi. JM-8 menurut saya adalah A-LDM oleh karena itulah saya sebut sebagai "dekat" dengan Nibbana bukan Nibbana itu sendiri.

yaa... gitu deh

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #192 on: 21 June 2010, 01:37:19 PM »
di sutta ini saya melihat, kalimat ke2 menjelaskan kalimat pertama. jadi bukan ada 2 jenis action di sini, hanya ada 1 action.
"when delusion is gone" memperjelas bahwa action that performed with non-delusion, delusion is gone here.
sedang pendapat bro Kainyn disini ada 2 tahapan:
1, action performed with non-delusion (but delusion is still here) ---> dilakukan oleh non-arahat
2, when delusion is gone, that action thus abadoned (delusion is gone here) ---> dilakukan oleh arahat
Ya, betul. Perbedaannya di situ. Hanya memastikan saja. Jadi Bro tesla mengatakan A-LDM ada ketika LDM hilang, dan pada saat yang sama A-LDM juga ditinggalkan?



Quote
saya sudah menjelaskan perbedaan pandangan kita, dan saya pun mengerti pandangan bro Kainyn. menurut saya perbedaan ini bukan hal yg fundamental krn hanya masalah definisi. kurang lebih saya rangkum sbg berikut

pendapat bro Kainyn (cmiiw):
1. non-arahat dpt melakukan tindakan berdasarkan LDM & a-LDM (namun masih dg ada LDM). di sini, baik tindakan LDM & aLDM akan memberikan akibat di masa depan
2. arahat melakukan tindakan berdasarkan a-LDM (dan sudah tidak ada LDM). di sini tindakan tsb tidak memberikan akibat di masa depan lagi.

pendapat tesla:
1. non-arahat melakukan tindakan berdasarkan LDM, tindakan baik seperti metta-bhavana dimana dilakukan dg masih adanya LDM saya kategorikan sbg tindakan berdasarkan LDM juga. oleh karenanya, baik tindakan yg baik maupun yg jahat selagi masih berdasarkan LDM akan menghasilkan akibat di masa depan.
2. setuju dg bro Kainyn.

menurut saya, yg paling sederhana saja, tindakan apapun, baik dan buruk, yg dilakukan dari orang biasa sampai dg anagami, pasti masih berdasarkan pada delusion (moha).

Pendapat yang di-bold merah bukan begitu. Menurut saya, perbuatan Arahat sudah tidak bisa lagi diukur dengan ukuran LDM/A-LDM. Karena keterkondisan LDM, maka ada dualitas LDM/A-LDM seperti koin dengan 2 sisinya. Dengan adanya sisi kepala, otomatis ada sisi ekor.
Bagi Arahat, keterkondisian (koin) itu sudah tidak ada, maka tidak ada lagi dualitas (kepala/ekor; LDM/A-LDM).

Saya juga setuju memang ini juga bukan perbedaan yang fundamental, hanya persepsi masing-masing saja yang berbeda ketika membaca sutta. Jadi memang tidak terlalu pengaruh banyak kecuali pada penggunaan istilah saja. Kalau tidak mau dilanjutkan juga tidak apa.


Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #193 on: 21 June 2010, 01:40:39 PM »
OK. Maka kembali lagi ke Nidana Sutta:

"Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan."

Seperti saya katakan sebelumnya, ketika LDM lenyap, bukan A-LDM timbul, namun A-LDM juga ditinggalkan.


kadang bingung, tindakan yang di tinggalkan itu apa LDM atau a-LDM atau dua2nya,

dan yang terpotong akarnya itu yang mana apa LDM atau a-LDM atau dua2nya

A-LDM itu jalan menuju Nibbana
LDM itu jalan yang menjauhi Nibbana

Ibarat kita ingin pulang ke rumah, ada satu persimpangan jalan,
Anggap saja jalan yang menuju ke rumah itu arah kanan (A-LDM)
Sedangkan jalan yang berbeda itu (menjauhi rumah) adalah arah kiri (LDM)
Pada saat kita sudah sampai di Rumah (Nibbana)
Kita sudah tidak berada pada jalan, tapi kita berada di rumah (Nibbana)
Rumah bukanlah jalan (kiri ato kanan)

Selain itu, walaupun kita sudah mencapai di depan rumah
Yaitu masih di atas jalan arah kanan (A-LDM)
Kita tidak bisa dikatakan telah mencapai rumah, tetapi berada di tepian Rumah(Nibbana)
Setelah benar2 masuk ke dalam Rumah (Nibbana) maka kita baru benar2 telah sampai ke Rumah (Nibbana)
yaa... gitu deh

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #194 on: 21 June 2010, 02:12:41 PM »
OK. Maka kembali lagi ke Nidana Sutta:

"Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-keserakahan, terlahir dari tanpa-keserakahan, disebabkan oleh tanpa-keserakahan, muncul dari tanpa-keserakahan... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebencian... Jika suatu tindakan dilakukan dengan tanpa-kebodohan-batin, terlahir dari tanpa-kebodohan-batin, disebabkan oleh tanpa-kebodohan- batin, muncul dari tanpa-kebodohan-batin, begitu keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lenyap maka tindakan itu ditinggalkan, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan."

Seperti saya katakan sebelumnya, ketika LDM lenyap, bukan A-LDM timbul, namun A-LDM juga ditinggalkan.


kadang bingung, tindakan yang di tinggalkan itu apa LDM atau a-LDM atau dua2nya,

dan yang terpotong akarnya itu yang mana apa LDM atau a-LDM atau dua2nya

A-LDM itu jalan menuju Nibbana
LDM itu jalan yang menjauhi Nibbana

Ibarat kita ingin pulang ke rumah, ada satu persimpangan jalan,
Anggap saja jalan yang menuju ke rumah itu arah kanan (A-LDM)
Sedangkan jalan yang berbeda itu (menjauhi rumah) adalah arah kiri (LDM)
Pada saat kita sudah sampai di Rumah (Nibbana)
Kita sudah tidak berada pada jalan, tapi kita berada di rumah (Nibbana)
Rumah bukanlah jalan (kiri ato kanan)

Selain itu, walaupun kita sudah mencapai di depan rumah
Yaitu masih di atas jalan arah kanan (A-LDM)
Kita tidak bisa dikatakan telah mencapai rumah, tetapi berada di tepian Rumah(Nibbana)
Setelah benar2 masuk ke dalam Rumah (Nibbana) maka kita baru benar2 telah sampai ke Rumah (Nibbana)
begini di sutta itu disebutkan sesuatu yang terpotong akarnya, dibuat gersang seperti tunggul pohon palma, terhapus sehingga tidak lagi bisa muncul di masa depan.
apakah a-LDM dibuat gersang dengan cara meninggalkannya? apakah a-LDM terhapus?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))