Dari: > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD'SADAR YANG KUAT' BUKAN 'KONSENTRASI'
Selamat sore Kyai:
Mohon pencerahan, bila sadar kita kuat apa bukan konsentrasi namanya kyai, matur nuwun.
Salam,
Mulato.
Mas Mulato,
Memang harus dibedakan antara
'sadar yang kuat' di satu pihak dengan
'sadar secara aktif' =
'konsentrasi' di lain pihak.
Dalam salah satu tanggapan saya terhadap posting Anda, telah saya jelaskan
'konsentrasi' (
'sadar secara aktif') itu, yaitu
USAHA untuk mengamati
SATU obyek terus-menerus, dengan
menepiskan semua rangsangan lain yang masuk ke dalam batin.
Untuk memahami pengertian
'kesadaran kuat' vs
'kesadaran lemah', perlu diketahui lebih dulu,
sifat dari proses sadar itu sendiri:
Sadar/eling itu berlangsung di dalam waktu bukan sebagai proses
analog, melainkan lebih seperti proses
binary digital. Dalam proses kesadaran, yang ada hanya
dua kemungkinan
'sadar' dan
'tak sadar', seperti
'ya' dan
'tidak', disimbolkan
'1' dan
'0'. (Tidak ada "kesadaran kuat" dan "kesadaran lemah" yang punya
gradasi, seperti "kesadaran 10%, 50%, 80% atau 100%".)
Momen-momen kesadaran bermunculan berturut-turut dengan
sangat cepat; satu momen kesadaran berlangsung selama
sepersekian detik (saya tidak tahu persis berapa lama durasinya), diikuti oleh momen kesadaran berikutnya ... dst.
Itulah sebabnya, kita
merasa seolah-olah kita bisa
membaca koran &
mendengarkan musik
"sekaligus"; padahal yang terjadi bukan 'membaca' dan 'mendengar' secara
paralel pada waktu bersamaan, melainkan secara
serial, satu momen kita 'mendengar', momen berikutnya kita 'melihat', momen berikutnya 'mendengar', momen berikutnya 'melihat' ... dst.
Nah, yang disebut
'kesadaran lemah' ialah keadaan kesadaran di mana
frekuensi momen-momen
'sadar'-nya masih
jarang, sekali-sekali, dan masih
lebih banyak momen-momen
'tak sadar'-nya. Sebaliknya,
'kesadaran kuat' adalah keadaan kesadaran di mana
frekuensi momen-momen
'sadar'-nya sudah
lebih sering.
Nah,
'kesadaran kuat' itu
bisa dicapai dengan
'konsentrasi', yang caranya pernah kita bahas. Di situ ada
USAHA dari
si aku untuk mencapai suatu
tujuan. Itulah sebabnya
'konsentrasi' disebut juga
'kesadaran aktif'. Tetapi di dalam
'konsentrasi' tidak ada
KEARIFAN; maksudnya,
kearifan atau
'kesadaran' akan adanya
aku yang
halus yang masih
berfungsi.
Inilah yang menjadi landasan dari
semua jenis meditasi, kecuali
satu, yakni meditasi ajaran
Buddha Gautama yang disebut
vipassana (yang juga ada di dalam meditasi
Zen dan meditasi
Tibetan), dan pada abad ke-20 diajarkan oleh
J Krishnamurti, lalu saya ajarkan sebagai
MMD.
Di dalam
MMD, orang sekadar
'sadar secara pasif',
menyadari segala rangsangan yang masuk melalui
pancaindra &
ingatan tanpa
BERUSAHA untuk
mempertahankan kesadaran pada
satu obyek, bahkan tanpa
BERUSAHA untuk
tetap sadar. Ini yang disebut
'kesadaran pasif'.
Di situ orang
belajar dari pengalaman sadarnya sendiri, bahwa bila orang sedang
terseret oleh sebuah
rangsangan yang masuk--dengan kata lain, sedang
'tidak sadar/eling' akan adanya rangsangan itu--maka, bila
kemudian ia
sadar/eling akan
'ketaksadaran'-nya itu, maka
dengan sendirinya ia menjadi
'sadar/eling', tanpa
usaha apa pun untuk
menjadi 'sadar/eling'--dengan kata lain, tanpa adanya
aku yang bergerak.
Malah, kalau ia
berusaha untuk
'sadar/eling'--dengan kata lain, kalau ada
aku yang
berusaha untuk
mencapai suatu
tujuan atau
cita-cita--maka sesungguhnya ia
'tidak sadar' akan
aku-nya yang bergerak itu.
Jadi kesimpulannya: yang membedakan antara
'kesadaran aktif' (
'konsentrasi') dan
'kesadaran pasif' (
vipassana) adalah ada atau tidak adanya
USAHA, yang menandakan ada-tidaknya
AKU yang berfungsi.
*****
Menurut teori Buddhis,
'konsentrasi' pun pada akhirnya bisa membawa pada
pembebasan dari aku. Ini yang sering disebut sebagai
'ceto-vimutti' (
pembebasan dengan kekuatan batin/konsentrasi). - Tapi saya tidak menempuh jalan ini.
Sedangkan
pembebasan dari aku yang dicapai melalui
'kesadaran pasif' (
vipassana) sering disebut sebagai
'pannya-vimutti' (
pembebasan melalui kearifan). Di sini
sejak langkah pertama disadari
si aku setiap kali ia bergerak dalam bentuk
usaha untuk mencapai
sesuatu yang luhur--bahkan usaha untuk mencapai
pembebasan itu sendiri, dalam meditasi. Itulah sebabnya ada pepatah terkenal yang berasal dari Krishnamurti:
"Langkah pertama adalah langkah terakhir." Artinya: tidak ada
"jalan", tidak ada
"cara" atau
"metode", tidak ada
"tujuan", tidak ada
'waktu', tidak ada
aku.
MMD adalah melalui jalan yang kedua ini.
Salam,
semar